Bukannya berbenah dan evaluasi tentang SOP alur pelayanan dan kinerja dokter dokternya, Rumah Sakit Hasan Sadikin kembali viral kembali karena kasus-kasus negatifnya di mata masyarakat. Polisi mengungkap kronologi kasus dugaan pemerkosaan yang dilakukan oleh dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Universitas Padjajaran (Unpad) di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
Priguna Anugerah ditetapkan menjadi tersangka dan ditahan karena diduga memerkosa keluarga pasien di di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Oknum residen anestesi dari Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) itu kini ditampilkan ke publik.
Priguna Anugerah Pratama, dokter residen di RSHS Bandung, diduga memperkosa keluarga pasien sebelum Ramadan 2025. Kasus dilaporkan pertengahan Maret 2025
Dokter anestesi adalah dokter spesialis yang bertanggung jawab dalam proses pembiusan sebelum pasien menjalani operasi atau prosedur medis lainnya. Dokter spesialis ini juga memiliki keahlian dalam manajemen penanganan nyeri dan perawatan pasien.
Untuk menjadi dokter anestesi atau disebut juga anestesiolog, seorang dokter umum harus menempuh pendidikan spesialis anestesiologi setidaknya selama 8 semester.
Selama operasi berlangsung, dokter anestesi akan mengecek dan memastikan tanda-tanda vital pada pasien, di antaranya:
- Pernapasan
- Detak jantung
- Tekanan darah
- Suhu tubuh
- Jumlah cairan tubuh
- Kadar oksigen dalam darah
Dokter anestesi juga akan memastikan pasien merasa nyaman dan tidak merasakan sakit ketika operasi berlangsung. Setelah operasi selesai, pemberian obat anestesi akan dihentikan dan pasien akan dipindahkan ke ruang perawatan hingga sadar.
Sementara itu, dokter anestesi juga berperan dalam memonitor kondisi pasien setelah operasi hingga efek pembiusan hilang.
Melihat kasus ini, masyarakat akan takut dengan dokter Anastesi
Direktur Utama Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Rachim Dinata Marsidi mengatakan aktivitas dokter residen FK Unpad terduga pemerkosa terekam kamera pengawas atau CCTV.
Rekaman tersebut menurutnya sudah diserahkan ke pihak kepolisian sebagai barang bukti.
"Dia lewat di situ [ruangan] kelihatan gitu [di CCTV] itu, dan itu kan semua kita dilaporkan semua ke ke pihak yang berwenang," kata Rachim, Rabu (9/4).
Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Hendra Rochmawan mengatakan dugaan pemerkosaan terjadi pada 18 Maret sekitar pukul 01.00 WIB.
Saat itu, korban berinisial FA seorang karyawati tengah menjaga ayahnya yang menjadi pasien, kemudian pelaku melakukan modus aksinya, diminta oleh tersangka berinisial PAP untuk pengecekan atau transfusi darah yang nantinya akan diserahkan pada Ayahnya yang sedang kritis karena butuh darah.
Selanjutnya pelaku membawa korban dari ruang IGD ke gedung MCHC lantai 7.
"[Tersangka] Meminta korban untuk tidak ditemani oleh adiknya," ungkap Hendra, di Polda Jabar, Rabu (9/4).
Setelah berada di lantai 7, korban diminta untuk berganti pakaian menggunakan baju operasi. Setelah itu, tersangka membius dengan cara penyuntikan hingga korban tak sadarkan diri sebanyak 15 kali suntikan.
