Pages

June 11, 2018

Apa Kerugian Orang Yang Meninggalkan Shalat Tarawih Ramadhan?

Banyak sebagian umat Islam yang menganggap remeh amalan ini pada saat memasuki dan mengakhiri bulan Ramadhan dengan meninggalkan shalat tarawih, sebagain orang menganggap hanya amalan sunah tak wajib, ada juga yang lebih memilih menonton TV atau berkumpul/beraktifitas diluar rumah dengan teman-teman atau sibuk urusan duni lainnya saat malam Ramadhan


Salat Tarawih adalah salat sunnah muakkadah yang tidak terpisahkan dari bulan Ramadhan. Waktunya dikerjakan sesudah salat Isya’ sampai terbitnya fajar yang menandakan masuknya waktu subuh.

Pengasuh Ponpes Al-Fachriyah, Tangerang, Habib Ahmad bin Novel Jindan menjelaskan keutamaan salat tarawih sebagaimana dikerjakan oleh para sahabat, tabi’in, salaf dan hingga masa kini memiliki keutamaan yang besar. Seperti diriwayatkan Imam Al-Bukhari dan Muslim dari riwayat Sayyiduna Abu Hurairah RA, berkata: “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam (SAW) telah bersabda: Barang siapa menghidupkan bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”.

“Imam Nawawi berkata, yang dimaksud menghidupkan bulan Ramadhan adalah dengan salat tarawih,” terang Habib Ahmad bin Novel.

Salat tarawih yang dikerjakan setiap malam Ramadhan adalah sunnah yang harus dipatuhi. Ulama besar Yaman, Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad dalam kitab Nasoih Ad-Diniyyah tentang salat tarawih menjelaskan bahwa para salaf (rahmatullahi ‘alaihim) membaca Alquran dari awal hingga akhir di dalam salat tarawih.

Setiap malam dibacanya sekadar yang mampu sampai mereka khatamkan Alquran itu pada malam-malam tertentu di akhir bulan Ramadhan. Sebagaiman firman Allah Ta’ala: “Dan setiap perbuatan baik yang kamu sediakan untuk diri kamu terlebih dahulu, akan kamu dapati ia di sisi Allah.” (AI-Baqarah: 110)

Barang siapa yang tidak mengikuti jejak langkah para salaf dan amalannya, maka hendaklah jangan sampai meringan-ringankan salat tarawih itu. Sebagaimana yang sering dilakukan kebanyakan orang-orang jahil, sering mengabaikan rukun yang wajib di dalam salat itu.

Seperti meninggalkan tuma’ninah pada ruku’ dan sujud karena terlalu cepat. Ataupun tidak memperhatikan bacaan Al-Fatihah menurut petunjuk, karena ingin segera selesai. Salat tarawih yang sempurna, sama seperti salat-salat fardhu lainnya, dimana semua rukun dan tata tertibnya harus ditunaikan dengan baik. i.

Dalam kitab lain Uqudul Lu’lu’ wal Marjan dijelaskan keutamaan salat tarawih. Dari Abi Hurairah RA berkata: “Bahwasanya Rasulullah SAW senantiasa menghimbau dalam salat di malam Ramadhan, imbauan yang tidak bersifat mewajibkan. Kemudian Beliau bersabda: “Barangsiapa yang bangun (beribadah di malam) Ramadhan dengan iman dan ikhlas maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari dan Muslim).”

Dari Aisyah RA berkata: ”Bahwa Rasulullah SAW keluar pada suatu malam (di bulan Ramadhan) lalu beliau salat dan ikut salat bersama beliau beberapa orang. Maka pada pagi harinya orang-orang membicarakan kejadian tersebut. Maka berkumpullah (pada malam berikutnya) sekelompok orang yang lebih banyak dari sebelumnya untuk salat bersama beliau. Maka pagi harinya orang-orang membicarakan kejadian itu. Maka berkumpullah pada malam ketiga sekelompok orang yang lebih banyak dari sebelumnya untuk salat bersama beliau.

