Aksi ini juyga sebagi pembalasan dendam atas ditembak jatuhnya Presiden mereka Presiden Iran Ebrahim Raisi dinyatakan meninggal dunia pada Senin (20/5/2024). Israel disebut sebagai dalangnya. Iran meluncurkan gelombang baru serangan rudal ke Israel. Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengklaim serangan rudalnya di Israel mengenai pusat intelijen militer dan pusat perencanaan operasi Mossad.
Awal Mula Perang Israel Iran
Pertikaian perang Israel dan Iran terus berlanjut sejak Israel menyerang fasilitas nuklir dan militer Iran, pada Jumat (13/06).Israel melancarkan serangan udara dan operasi-intelijen luas yang diberi sandi Operasi Rising Lion. Serangan ini menargetkan puluhan lokasi di Iran, termasuk fasilitas nuklir (Natanz, Isfahan, Fordow), kompleks rudal, markas militer, dan lapisan bawah tanah, dengan tujuan menghentikan perkembangan program nuklir Iran dan melumpuhkan kapabilitas pertahanan strategisnya.[22][23][24] Dipersiapkan selama bertahun–tahun oleh Mossad dan militer Israel, Operasi Rising Lion juga dibantu oleh drone berawak ringan dan perangkat AI untuk menentukan target kunci, termasuk ilmuwan nuklir dan komandan IRGC, yang sebagian besar tewas dalam serangan ini.[22][25]
Kabar itu diungkap dalam pernyataan yang dimuat kantor berita Tasnim pada Selasa (17/6/2025).
Sebelumnya, laporan Israel menggambarkan dampak rudal di kota pesisir tengah Herzliya yang menargetkan lokasi sensitif, sering kali merupakan kode untuk target militer atau strategis.
Garda Revolusi Iran mengatakan gelombang rudal baru yang "lebih kuat" baru-baru ini telah diluncurkan ke Israel, menurut kantor berita resmi IRNA.
"Gelombang baru serangan ganas oleh angkatan bersenjata, terutama pasukan darat tentara, dengan senjata baru dan canggih telah dimulai dan akan meningkat dalam beberapa jam mendatang," ungkap pernyataan Kiomars Heidari, komandan Pasukan Darat Angkatan Darat Iran.
https://www.youtube.com/watch?v=pHGpUlXY5FQ
Sementara itu, pengadilan Iran mengatakan jaksa penuntut sedang bersiap untuk mengambil "tindakan tegas" terhadap dugaan "mata-mata dan tentara bayaran" yang bekerja untuk Israel.
"Mereka yang telah diidentifikasi dalam beberapa hari terakhir sebagai pihak yang terlibat dalam spionase telah segera diajukan kasusnya, dan mereka akan dihukum atas perbuatan keji mereka dalam waktu sesingkat mungkin," ungkap juru bicara pengadilan Asghar Jahangir dalam komentar yang dimuat Kantor Berita Mehr yang bersifat semi-resmi.
Seperti yang kami laporkan sebelumnya, Iran telah menangkap beberapa orang yang diduga memiliki hubungan dengan badan mata-mata Israel, Mossad.
Seorang pria digantung pada hari Senin karena diduga memberikan informasi rahasia dan sensitif "kepada musuh-musuh" Iran, menurut Mizan Online.
Kantor berita Iran, Mehr, melaporkan satu proyektil Israel mengenai satu pos pemeriksaan di kota Kashan di provinsi Isfahan bagian tengah pagi ini, menewaskan tiga orang dan melukai empat orang lainnya.
Kantor berita tersebut mengutip Akbar Salehi, wakil pejabat keamanan gubernur Isfahan.
Kantor berita Tasnim dan ISNA juga melaporkan kematian tersebut, tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Seperti yang telah kami laporkan, lebih dari 220 orang tewas dalam serangan Israel terhadap Iran, termasuk 70 wanita dan anak-anak.
Konflik Iran-Israel telah memasuki babak paling panas. Dunia dikejutkan oleh serangan udara besar-besaran Israel ke wilayah Iran—dengan target utama fasilitas nuklir dan tokoh militer.
