Pages

February 5, 2018

Jatuh Cinta Pandangan Pertama Menurut Sains

Sebagian orang, cinta pada pandangan pertama mungkin terkesan klise atau bahkan mengada-ada. Beberapa orang bahkan mengklaim bahwa hal tersebut terjadi hanya karena daya tarik fisik. Bagaimana bisa jatuh cinta pada seseorang hanya karena pertama kali melihatnya? Tahu kepribadiannya pun tidak, bagaimana bisa cinta pada orang yang jelas-jelas tidak dikenal atau bahkan baru pertama kali Anda lihat? Untuk itu, simak pandangan para psikolog mengenai cinta pada pandangan pertama.


Sebenarnya, istilah cinta pada pandangan pertama terkesan keliru karena tidak bisa dipahami secara jelas. Hal ini dikarenakan, ketika Anda menyebutkan cinta pada pandangan pertama berati merujuk pada cinta yang Anda rasakan ketika pertama kali melihatnya.

Melihat orang pertama kali tidak mampu mendeteksi karakteristiknya. Walaupun mungkin terkadang Anda mampu menebak sifat seseorang dari penampilannya, itu hanyalah sebuah keberuntungan atau kebetulan.

Anda mungkin mengagumi penampilannya, tapi tidak bisa dikatakan mencintai karena Anda tidak mengenal orang tersebut, apalagi mengetahui sifatnya. Dengan demikian, hanya dengan melihat orang lain secara sekilas tanpa berkesempatan mengenalnya lebih jauh tidak bisa dikatakan Anda mencintai orang tersebut.

Psikolog asal Amerika, Linda Blair seperti yang dikutip hellosehat.com mengatakan bahwa cinta pada pandangan pertama lebih kepada nafsu pada pandangan pertama karena yang pertama kali dilihat oleh mata adalah penampilan atau rupa. Maka, bisa jadi ketertarikan fisiklah yang sebenarnya muncul.


Blair mengatakan, cinta yang sebenarnya membutuhkan waktu lebih lama untuk tumbuh. Perlu waktu cukup untuk menentukan apakah itu cinta atau hanya sekedar tertarik secara fisik.

Ya, cinta pada pandangan pertama hanyalah ketertarikan yang bergelora saat itu saja, tidak mendalam. Oleh karena itu, selalu ada kemungkinan bahwa cinta ini tidak akan bisa dibawa ke arah hubungan yang lebih serius. Fakta bahwa cinta pada pandangan pertama bisa hilang setelah beberapa waktu menyiratkan bahwa ini bukanlah cinta yang serius.

Sangat jarang terjadi cinta pada pandangan pertama berlanjut ke hubungan yang lebih mendalam, dikarenakan seiring berjalannya waktu ternyata apa yang Anda pikirkan tentang seseorang tersebut tidak sesuai dengan kenyataannya. Namun, ini bukan harga mati.

Ada juga beberapa pasangan yang awalnya memang hanya tertarik secara fisik saja. Namun, setelah mengenal sosok satu sama lain secara lebih mendalam, cintanya terus tumbuh.

Meski kebanyakan ahli tidak memercayainya, beberapa orang percaya bahwa cinta pada pandangan pertama memang nyata. Perasaan senang yang membuncah dan debaran jantung yang tidak teratur serta rasa yakin bahwa dialah belahan jiwa membuat sebagian orang merasa bahwa ia menemukan cintanya di kali pertama melihat.


Perasaan dejavu atau déjà vu juga bisa menyertai hal ini. Perasaan di mana Anda merasa telah mengenal orang tersebut di masa lalu. Padahal jelas-jelas Anda baru melihatnya lima detik yang lalu. Atau mungkin pada pandangan pertama Anda merasa separuh diri Anda seperti tertarik ke arahnya layaknya magnet.

Filsuf Plato pernah berpendapat bahwa saat jiwa kita turun dari langit ke bumi, mereka terbagi sehingga pertemuan pertama dengan belahan jiwa menjadi semacam reuni. Namun, penjelasan metafisika yang diutarakan oleh Plato tidak bisa dijadikan acuan.

Bagaimanapun juga, Anda tetap memerlukan relasi dan interaksi secara langsung untuk menentukan apakah itu benar-benar belahan jiwa Anda atau bukan. Karenanya, Anda harus mengakui bahwa sebenarnya Anda tidak benar-benar mencintainya pada pandangan pertama.

Harus ada relasi yang terjalin dengan baik untuk mencintai seseorang karena cinta tidak datang secara otomatis. Bertrand Russel, seorang filsuf besar dunia menyatakan bahwa Anda perlu mengenali secara langsung sebelum Anda mencintainya, istilah ini disebut “knowledge by acquaintance”.


Usaha untuk mengenali seseorang bisa bersifat kognitif, yakni berdasarkan apa yang ia katakan kepada Anda, dan emosi apa yang dia ungkapkan. Kemudian bisa melalui nada suara, lalu caranya berperilaku, hingga bagaimana dia menyikapi sesuatu.

Hal ini tidak berarti bahwa semua jenis perkenalan semacam itu diperlukan untuk “mencintai pada pandangan pertama”. Namun, untuk menegaskan bahwa cinta tidak dapat dibatasi hanya dengan persepsi visual saja.

Dalam kasus cinta pada perkenalan pertama, perhatian mendalam terhadap satu sama lain tampaknya belum tumbuh, karena waktu yang diperlukan untuk menumbuhkan hal tersebut terlalu singkat. Cinta membutuhkan waktu untuk berkembang. Setelah pertemuan pertama, Anda mulai bisa berpikir apakah orang ini memang tepat untuk Anda atau justru sebaliknya.

Mencintai seseorang secara mendalam butuh permulaan, dan cinta pada perkenalan pertama bisa membawa Anda pada cinta yang sesungguhnya.
Pada akhirnya, cinta pada pandangan pertama mungkin saja terjadi. Namun, hanya orang yang memiliki pengalaman tersebutlah yang lebih mampu memaknainya. Apakah betul-betul cinta pada pandangan pertama atau ternyata hanya suka pada perkenalan pertama.


references by inipasti