Pada malam keempat berkumpul lebih banyak orang hingga masjid tidak dapat menampung mereka. Sehingga Nabi SAW keluar hanya untuk salat subuh. Usai melaksanakan salat subuh beliau menghadap kepada orang-orang tersebut dan bersabda: “Sesungguhnya tidak luput dariku perkumpulan kalian, akan tetapi aku khawatir (salat tarawih tersebut) diwajibkan kepada kalian dan kalian tidak akan mampu melaksanakannya. (HR Bukhari dan Muslim).

Mengenai jumlah rakaat salat ini, mayoritas ulama berpendapat bahwa bilangan rakaat salat tarawih yang paling afdhal adalah 20 rakaat. Perlu diingat bahwa perbedaan jumlah rakaat hanyalah berkisar seputar mana yang lebih afdhal. Jadi, tidak selayaknya kelompok yang lebih memilih melaksanakan Salat Tarawih 20 rakaat melecehkan atau menyesatkan kelompok yang memilih melakukannya 8 rakaat. Begitu pula sebaliknya.

Ramadhan bisa disebut sebagai bulan hadiah. Dimana banyak sekali hadiah yang Allah bagi di bulan ini. Tentu mereka yang tak mendapatkan hadiah itu adalah orang yang paling rugi, karena belum tentu Ramadhan berikutnya mereka diberi kesempatan untuk mendapatkan keutamaan-keutamaan di bulan suci ini. Jika Anda tak ingin rugi di bulan penuh berkah ini, hindarilah 6 hal berikut.

1. Tidak berpuasa dan tidak beribadah dengan maksimal

Perintah puasa di bulan Ramadhan bagi setiap orang yang mengaku beriman sudah sangat jelas tertuang di surat Al Baqarah ayat 183. Namun kenyataannya, banyak diantara kita yang mengaku beriman, sehat dan tidak sedang berhalangan, namun tidak menjalankan ibadah puasa.


Padahal jika kita menilik pada rukun Islam, maka seseorang belum bisa dikatakan beragama Islam jika belum bersyahadat, menegakkan sholat dan mengerjakan puasa. Sementara zakat dan ibadah haji hanya diwajibkan kepada yang mampu saja.

Selain itu, ada juga diantara kita dan mungkin termasuk yang berpuasa, namun tidak melakukan amal ibadah lainnya dengan maksimal. Puasa hanya sekadar puasa saja. Padahal bulan Ramadhan itu menyimpan potensi pahala yang tidak terbatas. Ibadah sunah pahalanya dihitung seperti ibadah wajib, dan ibadah wajib pahalanya dilipatgandakan sampai tak terhingga.

“…Barang siapa yang melakukan kebaikan (ibadah sunah) di bulan Ramadhan pahalanya seperti melakukan ibadah wajib dibanding bulan yang lainnya. Dan barang siapa melakukan kewajiban di dalamnya, maka pahalanya seperti melakukan 70 kewajiban dibanding bulan lainnya… (HR. Ibnu Huzaimah).

“Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.” (HR. Muslim).

2. Tidak menjaga shalat
Shalat adalah ibadah terpenting bagi seorang muslim karena shalat adalah tiang agama. Selain itu, shalat adalah amalan yang pertama kali dihisab oleh Allah di hari kiamat kelak.

“Sesungguhnya pertama kali yang dihisab dari segenap amalan seorang hamba di hari kiamat kelak adalah shalatnya. Bila shalatnya baik maka beruntunglah ia dan bilamana shalatnya rusak, sungguh kerugian menimpanya,” (HR Tirmidzi).

Selain itu, kepada para laki-laki hendaknya senantiasa mengerjakan sholat 5 waktu di masjid. Karena bagi orang yang malas sholat di masjid, oleh Nabi dikategorikan kepada golongan orang munafik.

“Sesungguhnya tiada yang dirasa berat oleh seorang munafik, kecuali melaksanakan shalat Isya dan shalat Subuh di masjid…” (HR Bukhari Muslim).

Meskipun hanya disebutkan sholat Isya dan Subuh, namun kita tidak boleh meremehkan sholat lainnya. Sebab, jika kita amati saat ini, justru shalat Ashar lah yang sering kali sedikit jamaahnya.

Kemudian, orang munafik oleh Allah diancam dengan Neraka Jahanam. “Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam” (QS An Nisa:140).