Tak berselang lama, Iran membalas dengan serangan rudal balistik dan drone ke wilayah jantung Israel. Mengapa Iran menyerang balik dengan intensitas setinggi ini?
Usut punya usut, ini memiliki alasan yang tidak sederhana.
Dirangkum dari berbagai sumber media asing ternama, setidaknya ada lima alasan utama yang melatarbelakangi serangan habis-habisan Teheran.
Dan semuanya berkaitan erat dengan geopolitik, strategi pertahanan, dan reputasi nasional Iran di mata dunia.
1. Balas Dendam atas Serangan Israel ke Fasilitas Nuklir dan Elit Militer
Pada 13 Juni 2025, Israel meluncurkan Operation Rising Lion, serangan militer paling berani dalam dekade terakhir. Targetnya yakni fasilitas nuklir Iran seperti Natanz dan Fordow, serta tokoh-tokoh penting seperti Kepala Staf Gabungan Mohammad Bagheri dan Komandan IRGC Hossein Salami.
Bagi Iran, serangan ini adalah pelanggaran brutal terhadap kedaulatan negara dan sinyal bahwa Israel tak lagi bermain lewat proksi.
Membalas secara langsung bukan hanya reaksi emosional—tapi kebutuhan strategis untuk mempertahankan kredibilitas militernya.
Serangan Israel pada April 2024 ke gedung konsulat Iran di Damaskus yang menewaskan tujuh anggota IRGC, termasuk dua jenderal, menjadi luka diplomatik yang belum sembuh.
Saat itu, Iran membalas dengan serangan drone ke Israel, tapi responnya masih terbatas.
Kini, ketika Israel kembali menyerang, Iran memutuskan tak hanya membalas, tapi melipatgandakan intensitasnya.
Pesan yang ingin disampaikan jelas setiap nyawa tokoh penting yang hilang akan dibayar dengan kekuatan penuh.]
2. Luka Lama: Serangan Israel ke Konsulat Iran di Suriah (2024)
Serangan Israel pada April 2024 ke gedung konsulat Iran di Damaskus yang menewaskan tujuh anggota IRGC, termasuk dua jenderal, menjadi luka diplomatik yang belum sembuh.
Saat itu, Iran membalas dengan serangan drone ke Israel, tapi responnya masih terbatas.
Kini, ketika Israel kembali menyerang, Iran memutuskan tak hanya membalas, tapi melipatgandakan intensitasnya.
Pesan yang ingin disampaikan jelas setiap nyawa tokoh penting yang hilang akan dibayar dengan kekuatan penuh.
3. Menegaskan Daya Cegah (Deterrence) Iran ke Dunia
Selama ini Iran dikenal agresif melalui proksi Hizbullah di Lebanon, milisi Syiah di Irak, atau Houthi di Yaman.
Tapi kali ini, Iran menyerang langsung ke Tel Aviv dan Haifa.
Ini adalah pernyataan militer bahwa Teheran memiliki kemampuan serang langsung yang presisi dan tak lagi ragu menggunakannya.
Secara strategis, ini semacam "uji coba terbuka" untuk menguji sistem pertahanan Israel dan menunjukkan ke negara lain bahwa menyerang Iran punya konsekuensi besar.
4. Kegagalan Diplomasi Nuklir dan Ancaman Eksistensial
Perundingan nuklir Iran dan negara-negara barat mengalami kebuntuan total sejak awal 2025.
Ketika Israel menyerang situs nuklir Iran dengan dalih pencegahan senjata pemusnah massal, Teheran menilai itu sebagai serangan terhadap hak pembangunan energi nasional.
Iran bahkan mengancam keluar dari Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Serangan ke Israel menjadi bentuk penegasan bahwa Iran tak bisa ditekan secara sepihak tanpa membalas.
5. Konsolidasi Politik Domestik dan Pengaruh Regional
Iran sedang menghadapi tekanan internal: ekonomi tertekan, oposisi meningkat, dan sanksi belum dicabut.
Dalam situasi seperti ini, perang seberapa pahit pun bisa menjadi alat penyatu bangsa.
Selain itu, Iran juga ingin mempertegas dirinya sebagai pemimpin “Poros Perlawanan” terhadap Israel.