Kemudian, pada pukul 04.00 WIB, korban tersadar dan kembali ke IGD. Namun saat korban hendak buang air kecil, ia merasakan sakit pada alat vitalnya. dan ia merasa ada yang janggal
Korban pun menceritakan tindakan yang dilakukan tersangka sebelum ia tak sadarkan diri, kepada ibunya. Keluarga korban merasa ada kejanggalan dari rasa sakit yang dirasakan FH. Mereka akhirnya melaporkan apa yang menimpa anaknya itu kepada pihak kepolisian.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan penyelidikan mendalam dan cuikup barang bukti, akhirnya pada 23 Maret 2025, polisi mengamankan tersangka
Direktur Ditreskrimum Polda Jabar Kombes Pol Surawan menuturkan lokasi yang dijadikan pelaku untuk melakukan tindakan pemerkosaan terhadap korban, dilakukan di salah gedung yang ada di RSHS.
"Itu memang ruangan belum pakai, itu ruangan baru. Mereka (pihak RSHS) rencananya untuk operasi khusus perempuan. Jadi itu belum pakai," kata Surawan pada waktu yang sama.
Terkait apa yang dilakukan oleh pelaku terhadap korban, Surawan mengatakan pihaknya memerlukan pemeriksaan lebih dalam dengan menggunakan uji DNA.
"Akan dilakukan uji di DNA, kan kita harus uji. Dari yang ada di kemaluan korban, kemudian keseluruhan uji DNA korban, dan juga yang ada di kontrasepsi itu, sesuai DNA sperma," katanya.
Soal dugaan ada sperma berbeda pada alat vital korban, Surawan belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut. Ia masih menunggu pemeriksaan mendalam untuk penyelidikan lebih lanjut.
"Sekarang lagi kita uji. Jadi ini nanti kita kirim ke laporan," katanya.
Surawan mengatakan,beberapa hari sebelum ditangkap, pelaku sempat mencoba bunuh diri.
"Jadi pelaku setelah ketahuan itu sempat berusaha membunuh diri juga. Memotong urat-urat nadi. Sehingga dia sempat dirawat, setelah dirawat baru ditangkap," katanya.
Terkait kondisi korban, Surawan mengatakan saat ini korban dalam kondisi baik. Namun begitu, korban mengalami trauma pasca kejadian tersebut.
Pada kasus ini, polisi pun telah mengamankan sejumlah barang bukti yang diantaranya dua buah infus fulset, kemudian dua buah sarung tangan, tujuh buah suntikan, 12 buah jarum suntik, satu kondom, dan beberapa obat-obatan.
Korban perkosaan FH yang seorang karyawati mendampingi ayahnya yang sedang kritis di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
18 Maret 2025:
Dr PAP, dokter residen anastesi, mengajak FH ke sebuah ruangan baru RSHS yang belum dipakai, dengan dalih untuk transfusi darah tanpa didampingi anggota keluarga lain.
Di Gedung MCHC RSHS Bandung ini lah korban diperkosa PAP, setelah terlebih dahulu dibius.
23 Maret 2025
Dr PAP ditangkap di sebuah apartemen di Bandung. Menurut Kombes Surawan, tersangka mencoba bunuh diri dengan melukai pergelangan tangannya.
Korban Dibius
Aparat kepolisian mengungkapkan dokter PAP melakukan aksinya saat korban dalam kondisi tidak sadarkan diri setelah disuntik cairan bius melalui selang infus.
"Peristiwa ini terjadi pada 18 Maret 2025. Pelaku meminta korban menjalani transfusi darah tanpa didampingi keluarga di Gedung MCHC RSHS (Rumah Sakit Hasan Sadikin) Bandung. Di ruang nomor 711, sekitar pukul 01.00 WIB, korban diminta berganti pakaian dengan baju operasi dan melepas seluruh pakaian," kata Kabid Humas Polda Jabar Komisaris Besar Polisi Hendra Rochmawan di Bandung, Rabu.
Hendra menjelaskan tersangka PAP menyuntikkan cairan melalui infus setelah menusukkan jarum ke tangan korban sebanyak 15 kali. Akibatnya, korban mengaku merasa pusing dan tidak sadarkan diri.
Ia menambahkan peristiwa tersebut terjadi saat korban sedang mendampingi ayahnya yang dalam kondisi kritis. Tersangka meminta korban melakukan transfusi darah sendirian dan tidak ditemani keluarganya.