3. Puasa hanya mendapatkan lapar dan dahaga
Disatu sisi bulan Ramadhan menawarkan pahala yang tak terhingga, disisi lain, banyak diantara kita yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa kecuali rasa lapar dan dahaga.

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut, kecuali rasa lapar dan dahaga,” (HR. Ath Thobrani).

Beberapa perkara yang menyebabkan hilangnya pahala puasa, antara lain: berdusta atau bohong, ghibah dan fitnah, mengadu domba, sumpah palsu, dan melihat aurat lawan jenis dengan syahwat.

Orang-orang tersebut puasanya tetap sah, namun tidak mendapatkan pahala atas puasanya.

4. Tidak mengikuti tarawih hingga selesai, Hanya Isy'a Saja

Kadang-kadang kita melihat ada orang yang meninggalkan shalat tarawih sebelum shalat witir. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjanjikan satu keutamaan bagi orang yang megikuti tarawih sampai selesai. Nabi bersabda:

“Orang yang shalat tarawih mengikuti imam sampai selesai, ditulis baginya pahala shalat semalam suntuk,” (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Untuk itu marilah kita usahakan senantiasa mengikuti sholat tarawih berjamaah hingga selesai sholat witir.

5. Tidak membiasakan membaca Al Qur’an, Merenungkan, Kemudian Mengamalkannya Usai Ramadhan

Membaca Al Qur’an adalah amalan yang sangat dianjurkan baik di bulan Ramadhan maupun bulan lainnya.

Didalam HR. Tirmidzi, Nabi bersabda: “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al Qur’an, maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu dilipatgandakan dengan sepuluh (pahala). Aku tidak mengatakan Alif Laam Mim adalah satu huruf, akan tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf”.

Begitu besar pahala membaca Al Qur’an, belum lagi jika dikerjakan di bulan Ramadhan, dimana setiap amal kebaikan akan dilipatgandakan sampai tak terhingga.

Untuk itu marilah kita membiasakan diri untuk membaca Al Qur’an, paling tidak di bulan Ramadhan ini bisa khatam satu kali.

6. Lebih buruk dari tahun lalu

Jika puasa Ramadhan tahun ini lebih buruk dari tahun lalu, maka sesungguhnya kita adalah orang yang mengalami kerugian. Karena orang yang beruntung adalah orang yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin. Untuk itu marilah kita nilai diri kita masing-masing, apakah kualitas ibadah kita tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya, atau justru malah menurun atau semakin buruk.

Proses Upgrade Diri yang Bisa Dilakukan Selama Ramadan

Akan sia-sia rasanya jika Ramadhan tidak disertai dengan perubahan diri ke arah yang lebih baik yang diharapkan bisa terus berlanjut hingga seterusnya. Dikutip dari Boldsky, berikut hal-hal yang dapat Anda lakukan di bulan suci ini untuk mendapatkan lebih banyak kebaikan dan perubahan.

1. Manfaatkan suasana Ramadan

Cobalah untuk menggunakan semangat spiritual ini untuk memperbaiki diri sehingga lebih bermanfaat baik bagi kehidupan Anda maupun lingkungan. Jika Anda menanamkan spirit Ramadan dalam pikiran Anda sepanjang waktu, Anda pasti akan mulai membuang hal-hal buruk dan negatif dalam hidup Anda.

2. Cobalah untuk mempelajari lebih dalam tentang Ramadan
Baca dan berdiskusi lah lebih dalam mengenai Ramadan kepada orang-orang bijak dan yang memiliki pengetahuan lebih secara spiritual tentang makna Ramadan. Setelah mendapatkan pengetahuan baru, terapkanlah dalam hidup Anda. Dengan cara ini, secara perlahan Anda akan membuat perubahan positif dalam hidup Anda.

3. Buatlah rencana saat Ramadan
Rencana yang dimaksud adalah dari segi spiritual Anda. Cobalah membaca ayat Alquran secara bertahap atau Anda dapat pula menyumbangkan suatu hal kecil setiap harinya. Ingatlah bahwa rencana besar yang mengharuskan Anda mengubah gaya hidup Anda sepenuhnya tidak mungkin dilakukan. Meskipun kecil, terapkan dan lakukan hal tersebut terus menerus hingga Anda terbiasa.