Dengan menggempur Israel secara terbuka, Iran memperkuat legitimasi di mata Hamas, Hizbullah, dan sekutu regionalnya.
Serangan Iran ke Israel kali ini bukan reaksi impulsif. Ini adalah puncak dari konflik laten yang telah mendidih sejak lama yang meledak karena serangan Israel, dan dibalas dalam skala penuh.
Di balik rudal dan drone, tersimpan pesan diplomatik, ancaman strategis, dan permainan kekuasaan yang melibatkan lebih dari dua negara.
Israel Sangat Kewalahan, Akurasi Rudal Iran Meningkat 3 Kali Lipat
Sumber-sumber militer senior Israel mengakui peningkatan tajam dalam akurasi serangan rudal Iran. Menurut mereka, operasi-operasi terkini Iran mencapai tiga kali lipat tingkat keberhasilan dibandingkan dengan serangan-serangan sebelumnya.
Media rezim Israel, mengutip pejabat-pejabat militer berpangkat tinggi, melaporkan akurasi rudal-rudal Iran yang menargetkan posisi-posisi di wilayah-wilayah pendudukan telah meningkat secara signifikan dibandingkan dengan operasi-operasi sebelumnya yang dikenal sebagai "Janji Sejati I dan II."
Menurut sumber-sumber tersebut, hampir satu dari setiap dua rudal Iran kini mengenai sasaran yang dituju. Angka ini mereka akui menandai peningkatan yang substansial.
Pengakuan tersebut sangat kontras dengan klaim-klaim Israel sebelumnya bahwa 90% dari proyektil-proyektil Iran berhasil dicegat dan dinetralisir.
Namun, insiden Jumat pagi (20/6/2025) itu terbukti penting, karena pejabat-pejabat dan media Israel mengakui Iran meluncurkan satu rudal, yang berhasil menghindari sistem pertahanan udara dan menyerang pusat keamanan-militer Israel yang sensitif.
Meskipun menggunakan sistem pertahanan Amerika Serikat (AS) dan Israel yang ekstensif, rezim Zionis gagal mencegah kemampuan manuver dan presisi tinggi rudal Iran.
Iran menunjukkan kemampuan pencegahan yang semakin efektif dan akurat, sementara kekuatan pertahanan Israel terus terkikis.
Serangan terbaru Iran itu dilaporkan tidak hanya menyasar satu wilayah di Israel. "Iran kembali menembakkan rudal ke Israel utara, tengah, dan selatan pada hari Jumat," menurut militer Israel.
Militer Israel juga meminta warga untuk berlindung di tempat aman sampai pemberitahuan kondisi aman. Saat ini belum diketahui kerusakan dan korban yang ditimbulkan akibat serangan terbaru dari Iran.
Dilansir AFP, televisi pemerintah Israel juga mengkonfirmasi serangan rudal terbaru dari Iran. Ini merupakan serangan di hari kedelapan kedua negara itu terlibat konflik hebat.
Seorang pembawa berita menggambarkan "gambar di langit di atas wilayah pendudukan (Israel) yang memperlihatkan rudal Iran datang. Saat saluran tersebut menyiarkan rekaman tersebut dengan alunan musik militer di latar belakang.
"Beberapa saat yang lalu, sirene berbunyi di beberapa daerah di Israel setelah teridentifikasinya rudal yang diluncurkan dari Iran ke Negara Israel," kata militer dalam sebuah pernyataan.
8 Kota di Iran yang Diserang Israel secara Brutal
Perang antara Iran dan Israel dimulai ketika rezim Zionis membombardir sejumlah wilayah dan membunuh para pemimpin berpengaruh di Iran. Teheran kemudian membalas dengan melancarkan serangan balasan ke Israel.
Berikut ini berbagai kota di Iran yang menjadi sasaran serangan rudal Israel.
1. Teheran
Teheran, ibu kota Iran, menjadi salah satu target paling awal dan terberat dalam eskalasi serangan militer Israel pada Juni 2025.
Kota ini merupakan pusat pemerintahan, intelijen, dan militer Iran, sekaligus tempat tinggal jutaan warga sipil.