"Setelah sadar sekitar pukul 04.00 WIB, korban diminta berganti pakaian dan diantar ke lantai bawah. Saat buang air kecil, korban merasakan perih di bagian tubuhnya yang terkena air," katanya.
Hendra mengatakan korban kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada Direktorat Reskrimum Polda Jabar.
Polisi telah memeriksa 11 orang saksi, termasuk korban, ibu dan adik korban, beberapa perawat, dokter, serta pegawai rumah sakit lainnya.
Dokter Residen Pelaku Kekerasan Seksual Seumur Hidup Dilarang Lanjutkan Pendidikan di RSHS Bandung
Peserta program pendidikan dokter spesialis Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran diduga melakukan tindak kekerasan seksual terhadap keluarga pasien dalam pelayanan yang diberikan di RS Dr Hasan Sadikin Bandung. Sanksi tegas yang diberikan kepada pelaku agar termasuk pencabutan tanda registrasi praktik kedokteran.
Direktur Jenderal Kesehatan Lanjutan Kementerian Kesehatan Azhar Jaya dihubungi di Jakarta, Rabu (9/4/2025), menuturkan, Kementerian Kesehatan telah memberikan sanksi tegas kepada terduga pelaku kekerasan seksual tersebut. Terduga pelaku tidak diperbolehkan melanjutkan pendidikan kedokterannya di RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. RSHS Bandung saat ini merupakan salah satu rumah sakit rujukan nasional yang berada di bawah Kementerian Kesehatan.
Nama Priguna Anugerah Pratama belakangan menjadi sorotan tajam publik usai terseret dalam dugaan kasus kekerasan seksual terhadap pendamping pasien di sebuah rumah sakit pendidikan.
Priguna diketahui merupakan mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di bidang anestesiologi yang sedang menempuh studi lanjutan di Universitas Padjadjaran (Unpad).
Kasus ini mencuat setelah akun Instagram @ppdsgramm mengunggah tangkapan layar yang menampilkan laporan dugaan rudapaksa oleh seorang dokter residen.
Nama Priguna Anugerah Pratama pun disebut secara langsung dalam unggahan tersebut.
Dari pesan keluarga korban, ditemukan dua kresek di tempat kejadian dan ada satu keresek berisi obat bius dan alat kontrasepsi bekas.
"Polisi menerangkan bahwa sepertinya ada korban lain karna 1 kresek ini tidak ada kondom sama sekali dan sepertinya sudah lama disimpan di lantai 7 itu
Priguna Anugerah Pratama Ternyata Sudah Menikah, Akun Media Sosial Sang Istri Vegy Supriadi Mendadak Lenyap
Seorang dokter residen yang melakukan rudapaksa kepada salah seorang anak pasien.
Aksi rudapaksa dilakukan ketika anak pasien diminta mengikuti prosedur dokter residen tersebut.
Siapa sangka dalam prosedur anak pasien diberi obat bius hingga tak sadarkan diri. Namun setelah sadar, anak pasien merasakan ada yang sakit di bagian alat vital saat ia buang air kecil (pipis) di Rumah Sakit hingga akhirnya meminta visum.
Terkuak di bagian alat vital ditemukan air mani dan juga di lokasi tempat prosedur dijalankan.
Dokter residen yang terseret ialah Priguna Anugerah Pratama.
Sosok Priguna Anugerah Pratama menempuh pendidikan Sarjana Kedokteran di Universitas Kristen Maranatha.
Setelahnya, Priguna melanjutkan pendidikan dokter spesialis di Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat.
Sosoknya merupakan pria kelahiran 1994 dimana saat ini telah menginjak usia 30 tanunan.
Priguna diketahui beralamatkan di wilayah Pontianak Selatan, Kalimantan Barat.
Pria yang satu ini disebut-sebut sudah menikah dan memiliki istri yang berparas ayu.