4. Sadar secara mental
Anda harus mempersiapkan diri secara mental dan manfaatkan momen Ramadhan sebagai momen perubahan. Jika Anda berencana untuk makan sehat mulai dari Ramadan ini, hati-hati dengan pikiran lain yang mengganggu seperti tiba-tiba Anda ingin menyantap makanan cepat saji atau makanan lain yang tidak sesuai dengan rencana Anda.

Jadikan ibadah sebagai motto utama. Ibadah harus menjadi tujuan utama hidup Anda. Sisa hidup Anda harus dipenuhi dengan rasa syukur dan doa. Lakukan pekerjaan Anda juga karena niat ibadah. Bila ini menjadi pola pikir, kebiasaan buruk Anda akan hilang perlahan.


Sejatinya, Rasulullah SAW selalu meningkatkan ibadahnya setiap kali memasuki sepuluh hari terakhir Ramadhan. Dalam sebuah hadis sahih, Aisyah RA berkata: "Rasulullah SAW apabila masuk sepuluh hari terakhir Ramadhan, maka beliau akan semakin mengencangkan sarungnya."

Maksud dari mengencangkan sarung, menurut para ahli tafsir dan hadis adalah makin bersungguh- sungguh dalam beribadah. Padahal, Rasulullah SAW tidak pernah lengah atau menurunkan semangatnya dalam beribadah, tapi pada sepuluh hari terakhir iba dah beliau lebih giat diban ding kan ibadah di hari-hari sebe lumnya.

Namun, saat ini apa yang telah diteladankan Rasulullah itu sulit ditemui pada akhir Ramadhan. Masjid tidak lagi ramai seperti saat awal Ramadhan. Sebaliknya, pusat perbelanjaan justru sesak, dipadati orang-orang yang mencari perlengkapan menyambut Lebaran.

"Dengan semakin menipisnya waktu, sepatutnya kita mengikuti Rasul untuk meningkatkan iba dah, karena setiap menit bahkan detik di bulan Ramadhan sangat berharga untuk mengerjakan se suatu yang dapat mendekatkan pada Allah. Bukan justru ber ma las-malasan apalagi lebih me men tingkan mencari perlengkapan menyambut Idul Fitri," kata Ustaz Abu Qotadah Lc dalam ceramahnya di Masjid al-Azhar Sum marecon Bekasi, belum lama ini.

Menurut Ustaz Abu, seiring berjalannya Ramadhan maka keimanan juga akan cenderung berubah. Ada yang makin meningkat, ada pula yang menurun. Ada pula yang justru tidak berubah sama sekali. Padahal, kata dia, sudah sepatutnya disadari bahwa makin sedikitnya waktu Ramadhan yang tersisa, akan makin sedikit pula waktu untuk mengumpulkan keberkahan dan pahala yang berlimpah ruah di da lamnya.

Adapun salah satu cara Rasulullah meningkatkan ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah menghidupkan malam dengan memperpanjang durasi ibadah qiyamul lail. Mengutip sebuah hadis, Ustaz Abu menerangkan bahwa Rasulullah pernah mengetuk rumah putrinya, Fatimah untuk mengajaknya dan menantunya, Ali bin Abi Thalib untuk melaksanakan qiyamul lail.

Menghidupkan malam dan memperpanjang qiyamul lail dilakukan dengan memperbanyak shalat sunah, membaca Alquran, dan memuji Allah SWT dengan zikir dan tahmid. Keuntungan dari menghidupkan malam pada ma lam-malam terakhir Rama dhan dengan ibadah, kata Ustaz Abu adalah mempermudah jalan untuk mendapatkan keberkahan Lailatul Qadar.

Rasulullah bersabda: "Barang siapa yang melaksanakan shalat malam pada Lailatul Qadar karena keimanannya pada Allah dan mengharapkan pahala di sisi- Nya, maka Allah akan ampuni do sa-dosanya yang telah lalu." "Lailatul Qadar merupakan bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya dan sungguh disa yang kan jika disia-siakan, karena belum tentu kita punya kesempatan untuk bertemu Ramadhan selanjutnya," kata dia.