Serangan diarahkan ke berbagai fasilitas penting, termasuk depot bahan bakar di utara kota, pusat siaran IRIB (televisi negara), serta pangkalan militer yang berada di wilayah barat dan selatan kota.
Serangan udara menyebabkan kehancuran besar, termasuk runtuhnya gedung-gedung tinggi di kawasan Nobonyad Square dan distrik-distrik elite lainnya.
Akibatnya, ribuan warga sipil melarikan diri ke daerah pegunungan Alborz. Laporan dari organisasi HAM menyebutkan lebih dari 600 orang tewas dan ribuan lainnya terluka di seluruh Iran, sebagian besar di wilayah urban seperti Tehran.
Kota ini menjadi simbol dari skala luas konflik yang menyentuh pusat kekuasaan dan kehidupan rakyat biasa sekaligus.
2. Isfahan
Di wilayah tengah Iran, Isfahan menjadi target penting, mengingat kota ini merupakan pusat teknologi nuklir Iran dan rumah bagi fasilitas pengayaan uranium utama di Natanz.
Serangan Israel telah menargetkan Isfahan sejak 2024, namun pada eskalasi 2025, serangan meningkat secara signifikan.
Pangkalan udara Shekari dan fasilitas radar serta depot militer di pinggiran Isfahan mengalami kerusakan parah.
Meski pemerintah Iran awalnya menyatakan berhasil menembak jatuh sejumlah drone, citra satelit menunjukkan sistem pertahanan S-300 mereka mengalami gangguan serius.
Serangan terhadap Isfahan memiliki makna strategis karena bertujuan melumpuhkan kemampuan pengayaan uranium Iran dan menghambat potensi pengembangan senjata nuklir.
Warga sipil di wilayah ini mengalami ketakutan besar karena dekatnya lokasi permukiman dengan target-target militer yang dibombardir.
3. Arak dan Khondab
Arak dan Khondab, dua kota yang berlokasi di Provinsi Markazi, juga menjadi sorotan dalam serangan udara Israel karena di sinilah Iran mengembangkan reaktor air beratnya, salah satu elemen kunci dari program nuklirnya.
Serangan terhadap fasilitas ini bukan hanya menimbulkan kerusakan fisik, tetapi juga memicu kekhawatiran global akan risiko kebocoran radioaktif.
Meskipun tidak ada laporan kebocoran radiasi besar, media Rusia memperingatkan potensi bencana yang bisa menyamai skala tragedi Chernobyl.
Reaksi keras muncul dari berbagai negara yang menilai serangan terhadap fasilitas nuklir aktif dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang tak terduga terhadap keselamatan regional dan lingkungan.
4. Rasht
Kota Rasht, yang terletak di utara Iran dekat Laut Kaspia, juga tidak luput dari serangan. Meski bukan target nuklir utama, kota ini dilaporkan memiliki jaringan pertahanan dan fasilitas logistik yang mendukung operasi militer Iran.
Serangan Israel terhadap kota ini menunjukkan eskalasi tidak terbatas pada wilayah pusat dan selatan Iran saja, tetapi meluas ke wilayah utara yang sebelumnya dianggap relatif aman.
Dampak serangan termasuk gangguan pasokan logistik dan ketegangan psikologis terhadap penduduk sipil yang tidak terbiasa dengan kehadiran konflik bersenjata langsung di wilayah mereka.
5. Bushehr
Wilayah pesisir selatan Iran juga menjadi target, terutama di sekitar Bushehr yang dikenal sebagai lokasi reaktor nuklir sipil pertama Iran dan pusat industri gas dan minyak.
Fasilitas pengolahan gas seperti Fajr-e Jam dan kilang minyak South Pars mengalami kerusakan akibat serangan udara.
Serangan ini menyasar infrastruktur ekonomi vital Iran, dengan tujuan memperlemah kapasitas energi negara itu dan menimbulkan tekanan ekonomi tambahan.
Kebakaran besar terjadi di depot-depot energi ini, yang menambah ketakutan warga akan potensi krisis lingkungan dan pasokan bahan bakar dalam negeri.