Namun akun Instagram sang istri diketahui sudah lenyap pasca kasus rudapaksa terkuak.
SETELAH MIMIN CARI TAHU.. DIKETAHUI AYAH DAN iBU PELAKU ADALAH BERPROFESI YANG SAMA YAITU DOKTER
Baca Artikel Lainnya
- Ridwan Kamil Difitnah Lisa Mariana Jadi Selingkuhannya
- Kronologi Pertamax Dioplos PERTAMINA
- Fakta Tentang Kasus IWAS alias Agus Buntung NTB
- Kronologi Nia Penjual Gorengan Padang
- Kronologi Dokter Rumah Sakit Hasan Sadikin Perkosa Penunggu Pasien
- Kronologi Ojol vs Opang Cimekar Bandung
- Pinjol AdaKami Jadi Sponsor Persib Bandung
- Manajemen Persib Bela Para Pemainnya dan Akan Ajukan Banding Ke KOMDIS
- Mengenal CCTV Pendeteksi Wajah Di Stadion GBLA
Dokter PPDS Pemerkosa Keluarga Pasien hendak Bunuh Diri sebelum Ditangkap
Priguna Anugerah (31), dokter PPDS pelaku pemerkosaan terhadap keluarga pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, sempat berusaha bunuh diri setelah perbuatannya terbongkar. Priguna mencoba bunuh diri dengan memotong urat nadinya.
“Pelaku sempat memotong nadinya, mencoba bunuh diri. Itu terjadi lima hari setelah kejadian,” ujar Direktur Kriminal Umum Polda Jabar, Kombes Surawan, Rabu (9/4/2025). Upaya bunuh diri tersebut terjadi tepatnya pada tanggal 23 Maret 2025. Priguna ditemukan di sebuah apartemen di Kota Bandung dalam kondisi terluka.
Dia sempat menjalani perawatan medis sebelum akhirnya diamankan oleh polisi. Menurut Surawan, upaya tersebut diduga dilakukan karena pelaku panik dan merasa tertekan setelah korban melapor.
Setelah identitasnya mulai diketahui dan kasus ini viral di media sosial, dia panik dan mencoba mengakhiri hidupnya,
POLISI masih menyeldiki apakah masih ada korban lainnya dari oknum Dokter mesum ini,,,
ADA BAIKNYA PARA PELAKU KRIMINAL WAJAHNYA TAK DITUTUP PIHAK KEPOLISIAN..
AGAR PARA PELAKU LAINNYA BERFIKIR ULANG JIKA AKAN BERBUAT KRIMINAL
PELAJARAN BERHARGA LAINNYA..
JIKA TAK MEMUNGKINKAN, JANGANLAH ANAK PEREMPUAN MENUNGGU DI RUMAH SAKIT SENDIRIAN USAHAKAN DIDAMPINGI KELURGA LAINNYA
BUKAN HANYA KEHILANGAN MASA DEPAN,
KELUARGA DAN ANAK CUCUNYA KELAK PUN AKAN MENANGGU MALU..
KARENA NAMA DAN WAJAH AKAN TERUS DIINGAT DAN ADA DI INTERNET..
BELUM LAGI SANKSI SOSIAL MASYARAKAT,,
MENGINGAT RINGANNYA HUKUMAN PELAKU
MELIHAT BARANG-BARANG YANG SUDAH DIPERSIAPKAN PELAKU DAN TERENCANA, NAMPAKNYA HAL INI SUDAH DIRENCANAKAN MATANG.. DAN MUNGKIN BANYAK KORBAN LAINNYA,, ENTAH TAK MERASAKAN KARENA EFEK BIUS.. ATAU ENGGAN MELAPOR KARENA MALU
ENTAH PUNYA POWER APA SANG PELAKU.. atau ADA PELAKU LAINNYA?
RELASI, UANG DAN JABATAN?
