Sebagai Kota Pahlawan, Surabaya, Jawa Timur memiliki banyak bangunan bersejarah. Tiap bangunan menyimpan nilai histori meski tidak semua orang tahu ceritanya.
Satu di antaranya adalah Masjid Kemayoran. Tempat ibadah umat Islam yang berada di Jalan Indrapura tersebut memiliki nilai sejarah karena dibangun pada era penjajahan Belanda.
Masjid yang sebetulnya bernama Roudhotul Musawwaroh itu didirikan pada 1772. Usut punya usut, ternyata, Masjid Kemayoran atau Roudhotul Musawwaroh tidak dibangun di Jalan Indrapura.
Mulanya, masjid itu berada di depan kantor gubernur Jatim atau di Jalan Pahlawan. Tepatnya di area Tugu Pahlawan.
Subhan, salah seorang takmir Masjid Kemayoran, mengatakan bahwa keberadaan Masjid Roudhotul Musawwaroh dipermasalahkan oleh pemerintah kolonial Belanda saat itu.
Pemerintah Belanda merasa terganggu keberadaan masjid tersebut. ”Mereka risi kalau di depan kantor mereka terdengar suara pengajian atau azan,” tutur Subhan seperti yang dilansir Radar Surabaya (Jawa Pos Group), Minggu (31/5).
Baca Artikel Lainnya
- Sejarah Masjid Kemayoran, Penjajah Belanda Risih Dengar Kumandang Azan & Lantunan Al-Quran
- Masjid Kobe Kokoh Saat Jepang Di Bombardir Bom Atom
- KEJAYAAN TURKI HANCUR KETIKA PEMIMPINNYA MERUBAH KUMANDANG ADZAN MENJADI BAHASA TURKI
- Ridwan Kamil Difitnah Lisa Mariana Jadi Selingkuhannya
- Kronologi TNI Tembaki Polisi Lampung
- Kronologi Pertamax Dioplos PERTAMINA
- Data Angka Bunuh Diri Indonesia Terus Meningkat
- Asal Usul Pagar Laut Yang Buat Rakyat Indonesia Marah
- Kenapa Banyak Orang Islam Di Tato?
- Awal Mula Kenapa Ramadhan & Idul Fitri Kini Jadi Beban Bagi Sebagian Umat Islam
- Ayat Suci Al Quran Yang Dibenci Syaitan & Jin
- Siapa Kakek Yang Ada di Iqro?
- Lailatul Qadar Didapatkan Bagi Yang Perilakunya Hijrah Saat Ramadhan Usai
- Desakan Kuburan PKI Agar Dibongkar & Diusut Menguat
- Sejarah Ulama Indonesia Serukan Jihad Melawan Para Penjajah
Pemerintah Belanda pun meminta semua kegiatan warga di masjid itu dihentikan. Keinginan tersebut tentu saja langsung ditolak masyarakat.
Bahkan, masyarakat marah. Akibatnya, terjadi pertempuran pada 1750. Subhan menuturkan bahwa pertempuran itu dipimpin oleh Kiai Badrun. Dia memaparkan bahwa Kiai Badrun merupakan kerabat Paku Alam V dari Kasunanan Surakarta.
”Jadi, beliau itu masih memiliki keturunan ningrat,” urainya.
Dalam pertempuran tersebut, Kiai Badrun gugur karena tertembak oleh pasukan Belanda. Sebagai bentuk penghargaan atas kepemimpinannya melawan Belanda, masyarakat sekitar memberinya gelar Mbah Sedo Masjid.
Meski demikian, konflik yang terkait dengan pemindahan masjid belum berhenti. Masyarakat terus melakukan perlawanan. Akhirnya, usaha itu membuahkan hasil. Belanda tidak lagi melarang aktivitas di Masjid Roudhotul Musawwaroh asal lokasi masjid dipindah.
”Jadi, semacam dilakukan tukar guling tanah,” ucap Subhan.
references by jpnn