Allah SWT berfirman dalam surah ad-Dukhan ayat 1-4 yang artinya: "Demi kitab (Alquran) yang menjelaskan. Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan se sungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah. (Yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul."

Berdasarkan pendapat ahli tafsir, pada malam itu (Lailatul Qadar) adalah malam ditetapkannya takdir seluruh makhluk yang akan terjadi di tahun selanjutnya. Pada malam itu pula, diturunkannya Alquran yang hingga kini menjadi petunjuk bagi umat mus lim seluruh dunia.

Malam itu juga diibaratkan lebih baik dari malam-malam selama seribu bulan, karena pada malam itu bumi akan sesak oleh para malaikat yang turun ke bumi dengan segala keberkahan, kebaikan dan rahmat yang menyertainya. Segala dosa akan dihapuskan dan terpenuhinya kesejahteraan karena banyaknya hamba yang dibebaskan dari api neraka.

Kehadiran Lailatul Qadar me mang dirahasiakan oleh Allah SWT. Ustaz Abu menjelaskan, hikmahnya yakni manusia dapat memaksimalkan ibadah mereka dan tidak hanya lada satu malam saja. Namun, banyak hadis yang me nerangkan bahwa Lailatul Qa dar berada di antara sepuluh ma lam terakhir. Rasulullah bersabda: "Bersungguh-sungguhlah ka lian untuk meraih Lailatul Qadar di sepuluh hari terakhir secara keseluruhan baik ganjil maupun genap."

Dalam hadis lain dijelaskan bahwa ada beberapa sahabat yang memimpikan datangnya Lailatul Qadar, lalu mengatakannya kepada Rasulullah. Rasulullah bersabda: "Mimpi kalian tentang Lailatul Qadar pada tujuh terakhir di bulan Ramadhan benar adanya, maka barang siapa yang ingin mendapatkannya (Lai latul Qadar) maka bersungguh-sungguhlah di tujuh hari terakhir Ramadhan."

Meski tidak diketahui waktu pasti kedatangan Lailatul Qadar, terdapat cara untuk mengetahui tanda-tanda kedatangannya. Rasulullah bersabda: "Pada Lailatul Qadar, matahari di pagi harinya tidak bercahaya dengan terang (redup)." (HR Muslim).

Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah bersabda: "Lailatul Qadar adalah malam yang sunyi dan tenang, dan tidak panas tidak juga dingin. Dan pagi harinya matahari bercahaya kemerah-me rahan (redup) sedangkan malamnya terang (meski tanpa bintang atau bulan)."

"Maka dari itu, untuk mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar sudah sepatutnya kita tidak ter lena dengan hal yang dapat menjauhkan diri dari Allah, dan sebaliknya semakin mendekatlah pa da-Nya," kata dia.


Janganlah jadi manusia yang tidak puasa /tidak tarawih, shalat berjamaah di masjid tiba-tiba ikut-ikutan Idul Fitri,,


Ingatlah bahwa kita akan berpindah ke alam lain yang kita tak bisa tau kapan waktunya tiba, maka persiapkanlah rencana terbaik hidup setelah mati agar jika kita sudah berpindah alam baik secara mendadak kita tak  menyesali waktu yang terbuang detik demi detiknya hanya dihabiskan untuk kegiatan yang yang tak menambah saldo rekening pahala kita
Percuma jika ia hanya menjadi baik dan semangat ibadah, taat hanya pada hanya satu hari atau pada saat Ramadhan saja,

Sebaik Lailatul Qadar bagi seorang Muslim ialah ketika ia tetap konsisten, mengupgrade dirinya untuk menjalankan semua ibadah yang telah ia latih di bulan Ramadhan untuk tetep dilakukan dan diamalkan pada hari biasanya menjalankan Al-Quran dan Sunnah serta menjadikan dirinya bermanfaat minimal bagi orang sekitarnya hingga ruh lepas dari tubuhnya.... maka ia telah mendapatkan kebaikan Ramadhan, malam yang lebih baik dari 1000 bulan...


references by sindonews, zonakeren, republika