Keterlibatan Bushehr dalam konflik ini memperluas medan tempur ke sektor ekonomi strategis.
6. Borujerd dan Qasr-e Shirin
Kota Borujerd dan Qasr-e Shirin, meski bukan kota besar atau pusat industri militer, juga mengalami serangan yang cukup signifikan.
Di Borujerd, pabrik otomotif Farda Motors menjadi sasaran dan mengalami kerusakan parah. Tidak jelas apakah pabrik tersebut memiliki koneksi langsung ke program militer Iran, namun Israel menganggap lokasi itu sebagai bagian dari jaringan produksi strategis yang mendukung kekuatan pertahanan negara tersebut.
Di Qasr-e Shirin, gedung Departemen Kesejahteraan Sosial ikut rusak. Serangan terhadap infrastruktur sipil seperti ini menimbulkan kecaman luas, karena memperlihatkan dampak konflik tidak hanya terbatas pada target militer, tetapi juga menyentuh kehidupan sipil secara langsung.
7. Tabriz, Ilam, dan Khuzestan
Serangan-serangan lainnya tercatat terjadi di Tabriz, Ilam, dan Khuzestan, terutama pada fase sebelumnya, yaitu Oktober 2024.
Serangan ini merupakan bagian dari Operasi "Days of Repentance" yang dilakukan Israel sebagai respons atas aktivitas militer Iran di kawasan.
Fasilitas radar, pangkalan rudal, dan pos logistik militer di wilayah-wilayah tersebut dilaporkan lumpuh atau mengalami kerusakan berat.
Sebanyak empat personel militer Iran dilaporkan tewas dalam fase ini. Serangan terhadap wilayah-wilayah di barat dan barat daya Iran ini menunjukkan betapa luasnya cakupan target Israel, yang mencakup hampir seluruh penjuru Iran dalam radius tempurnya.
8. Natanz
Salah satu target paling vital dalam konflik ini adalah fasilitas pengayaan uranium di Natanz, yang berlokasi di Provinsi Isfahan.
Perwakilan Irak untuk PBB mengatakan setidaknya ada 50 pesawat tempur Israel melanggar ruang udara mereka. Hal itu disampaikan sebelum pertemuan PBB terkait konflik Iran-Israel, Jumat (20/6).
Utusan khusus Irak untuk PBB, Abbas Khadom Obaid Al-Fatlawi, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB bahwa pesawat-pesawat militer Israel itu melintas dari perbatasan Yordania-Suriah.
"Mulanya ada dua puluh pesawat terbang [melewati ruang udaranya], diikuti oleh 30 pesawat terbang menuju selatan Irak. Dan mereka terbang di atas kota Basra, Najaf, dan Karbala," kata Al-Fatlawi seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (21/6) dini hari WIB.
"Pelanggaran ini merupakan pelanggaran hukum internasional dan Piagam PBB," tambahnya.
Dia juga mengatakan pelanggaran ruang udara itu terjadi di wilayah yang menjadi tempat suci, dan mengundang kemarahan warga Irak.
"Pelanggaran ini juga merupakan ancaman terhadap tempat-tempat dan wilayah suci yang dapat menimbulkan reaksi keras dari masyarakat, mengingat pentingnya tempat-tempat suci ini bagi rakyat kita," katanya.
Sejauh ini belum ada penyataan dari otoritas Israel soal 50 pesawat tempur yang melanggar ruang udara Irak tersebut.
Perang antara Israel dan Iran sejak 13 Juni lalu terus membara dan belum menunjukkan tanda-tanda usai.
Menurut catatan kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Washington, Human Rights Activists, sedikitnya 639 orang di Iran tewas dan 1.329 orang terluka imbas serangan Israel.
Iran hingga kini belum memberikan informasi terbaru mengenai korban tewas dalam serangan Israel. Laporan terbaru yakni pada Senin (16/6), dengan 224 orang meninggal dunia dan 1.277 orang terluka.
Bantu Israel Serang Iran, Amerika dan Jerman Kirim Peralatan Militer
Amerika dan Jerman mengirimkan bantuan peralatan militer ke Israel untuk mendukung operasi militer terhadap Iran.