SETELAH SEMPAT VIRAL DIDUKUNG BUKTI BUKTI KUAT, AKHIRNYA PIHAK KEPOLISIAN BERTINDAK, PIHAK RSHS , UNPAD AKHIRNYA BUKA SUARA..
PIHAK RSHS BERSIKUKUH PELAYANAN SUDAH SESUAI SOP, NAMUN NYATANYA DI LAPANGAN BERBANDING TERBALIK.. HINGGA KASUS-KASUS LAINNYA MUNCUL.. DAN YANG TERPARAH ADALAH KASUS INI
PELAKU MIMIN DUGA MEMILIKI KELAINAN SEKSUAL, ATAU MENCARI KORBAN YANG PERAWAN? ATAU KATEGORI TERTENTU?
POLISI BELUM MENJELASKAN APAKAH ADA FOTO ATAU VIDEO KORBAN PEMERKOSAAN PASIEN LAINNYA DI HANDPHONE MILIK PELAKU,,,,
UPDATE 9 APRIL 2025
Korban Dokter Cabul RSHS Bandung Bertambah Jadi 3 Orang
Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jawa Barat Kombes Pol Surawan mengungkapkan, jumlah korban pemerkosaan oleh dokter residen di Rumah Sakit (RS) Hasan Sadikin Bandung bertambah menjadi tiga orang.
Korban, kata Surawan merupakan pasien yang tengah menjalani pengobatan di rumah sakit dan melaporkan perbuatan dokter Priguna Anugerah (31) melalui hotline.
“Ada dua korban (baru), melalui hotline. Dua korban ini bersangkutan (adalah) pasien, peristiwa berbeda dengan yang kami tangani,” kata Surawan saat dihubungi, Rabu (9/4).
Surawan menerangkan, modus yang dipakai dokter cabul ini sama seperti terhadap korban FH, yakni mengambil sampel darah dan korban dibius.
“Rata-rata modusnya sampai dalih (yaitu) mengambil sampel darah, DNA, dan dibius (untuk melakukan) pemerkosaan pada korban,” ujarnya.
Perwira Menengah Polri itu mengungkapkan, sejauh ini pihaknya baru memeriksa satu orang pelaku pemerkosaan, yakni Priguna Anugerah Pratama, mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anastesi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (FK Unpad).
Sementara itu, Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Hendra Rochmawan menuturkan, pihaknya membuka layanan hotline bagi masyarakat yang pernah menjadi korban pemerkosaan dokter Prigana.
Hendra mendorong agar para korban melaporkan ke pihah berwajib untuk segera diproses perkaranya.
Surawan menuturkan aksi tersangka kepada dua korban lainnya dilakukan pada waktu yang berbeda, yakni pada 10 dan 16 Maret 2025.
Adapun kedua korban tersebut masing-masing berusia 21 dan 31 tahun. Keduanya merupakan pasien di RSHS Bandung.
"Korban dibawa ke tempat sama," katanya.
Dua
korban lain Priguna ini telah diungkap polisi pada Kamis (10/4)
kemarin. Surawan saat itu berkata selain FH ada beberapa korban lain
dari Priguna Anugerah Pratama.
"Ada dua lagi (yang jadi korban)," kata Surawan.
Ia
mengaku sempat berkomunikasi dengan kuasa hukum dari salah seorang
korban Priguna. Namun pihaknya meminta untuk dilakukan pemeriksaan
setelah lebaran.
"Belum (lapor), namun sudah dikomunikasikan dengan kuasa hukumnya," ungkapnya.
Berdasarkan
pemeriksaan sementara, terhadap dua korban lainnya, modus yang
dilakukan Priguna sama dengan korban FH. Pelaku membius korbannya
sebelum melampiaskan nafsu syahwatnya.
