MASUKAN KATA DI KOTAK BAWAH INI UNTUK MENCARI.. LALU KLIK TOMBOL "SEARCH"

January 24, 2013

Biografi Aaron Swartz

Baca Artikel Lainnya

Aaron H. Swartz ditemukan meninggal dunia di apartemen miliknya di New York, Amerika Serikat, Jumat (11/1/2013). Dia mengakhiri nyawa dengan cara gantung diri.
Swartz, si pria muda berusia 26 tahun itu, bukan orang sembarangan di dunia teknologi informasi. Sepanjang hidupnya yang relatif singkat dia sudah membuat sejumlah pencapaian besar, termasuk menggagas teknologi sindikasi Really Simple Syndication (RSS).

Dia juga dikenal sebagai aktivis internet yang memperjuangkan hak akses publik terhadap informasi digital.

Akrab sejak kecil

Aaron Swartz lahir di kota Chicago, Illinois, pada 8 November 1986 dari pasangan Susan dan Robert Swartz. Sebagai anak dari dari seorang pendiri perusahaan software, dia sudah mengenal komputer dan internet sejak kecil.

Dari masih kanak-kanak, kepintaran serta kegelisahaan Aaron tentang dunia telah mulai tampak.

Menginjak umur 14 tahun, Swartz yang mengenyam pendidikan formal di sebuah sekolah swasta menjadi bagian dari tim yang menciptakan spesifikasi RSS (Rich Site Summary/ Really Simple Syndication), yang hingga kini digunakan secara luas untuk berlangganan konten di internet.

Sempat masuk ke Universitas Stanford, Swartz keluar hanya setahun setelah menduduki bangku kuliah karena tidak betah. Dia kemudian menjadi salah satu anggota tim awal situs social news Reddit.


Situs ini lalu dibeli oleh Condé Nast Publications yang merupakan pemilik majalah Wired menjelang akhir 2006. Jadilah Swartz mandiri secara finansial beberapa hari sebelum usianya mencapai 20 tahun.

Pria yang kerap tampil dengan rambut gondrong sebahu ini lantas pindah ke San Francisco, AS untuk bekerja di perusahaan barunya. Akan tetapi, lagi-lagi dia merasa tak kerasan dan memutuskan keluar pada awal tahun 2007.

Terjun menjadi aktivis


Selama hidupnya, Swartz tertarik pada banyak hal, mulai dari masalah kesehatan hingga korupsi di dunia politik. Tapi di antara semua itu, persoalan kebebasan di internet dan akses publik terhadap informasi adalah yang paling menarik minatnya.

Swartz antara lain turut membidani organisasi non-profit Creative Commons yang membantu penyebaran konten secara cuma-cuma di internet dengan hak cipta flleksibel dan membangun perpustakaan publik di Archive.org.

Salah satu impian Swartz adalah menjadikan informasi publik benar-benar bersifat "publik", yaitu bisa diakses dengan mudah dan tanpa membayar. Dia ingin membuka akses selebar-lebarnya terhadap informasi.




Pada bulan September 2010, Swartz mendirikan organisasi aktivis bernama Demand Progress sebagai reaksi atas kebijakan Stop Online Piracy Act (SOPA) yang digagas pemerintah Amerika Serikat.

Sepanjang tahun 2011, Swartz bersama teman-temannya mengatur protes internet besar-besaran pada Januari 2012 yang berujung pada pembatalan undang-undang penyensoran jagat maya itu.

Swartz memang orang yang tidak sabaran. Dengan bakat luar biasa dan semangat yang berapi-api, dia punya kencenderungan untuk menghadapi segala sesuatu dengan frontal, bila perlu melawan pihak berwenang ataupun aturan yang berlaku.

Dia memiliki cara pandang sendiri yang tak selalu sesuai dengan keadaan dunia sebenarnya.

Selama beberapa tahun, sifatnya itu membawa dampak positif, sampai akhirnya Swartz terperosok ke dalam lubang yang sangat dalam.

Terjerat masalah

Dalam rangka menyebarkan pandangannya soal akses publik terhadap informasi, dalam rentang waktu antara akhir 2010 hingga awal 2011, Swartz memanfaatkan kelemahan dalam sistem arsip jurnal akademis JSTOR milik Massachusetts Institute of Technology (MIT) untuk mengunduh sekitar 4,8 juta dokumen digital. Dia berniat membagikannya secara gratis di internet.

Ketika pihak MIT menyadari apa yang terjadi dan memutus jaringan wireless yang digunakan Swartz untuk mengunduh (download) hampir seluruh isi perpustakaan digital tersebut, dia menyusup ke dalam ruang server MIT lalu menghubungkan laptop miliknya secara langsung ke jaringan kampus.

Tindakan terakhirnya itulah yang membawa Swartz menghadapi dakwaan peretasan, bulan Juli 2011. Dia menghadapi ancaman penjara puluhan tahun dalam sidang yang sedianya akan dimulai sekitar awal tahun 2013.

Mungkin lantaran itulah, lelaki berbakat yang ingin mengubah jalannya arus informasi di seluruh dunia ini memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Pihak keluarga Swartz menyalahkan pemerintah Amerika Serikat yang dinilai terlalu agresif mengejar hukuman untuk Swartz.

Pemakamannya yang diadakan tanggal 16 Januari lalu dihadiri oleh ratusan orang dengan penampilan beragam. Mulai anak muda dengan gaya rambut mohawk berwarna pink hingga orang tua dengan jenggot panjang. Kebebasan yang diperjuangkan Swartz memang menarik simpati banyak orang, berapapun usianya dan dari manapun asalnya.



Kenang Pendiri Reddit, Jurnal Ilmiah "Terkunci" Dibebaskan 

Kalangan akademis dan peneliti di Amerika Serikat mengunggah jurnal-jurnal ilmiah yang terlindung hak cipta (copyright) ke internet untuk mengenang akitivis internet sekaligus pencipta RSS 1.0, Aaron Swartz.

Kampanye dukungan terhadap Swartz, seperti dilansir The Verge, semula muncul di Reddit yang ditulis Micah Allen, peneliti ilmu saraf dan plastisitas otak.

"Sebuah penghormatan yang tepat kepada Aaron dapat berupa protes massal dengan mengunggah artikel-artikel penelitian yang diproteksi hak cipta," tulis Allen.

Allen juga mengampanyekan agar artikel-artikel penelitian itu berada di Google Docs dan menyebarkan tautannya melalui Twitter.

Kampanye usulan Allen didukung berbagai pengguna Twitter yang menyebarkan tautan-tautan dokumen ilmiah dengan hashtag #pdftribute.

Swartz meninggal bunuh diri pada usia 26 tahun ketika menghadapi dakwaan pidana federal. Aktivis internet itu didakwa secara ilegal mengunduh lebih dari empat juta dokumen dari basis data jurnal akademis JSTOR di Kampus MIT.

Sebelumnya, perpustakaan digital dalam jaringan JSTOR akan menawarkan akses terbuka untuk 1.200 jurnal dari 700 penerbit.











references by :

images by :
washingtonpost.com
nbcnewyork.com
quotespictures.net

 
Like us on Facebook