Kementerian Pertahanan (Kemhan) Israel dalam pernyataan, Kamis (19/6/2025), mengatakan, pengiriman peralatan militer itu bagian dari ”jembatan udara dan laut” yang telah beroperasi sejak awal serangan Israel pada Iran, Jumat (13/6/2025).
Melansir dari Antara, peralatan militer itu dikirim menggunakan 14 pesawat kargo. Bantuan itu, menambah daftar lebih dari 800 pesawat kargo militer yang mendarat di Israel sejak operasi genosida di Jalur Gaza Palestina, pada 7 Oktober 2023.
Disebutkan pula bahwa peralatan militer itu dikirimkan untuk mendukung ”kesiapan operasional” militer Israel.
Meski begitu, Kemhan Israel tak merinci jenis peralatan militer yang dikirimkan. Sementara, AS dan Jerman belum mengeluarkan komentar.
Iran memberikan peringatan jika Presiden Amerika Donald Trump memutuskan untuk membantu Israel. Trump akan mengambil keputusan dalam dua minggu.
“Keterlibatan Amerika dalam serangan Israel akan menyebabkan neraka bagi seluruh kawasan,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh dikutip dari BBC, Jumat (20/6).
“Ini bukan perang Amerika. Jika Presiden AS Donald Trump benar-benar terlibat, ia akan selalu dikenang sebagai presiden yang memasuki perang yang tidak seharusnya diikuti,” Saeed menambahkan.
Ia mengatakan keterlibatan Amerika akan mengubah konflik menjadi ‘rawa’, melanjutkan agresi, dan menunda berakhirnya ‘kekejaman brutal’.
“Diplomasi adalah pilihan pertama, tetapi selama pemboman terus berlanjut, kami tidak dapat memulai negosiasi apa pun,” kata dia.
Ia berulang kali menyebut serangan Iran terhadap Israel sebagai pembelaan diri berdasarkan Pasal 51 Piagam PBB. “Kami sedang diplomasi ketika Israel (pertama kali) menyerang situs nuklir Iran, menewaskan beberapa jenderal tinggi dan ilmuwan nuklir pada Jumat, 13 Juni,” ujar dia.
Hal itu ia sampaikan setelah Gedung Putih mengatakan Trump akan memutuskan apakah AS akan terlibat langsung dalam konflik Israel – Iran dalam dua minggu ke depan.
"Berdasarkan fakta bahwa ada peluang besar terjadinya negosiasi dengan Iran dalam waktu dekat, saya akan membuat keputusan apakah akan pergi atau tidak dalam dua minggu ke depan,” kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt menyampaikan pesan langsung dari Trump.
Ia menyampaikan bahwa prioritas utama Amerika yakni memastikan Iran tidak berhasil membangun senjata nuklir.
Sebelumnya Trump mengatakan dia belum memutuskan untuk bergabung dalam konflik Israel - Iran. “Saya mungkin melakukannya. Saya mungkin tidak melakukannya," katanya kepada wartawan pada Rabu (18/6).
Ia bersikukuh meyakini Iran sedikit lagi berhasil membangun senjata nuklir, meskipun intelijen Amerika, termasuk beberapa Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard di Kongres awal tahun ini, menyampaikan Iran tidak berencana melakukan hal itu.
Mitra BBC di AS, CBS, melaporkan bahwa Trump telah menyetujui rencana untuk menyerang Iran, tetapi belum membuat keputusan akhir apakah akan meneruskannya. “Presiden AS menunda rencananya apabila Iran setuju menghentikan program nuklir,” kata sumber intelijen.
Trump dilaporkan sedang mempertimbangkan serangan terhadap situs nuklir Iran Fordo, fasilitas pengayaan uranium bawah tanah. Iran bersikeras Fordo digunakan untuk kepentingan masyarakat. Lokasi situs tersebut, yang tersembunyi di lereng gunung, membuatnya jauh dari jangkauan persenjataan Israel.
Sementara itu, Amerika disebut-sebut memiliki bom yang mungkin cukup besar untuk menghancurkan Fordo milik Iran.
