MASUKAN KATA DI KOTAK BAWAH INI UNTUK MENCARI.. LALU KLIK TOMBOL "SEARCH"

March 27, 2016

Menjadi Hacker, Rata-Rata Mimpi Sebagian Anak Muda Saat Ini

Baca Artikel Lainnya

Ternyata banyak anak muda yang tertarik menjadi hacker. Salah satu pemicunya adalah menjadi hacker saat ini jauh lebih mudah berkat ketersediaan layanan-layanan pendukung.

Diungkapkan Country Manager Trend Micro, Andreas Ananto Kagawa, untuk menjadi hacker saat ini tidak lagi harus mahir programming dan berbagai keahlian IT lainnya. Hal ini di antaranya karena sudah banyak layanan yang menyediakan exploit kit guna mempermudah mereka membuat malware.

"Sekarang menjadi hacker jauh lebih mudah daripada dahulu. Sekarang dia bisa berlangganan ke satu layanan, lalu membeli yang namanya exploit kit, dan dari sana mereka bisa membuat malware-malware baru," ungkap Andreas saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu (23/3/2016).

Anak-anak muda itu, katanya, tidak hanya sekedar membuat malware dan menyebarkannya. Bahkan mereka sudah bisa menghasilkan uang dari dunia maya.

"Pernah di Brasil kita berhasil ketahui dia masih pelajar, tapi sudah bisa menghasilkan uang dari situ," tuturnya.

Penemuan tersebut dinilai tidak lagi mengejutkan. Terlebih mengingat Brasil berdasarkan laporan Ikhtisar Keamanan 2015 "Setting the Stage: Landscape Shifts Dictate Future Threat Response Strategies" Trend Micro, merupakan salah satu negara dengan eksplorasi cyber "bawah tanah" terbanyak. 

Selama tahun 2015 lalu, Andreas menyebut kejahatan di dunia siber mengalami peningkatan signifikan, terlihat dari jumlah insiden peretasan yang dialami sejumlah perusahaan dan organisasi lintas industri.

Sepanjang 2015, Tren Micro juga mencatat, kejahatan siber tidak lagi hanya terjadi pada industri perbankan atau keuangan. Kejahatan siber juga mulai merambah industri lain seperti layanan, kesehatan, pendidikan, ritel, teknologi, asuransi, media dan lainnya.

Data, lanjut Andreas, menjadi hal utama yang menjadi sorotan dan target pelaku kejahatan siber. Sepanjang tahun 2015, Trend Micro mencatat sejumlah peristiwa yang melibatkan kejahatan siber, seperti yang terpopuler yaitu Ashley Madison.

Tidak hanya pencurian data, serangan yang terjadi sepanjang 2015 juga menjadi ajang kembalinya ransomware. Setelah sempat hilang dari peredaran, Trend Micro menyebut, ransomware kini semakin berbahaya dan lebih canggih.

Selama 2015, Trend Micro juga mencatat peningkatan pasokan barang curian di seluruh sistem ekonomi bawah tanah yang dikendalikan penjahat siber. Sistem ekonomi ini disebut hadir dalam ranah yang sulit dijangkau mesin pencarian pada umumnya, atau dikenal dengan nama deep web.

Pada pasar perdagangan deep web yang berkembang, Trend Micro juga mencatat adanya komoditas dari sejumlah akun layanan streaming atau aplikasi populer lain. Komoditas ini, jelas Andreas, menjadi hal yang semakin diminati sehingga harga penawaran juga semakin tinggi.






references by liputan6, metrotvnews

 
Like us on Facebook