Inisiatif ini dimulai pada 2 Juli lalu dan dilatarbelakangi terbakarnya delapan gereja warga kulit hitam pasca-serangan di Gereja Methodis Episkopal Afrika di Charleston, Carolina Selatan yang menewaskan 9 orang.
"Serangan terhadap gereja-gereja warga kulit hitam ini adalah sebuah bentuk intimidasi tertua di (Amerika Serikat) selatan, yang dulu digunakan untuk menyebarkan ketakutan di antara warga kulit hitam," demikian pernyataan ketiga organisasi itu lewat situs resmi mereka.
"Sebagai umat Muslim, kami paham pentingnya melindungi orang-orang yang lemah dan menghormati mereka yang memanggil Tuhan dalam bahasa apapun. Kami undang Anda untuk membantu komunitas keagamaan di seluruh negeri dan membantu membangun gereja-gereja tersebut," lanjut pernyataan itu.
Kampanye "Merespon dengan Cinta" ini hingga kabar ini diturunkan sudah berhasil mengumpulkan dana sebesar 29.963 dolar AS atau sekitar Rp 386 juta yang berasal dari sumbangan sekitar 600 orang.
Menurut Huffington Post, pembakaran gereja bukan hal aneh di beberapa wilayah AS. Diperkirakan sekitar lima gereja dibakar setiap pekan di seluruh wilayah AS. Khusus delapan gereja yang terbakar ini, polisi sudah menyatakan tiga gereja memang sengaja dibakar dan sisanya masih dalam penyelidikan. Apakah terkait rasisme warga/golongan sekitar terhadap kulit hitam.