Peringatkan Amerika Tidak Ikut Campur, , Iran Luncurkan Rudal Balistik Terbesar ke Israel
Militer Amerika Serikat menyerang tiga lokasi di Iran, Minggu (22/6/2025) dini hari, yang menandai AS melibatkan diri dalam upaya Israel untuk menghentikan program nuklir Iran. Serangan ini disebut menjadi langkah berisiko untuk melemahkan musuh lama di tengah ancaman pembalasan Teheran yang dapat memicu konflik regional yang lebih luas.
Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa militer AS telah melakukan ”serangan yang sangat berhasil” terhadap tiga situs nuklir Iran, termasuk fasilitas pengayaan uranium bawah tanah di Fordo. ”Kami telah menyelesaikan serangan kami yang sangat berhasil terhadap tiga situs nuklir di Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Esfahan,” kata Trump dalam sebuah posting di platform Truth Social miliknya.
Pemerintah Iran menganggap serangan AS tersebut sebagai upaya mengkhianati proses diplomatik yang sedang berlangsung antara Iran dan Uni Eropa setelah Israel memicu konflik dengan menyerang Iran lebih dahulu. Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan, AS telah memicu perang berbahya dengan Iran. ”Iran memiliki hak untuk melawan dengan kekuatan penuh terhadap agresi militer AS dan kejahatan yang dilakukan oleh rezim jahat ini, dan untuk membela keamanan dan kepentingan nasional Iran,” demikian pernyataan yang dikutip Associated Press.
Sebagai reaksi atas serangan AS, Iran mengatakan telah menembakkan salah satu rudal balistik terbesarnya yang menyasar Israel setelah serangan AS. Saluran televisi Pemerintah Iran menayangkan apa yang tampak seperti rekaman uji coba rudal Khorramshahr-4 sebelumnya, dengan keterangan di layar yang mengatakan rudal itu digunakan pada hari Minggu dalam serangan beruntun ke Israel.
Khorramshahr-4 memiliki muatan terberat dari armada rudal balistik Iran, yang menurut para analis mungkin dirancang untuk menjaga senjata tersebut di bawah batas jangkauan 2.000 kilometer yang ditetapkan oleh pemimpin tertinggi negara itu. Rudal ini memiliki jangkauan 2.000 kilometer (1.240 mil) dengan hulu ledak 1.500 kilogram (3.300 pon).
Rudal tersebut dinamai berdasarkan kota Iran yang menjadi tempat pertempuran sengit selama Perang Iran-Irak pada 1980-an. Rudal tersebut juga disebut Kheibar, berdasarkan benteng Yahudi yang ditaklukkan oleh kaum Muslim pada abad ke-7, di tempat yang sekarang menjadi Arab Saudi.
Iran telah menembakkan ratusan rudal dan pesawat nirawak ke Israel sejak Israel melancarkan serangan mendadak terhadap fasilitas militer dan nuklirnya, minggu lalu. Pertahanan udara canggih Israel mampu menembak jatuh sebagian besar, tetapi tidak semua, rudal dan pesawat nirawak Iran masih ada yang lolos.
Serangan beruntun yang dilancarkan Iran telah membuat warga Israel kini harus selalu dalam kewaspadaan. Mereka kini lebih banyak menghabiskan waktu berada di bunker penyelamat bawah tanah. Sebagian lainnya harus dievakuasi setelah permukimannya rusak terkena rudal dari Iran.
Selat Hormuz Ditutup
Parlemen Iran pun pada Minggu (22/6/2025) resmi menyetujui langkah untuk menutup Selat Hormuz. Meski sudah disetujui parlemen Iran, keputusan akhir berada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran.
Sebagai informasi, dilansir dari Britannica, Selat Hormuz merupakan jalur laut sempit yang menghubungkan Teluk Persia di barat dengan Teluk Oman dan Laut Arab di tenggara.
Selat ini membentang selebar 35 hingga 60 mil (sekitar 55–95 kilometer), memisahkan wilayah Iran di utara dari Jazirah Arab di selatan.
Dengan kedalaman dan lebar yang memadai, Selat Hormuz mampu dilayari oleh kapal-kapal terbesar di dunia, menjadikannya titik chokepoint paling strategis bagi distribusi energi global.