Membahayakan Masyarakat, Kemenkes Cabut Permanen STR dr. Priguna Anugerah
Menkes Bekukan PPDS Anestesi UNPAD Buntut Pemerkosaan oleh Dokter Priguna.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia secara resmi mencabut Surat Tanda Registrasi (STR) milik dr. Priguna Anugerah Pratama (31), setelah dokter muda tersebut terbukti melakukan tindak pemerkosaan terhadap seorang perempuan keluarga pasien di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Pencabutan STR ini bersifat permanen, yang artinya Priguna tidak lagi diperkenankan menjalankan praktik kedokteran dalam bentuk apapun seumur hidup. Keputusan tegas ini diumumkan oleh Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kementerian Kesehatan, Aji Muhawarman, pada Kamis, 10 April 2025. Ia menyebut bahwa pencabutan dilakukan segera setelah penetapan tersangka oleh pihak kepolisian.
Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, membekukan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK Unpad) dan Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung buntut kasus pemerkosaan yang dilakukan Dokter PPDS Priguna Anugerah.
Awalnya Budi menyesalkan adanya kekerasan seksual yang dilakukan oleh Dokter PPDS Priguna Anugerah. pihaknya juga turut sedih kepada keluarga yang menjadi korban.
"Yang pertama kita sangat menyesalkan ini terjadi, nomor dua saya mengucapkan turut sedih kepada keluarga korban," katanya usai bertemu dengan Jokowi di Sumber, Solo, Jumat (11/4/2025).
Menindaklanjuti kasus tersebut, Budi akan melakukan pembekuan untuk PPDS anestesi di Universitas Padjajaran dan Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Pembekuan ini dilakukan selama satu bulan untuk melakukan evaluasi.
"Kita harus ada perbaikan, jadi perbaikan yang pertama kita akan freeze dulu anestesi di Unpad dan RSHS untuk lihat kekurangannya mana yang harus diperbaiki sambil jalan. Freeze dulu satu bulan untuk perbaikan seperti apa," ungkap Menkes.
Pihaknya memastikan akan mencabut Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) milik pelaku. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan efek jera kepada tenaga kesehatan.
"Ini harus ada efek jeranya. Ini sering terjadi di Undip. Tapi nggak ada efek jera jadi melakukan terus melihat ini hal biasa. Kita pastikan STR, SIP dicabut karena wewenang ada di Kemenkes mengenai undang-undang yang baru. Sehingga dia tidak bisa praktik lagi," pungkasnya.
Ayah Korban Pemerkosaan Dokter Priguna Meninggal Usai Dirawat di RSHS
Nasib pilu dialami gadis yang jadi korban pemerkosaan dokter Priguna Anugerah. Ayah korban meninggal setelah dirawat di RSHS Bandung.
Dilansir detikJabar, Jumat (11/4/2025), ayah dari wanita berusia 21 tahun itu sempat menjalani perawatan di RSHS. Korban menjadi korban pemerkosaan yang dilakukan Priguna saat menemani ayahnya dirawat.
Kakak Ipar korban, Agus, mengatakan ayah korban meninggal dunia beberapa hari setelah pemerkosaan terhadap korban terjadi.
"Masuk tanggal 16 Maret ke rumah sakit, ada perawatan beberapa hari dan rekomendasi dari rumah sakit harus operasi," kata Agus.
Dia mengatakan pemerkosaan terjadi pada 18 Maret atau 2 hari setelah ayah korban masuk rumah sakit. Pada 19 Maret, ayah korban menjalani operasi. Namun kondisinya semakin menurun dan meninggal dunia.
"Karena kondisi bapak semakin menurun setelah beberapa hari dirawat, akhirnya meninggal," ujarnya.
Polisi Dalami 2 Sperma Lainnya yang Ada di Korban Pemerkosaan Dokter PPDS UNPAD
Penyidikan kasus dugaan pemerkosaan yang melibatkan seorang dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), Priguna Anugerah Pratama (31), terus berkembang dengan pendekatan ilmiah berbasis bukti forensik.
Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jawa Barat telah menetapkan Priguna sebagai tersangka dalam kasus ini. Salah satu langkah penting dalam proses pembuktian adalah penyimpanan dan pembekuan sampel sperma yang kemudian akan diuji untuk pencocokan DNA.
“Kemarin kita sudah disimpan dibekukan spermanya itu, akan dilakukan uji di DNA dari yang ada di kemaluan korban, kemudian keseluruhan uji DNA korban, dan juga yang ada di kontrasepsi itu, sesuai DNA sperma,” ujar Dirreskrimum Polda Jabar Kombes Pol Surawan saat memberikan keterangan pers di Mapolda Jabar, Rabu (9/4).
Salah satu isu yang turut menjadi perhatian dalam penyelidikan ini adalah dugaan adanya dua sampel sperma berbeda yang ditemukan pada tubuh korban. Namun, Surawan menegaskan bahwa hal tersebut masih dalam tahap pendalaman.
“Iya, secara intensif. Apakah ada di dalam sperma atau ada di kontrasepsi,” tambahnya.
Kasus ini semakin mengundang perhatian karena modus yang digunakan pelaku tergolong manipulatif dan mengejutkan. Surawan menjelaskan bahwa kekerasan seksual terjadi saat korban dalam kondisi tidak sadar akibat dibius. Tersangka juga diketahui membawa kondom saat kejadian.
Kondisi tragis keluarga korban diduga turut dimanfaatkan oleh pelaku untuk melancarkan aksinya
Polisi telah meminta keterangan dari dua korban pemerkosaan lain oleh dokter PPDS Unpad Priguna Anugerah Pratama.
Direktur Ditreskrimum Polda Jabar Kombes Pol Surawan mengungkap dari hasil pemeriksaan, modus yang digunakan tersangka sama dengan yang dilakukan kepada korban FH.
"Modus sama dengan dalih akan melakukan analisa anestesi dan kedua dilakukan uji alergi terhadap obat bius," kata Surawan, Jumat (11/4).
SECURITY / SATPAM RSHS HASAN SADIKIN DIDUGA TAU APA YANG DIPERBUAT OLEH PELAKU DOKTER CABUL
Hal ini diungkap oleh dokter gigi Mirza melalui akun Instagram pribadinya @drg.mirza.
Dalam unggahan Instagram Story pada 9 April 2025, ia membagikan pesan dari kakak korban yang menyebut bahwa satpam rumah sakit sempat melontarkan pertanyaan bernada pelecehan kepada korban.
"Dia (satpam) menginterogasi dengan kata yang menurut saya kurang baik, dia bilang 'ini teteh yang korban, gimana teh pas di e*e nya sakit enggak? , Terus itunya perih gak?" kata dokter Mirza.
Pertanyaan satpam tersebut terjadi saat korban tengah berada di ruang HCU untuk menjenguk sang ayah.
Bukannya mendapat dukungan, korban justru mendapat perlakuan yang menyakitkan secara verbal dari petugas keamanan yang seharusnya memberikan rasa aman.
Dokter Mirza pun geram dan menyayangkan pernyataan tidak pantas tersebut.
Dia juga mempertanyakan, apakah pihak rumah sakit perlu mengusut keterlibatan satpam dalam kasus ini.
MARAKNYA KONTEN VIDEO, FOTO, DAN JOKES MESUM DI MEDIA SOSIAL DAN INTERNET, DAN CARA BERPAKAIAN WANITA INDONESIA YANG KETAT DAN TERBUKA TURUT JADI PENYUMBANG AKSI PREDATOR SEKSUAL SEPERTI INI SEMAKIN BERTAMBAH MASIF,,
HAL INI, BISA DIKURANGI JIKA POLISI MAU MENINDAK TEGAS PELAKU KONTEN MESUM DENGAN HUKUMAN PENJARA..
BELUM LAMA INI JUGA BANYAK KASUS PREDATOR SEKSUAL DARI KALANGAN TERPELAJAR. DOSEN UGM DAN KAPOLRES NGADA
