Baca Artikel Lainnya
Samsung dilaporkan akan menghentikan produksi SSD SATA, langkah yang memicu kekhawatiran kenaikan harga penyimpanan. Sekitar dua puluh persen SSD terlaris di Amazon masih berbasis SATA dan Samsung memegang porsi penting. Penghentian pasokan membuat ketersediaan SSD menurun dan harga berpotensi naik. Pergeseran industri menuju perangkat yang membutuhkan SSD cepat ikut menambah tekanan.
Kabar kurang sedap datang dari dunia penyimpanan data. Samsung dilaporkan akan menghentikan produksi SSD berbasis SATA, sebuah langkah yang langsung memicu kekhawatiran soal kenaikan harga storage di pasar global. Isunya makin serius karena hingga saat ini, sekitar 20 persen SSD terlaris di Amazon masih menggunakan antarmuka SATA, dan Samsung punya peran besar di segmen tersebut.
Buat pengguna PC dan laptop, terutama yang masih mengandalkan SSD SATA untuk upgrade murah, kabar ini jelas bikin was-was.
Meski teknologi NVMe sudah jadi primadona, SSD SATA belum benar-benar ditinggalkan. Banyak pengguna masih memilih SATA karena:
- Harganya lebih terjangkau
- Cocok untuk laptop dan PC lawas
- Upgrade paling simpel dari HDD
- Performa sudah cukup untuk harian
Di marketplace besar seperti Amazon, SSD SATA masih laris, terutama kapasitas 500GB dan 1TB. Artinya, pasar SSD SATA sebenarnya masih hidup dan relevan.
Samsung bukan pemain kecil di dunia SSD. Brand ini dikenal luas lewat seri SSD SATA seperti EVO yang reputasinya kuat soal kecepatan stabil dan daya tahan. Ketika Samsung dikabarkan menghentikan produksi SSD SATA, dampaknya otomatis terasa besar.
Jika pasokan dari Samsung berkurang atau bahkan berhenti total, ketersediaan SSD SATA di pasaran bisa menurun drastis. Dan seperti hukum pasar pada umumnya, stok menipis sering kali berujung pada harga yang naik.
Dampak Langsung ke Harga SSD
Penghentian produksi berarti suplai baru makin terbatas. Sementara permintaan belum tentu langsung turun. Kondisi ini membuka peluang:
- Harga SSD SATA naik perlahan
- Promo makin jarang
- Pilihan merek berkurang
- Konsumen dipaksa beralih ke NVMe
Buat pengguna dengan budget terbatas, ini bisa jadi masalah. SSD SATA selama ini jadi solusi upgrade paling ekonomis, terutama untuk laptop kerja, PC kantor, atau komputer rumahan.
Langkah Samsung ini sebenarnya sejalan dengan arah industri teknologi saat ini. Perangkat modern makin mengandalkan SSD berkecepatan tinggi seperti NVMe dan PCIe Gen terbaru.
Laptop dan PC generasi baru:
- Mulai menghilangkan slot SATA
- Fokus ke M.2 NVMe
- Membutuhkan storage super cepat untuk AI, editing, dan gaming
Dalam konteks ini, SSD SATA dianggap teknologi lama yang performanya sudah tidak maksimal untuk kebutuhan masa depan.
Tapi Konsumen Belum Sepenuhnya Siap
Masalahnya, tidak semua konsumen siap pindah ke NVMe. Masih banyak perangkat yang:
- Tidak mendukung NVMe
- Punya keterbatasan slot
- Digunakan untuk kebutuhan ringan
Jika SSD SATA makin langka dan mahal, konsumen berada di posisi sulit. Mau upgrade jadi lebih mahal, tapi ganti perangkat baru juga butuh biaya besar.
ika Samsung benar-benar mundur dari SSD SATA, brand lain seperti Kingston, Crucial, atau WD kemungkinan masih akan bertahan sementara. Tapi tanpa pemain besar seperti Samsung, stabilitas harga dan stok tetap terancam.
Selain itu, kualitas dan kepercayaan konsumen terhadap SSD SATA juga selama ini banyak bertumpu pada brand besar. Kehilangan salah satu pemain utama bisa mengubah peta persaingan.
Kabar bahwa Samsung akan menghentikan produksi SSD SATA menandai percepatan transisi industri ke storage yang lebih cepat. Dari sisi teknologi, langkah ini masuk akal. Tapi dari sisi konsumen, dampaknya cukup terasa.
Ketersediaan SSD SATA berpotensi menurun, harga bisa naik, dan pengguna dipaksa beradaptasi lebih cepat. Dalam waktu dekat, pasar penyimpanan mungkin akan memasuki fase transisi yang cukup “panas”.