Penutupan selat ini seidikitnya akan berdampak terhadap Amerika. Merujuk data Badan Informasi Energi Amerika Serikat (EIA) tahun 2023, Amerika masih mengimpor minyak 0,5 juta barel per hari dari negara-negara Teluk Persia melalui Selat Hormuz.
Jumlah ini mencakup 8 persen dari total impor minyak dan kondensat AS, serta sekitar 2 persen dari konsumsi cairan minyak bumi nasional. Angka impor ini telah berkurang separuh sejak 2018 seiring meningkatnya produksi dalam negeri AS.
Tak hanya minyak, gas alam cair (LNG) juga mengalir deras melalui selat ini. Qatar, sebagai eksportir utama, mengirimkan sekitar 9,5 triliun kaki kubik LNG per hari melalui Selat Hormuz pada 2023.
Sementara itu, Uni Emirat Arab mengekspor sekitar 0,6 triliun kaki kubik per hari, dan Kuwait mengimpor LNG dalam jumlah kecil dari jalur yang sama. Namun, jalur ini sangat rentan terhadap gangguan geopolitik.
Negara yang Memiliki Rute Alternatif
Jika Selat Hormuz ditutup, hanya Arab Saudi dan UEA yang memiliki alternatif melalui jaringan pipa darat. Saudi Aramco mengoperasikan jaringan pipa Timur-Barat berkapasitas 5 juta barel per hari, yang sempat ditingkatkan menjadi 7 juta barel pada 2019 dengan memodifikasi sebagian jaringan pipa gas.
Di sisi lain, UEA memiliki jalur pipa dari ladang minyak darat menuju terminal ekspor di Fujairah di Teluk Oman dengan kapasitas 1,5 juta barel per hari.
Diperkirakan, sekitar 2,6 juta barel per hari kapasitas minyak cadangan dari jaringan pipa Saudi dan UEA dapat dialihkan melewati selat jika terjadi gangguan besar.
Iran sendiri meresmikan jaringan pipa Goreh-Jask pada Juli 2021, dengan kapasitas awal 0,3 juta barel per hari yang langsung tersambung ke terminal ekspor minyak Jask di Teluk Oman. Namun, sejak peluncuran kargo perdana, Iran belum kembali menggunakan jalur ini secara aktif.
Meski ketegangan di Timur Tengah meningkat sejak November 2023 akibat serangan kelompok Houthi terhadap kapal-kapal di Laut Merah, hingga April 2024, aliran energi melalui Selat Hormuz tetap berjalan normal. Namun demikian, ketergantungan dunia terhadap selat ini tetap menimbulkan kekhawatiran global setiap kali muncul potensi konflik.
SEMUA WILAYAH ISRAEL KINI JADI TARGET DAN AKAN DIHUJANI RUDAL ,
Usai AMERIKA SERIKAT Serang Iran, Israel Hancur Lebur Dihujani Rudal Teheran
Bangunan-bangunan di Tel Aviv, Israel mengalami kerusakan parah setelah dihantam rudal Iran. Informasi itu disampaikan oleh tim penyelamat darurat lokal.
"Ini adalah lokasi kehancuran skala besar. Beberapa bangunan tempat tinggal berlantai dua rusak parah, dan beberapa di antaranya runtuh," ujar badan layanan darurat Magen David Adom (MDA), seperti dilansir CNN, Minggu (22/6).
Video yang dirilis oleh layanan darurat menunjukkan sebagian bangunan hancur menjadi puing dan kerusakan signifikan pada bangunan lain di area sekitarnya. Sejumlah besar petugas penyelamat darurat Israel terlihat berada di lokasi.
Kepolisian Israel menyatakan petugas dan unit penjinak bom telah berada di lokasi jatuhnya amunisi di Israel tengah. Seorang pejabat kota di Haifa, kota di bagian utara, juga mengonfirmasi adanya dampak serangan rudal Iran di kota tersebut.
Tim penyelamat Israel sebelumnya mengatakan mereka menuju setidaknya 10 lokasi setelah gelombang terbaru serangan rudal Iran pada Minggu (22/6).