Pages

December 31, 2017

Tempat Pelatihan Hacker Korea Selatan

Korea Selatan sangat serius dalam menanggapi ancaman pasukan cyber Korea Utara yang kehebatannya semakin canggih. Hal itu terlihat dengan penggemblengan calon peretas atau hacker di sekolah khusus cyberwar, dengan para siswa diperintahkan Seoul untuk terus mengintip ke utara melintasi sebidang tanah kosong menuju negara musuh.


"Negara kita terbagi dan kita berperang, tapi Anda tidak bisa melihat pembagian di dunia maya. Jadi kita bawa mereka untuk melihatnya secara langsung," kata Kim Jin-seok, seperti dikutip dari South China Morning Post, 28 Desember 2017.

Kim Jin-seok mengelola sebuah program yang disebut Best of the Best untuk melatih generasi penerus yang disebut sebagai hacker white-hat netizens atau warganet peretas bertopi putih dengan keterampilan keamanan cyber elit yang mampu dan bersedia membela Korea Selatan dari serangan peretas berbahaya, yang kebanyakan diyakini berasal dari Korea Utara.

Keterampilan seperti itu diminati di Korea Selatan. Negara ini sejatinya berperang dengan Korea Utara meski kedua belah pihak sangat jarang slaing serang dengan senjata. Mereka terkunci dalam pertempuran sepanjang waktu di dunia maya.


Lulusan Best of the Best diharapkan dapat bersaing dengan peretas dari program pelatihan Korea Utara yang canggih.

Ruangan Best of the Best yang terletak di distrik Gangnam, Seoul adalah tempat latihan perang, semangat bersaing dan kegembiraan dari orang muda yang bersatu. Di sepanjang dinding lorong terpampang plakat dari peretas atau hacker di seluruh dunia dan foto kelas kelulusan.

Area umum yang besar terlihat seperti ruang start-up berteknologi dengan sofa kulit dan meja pingpong. Di balik pintu terdekat ada ruang cyberwarfare, yang dipenuhi dengan kumpulan meja yang diliputi monitor komputer. Di dinding ada layar yang berkedip menampilkan data real time aktivitas online dan tanda ancaman.

Peserta kelas berusia mulai dari sekolah menengah sampai usia pertengahan dua puluhan, usia ketika kebanyakan orang Korea Selatan bersiap untuk berperang di pasar kerja yang sangat kompetitif di negara itu. Tapi program ini adalah kesempatan untuk belajar dari pakar industri dan membangun keterampilan IT tingkat tinggi elit, dan sertifikat kelulusan dari program ini dianggap baik oleh pengusaha.

Program pelatihan kontra-hacker yang didanai pemerintah Korea Selatan ini disusun pada tahun 2010, ketika hacker Korea Utara beralih dari hanya menargetkan entitas pemerintah Korea Selatan untuk menyerang badan sektor swasta. Bahkan akhir-akhir ini, para periset telah menghubungkan hacker Korea Utara dengan serangan terhadap pertukaran kriptocurrency.

Warga Korea Selatan tinggal setiap hari di tengah ancaman serangan Korea Utara, cyber atau sebaliknya dan di sebuah negara dengan penetrasi Internet dan smartphone tertinggi di dunia, mereka tidak memiliki pilihan selain untuk mengambil ancaman hacking yang semakin serius.

"Ada ribuan serangan cyber di Korea Selatan setiap hari dan kebanyakan dari mereka tidak pernah melaporkan berita tersebut. Keamanan informasi adalah basis pembangunan ekonomi," ujar Jin-seok.

Titik balik dalam cyberwar adalah sebuah insiden pada tahun 2013 ketika tiga jaringan televisi dan dua bank memblokir jaringan mereka sementara beberapa ATM dan portal perbankan online tidak beroperasi.

"Saat itulah kita semua menyadari betapa rentannya kita," kata Lee Dong-geun dari badan keamanan Internet dan keamanan Korea, sebuah organisasi yang bekerja sama dengan pemerintah Korea Selatan untuk membantu entitas sektor swasta menghadapi serangan cyber.

Analis mengklaim serangan cyber Korea Utara adalah manifestasi modern dari taktik tradisional rezim tersebut.

Selain membangun kekuatan nuklir dan rudalnya, Korea Utara juga meningkatkan kemampuannya untuk meluncurkan serangan mengganggu secara online.

Dengan ekonomi Korea Utara yang semakin tercekik oleh sanksi internasional, negara ini hampir tidak memiliki basis pendapatan ditambah program senjata nuklir yang sangat mahal, yang berarti harus mencari cara alternatif yang seringkali ilegal untuk menghasilkan pemasukan.

Peretas Korea Utara telah dikaitkan dengan pencurian US$ 81 juta dari bank sentral Bangladesh pada Maret 2016, dan Desember lalu Amerika Serikat mengidentifikasi Korea Utara sebagai pelakunya di balik serangan cyber WannaCry yang menyebabkan kerugian jutaan dollar pada Mei lalu. Korea Utara membantah temuan itu.

Hacker Korea Utara juga telah dikaitkan dengan kebocoran informasi kartu kredit dan penarikan ATM secara ilegal di Korea Selatan.


references by msn