Baca Artikel Lainnya
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengatakan, militer Amerika menyerang tiga lokasi di Iran. Hal ini sekaligus sebagai upaya dukungan Amerika terhadap Israel. Dalam pidatonya, Donald Trump mengatakan lokasi nuklir utama Iran telah dihancurkan sepenuhnya oleh serangan Amerika. Trump memperingatkan Iran agar tidak membalas serangan Amerika, dan mengatakan Iran punya pilihan antara perdamaian atau tragedi.
Trump juga mengatakan bahwa ia tidak akan ragu untuk menyerang target lain di Iran, jika perdamaian tidak segera terwujud di Timur Tengah.
Dari pihak Iran juga sudah memberikan respons terhadap serangan Amerika Serikat, yang mengartikan bahwa Amerika Serikat kini resmi bergabung dengan Israel untuk menyerang Iran.
Dengan kondisi yang semakin complicated ini, ditanggapi oleh Iran bahwa pihak Iran mengatakan akan mulai menyerang Amerika Serikat. Menteri Pertahanan Iran mengatakan, semua pangkalan Amerika Serikat yang berada dalam jangkauan Iran akan menjadi target berikutnya.
Amerika Serikat menyerang Iran pada Minggu (22/6/2025) pagi waktu Indonesia barat. AS telah bergabung dengan Israel dalam serangan yang diklaim dimaksudkan untuk melumpuhkan fasilitas nuklir Iran tersebut.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan serangan AS tersebut, Sabtu (21/6) petang waktu Washington atau Minggu pagi WIB.
”Kami telah dengan sangat sukses menyerang tiga lokasi fasilitas nuklir Iran, termasuk Fordo, Natanz, dan Esfahan,” ujar Trump melalui unggahan di akun media sosialnya. ”Seluruh pesawat (penyerang) kini sudah berada di luar wilayah udara Iran. Bom dalam jumlah besar telah dijatuhkan di lokasi nuklir utama Fordow.”
Kantor Berita Iran, IRNA, mengutip Akbar Salehi, Deputi Gubernur Isfahan yang menangani urusan keamanan, membenarkan adanya serangan di sekitar lokasi fasilitas nuklir Iran, tetapi tidak menerangkan lebih detail. Pejabat lain mengonfirmasi serangan ditargetkan ke fasilitas nuklir bawah tanah Fordo.
Trump menyebutkan, serangan ke Iran itu sebagai momen historik bagi Amerika Serikat, Israel, dan bagi dunia. ”Iran sekarang pasti setuju untuk mengakhiri perang ini. Terima kasih!” tulisnya dalam pernyataan terpisah yang diunggah berikutnya.
Sebelumnya pada Sabtu pagi, dilaporkan bahwa pesawat pengebom B-2 yang mampu membawa bom penembus bunker terpantau terbang keluar dari AS, melintasi pasifik.
Amerika Serikat menyerang Iran dengan pesawat pengebom dan kapal selam. Setidaknya 30 rudal Tomahawk dan setidaknya 14 bom GBU-57 ditembakkan ke Iran.
Pesawat pengebom B-2 terbang di atas Monumen Washington pada peringatan Kemerdekaan AS, 4 Juli 2020, di Washington DC. Pesawat ini mampu mengangkut bom yang digadang-gadang dapat menghancurkan fasilitas nuklir bawah tanah Iran.
Serangan AS ke Iran dilancarkan pada Minggu (22/6/2025) dini hari. Waktu serangan AS sama dengan waktu serangan Israel ke Iran pukul 03.00 waktu setempat.
AS menerbangkan enam pesawat pengebom B-2 dari pangkalan di Missouri, AS. Pesawat itu terbang 37 jam tanpa henti dan didampingi tanker udara untuk isi ulang bahan bakar sembari tetap terbang
Namun, Gedung Putih dan Pentagon belum mengelaborasi lebih jauh apakah pesawat ini dan bom penembus bunker berbobot 13,6 ton yang dibawanya digunakan dalam serangan AS ke Iran ini.
Pada Kamis (19/6/2025) lalu, Gedung Putih mengumumkan, Trump akan menanti dua pekan lagi untuk memutuskan apakah AS akan bergabung dengan Israel menyerang Iran atau tidak. Alasannya, memberi waktu untuk mencari solusi diplomatik.
Bersamaan dengan itu, Iran kembali ke meja diplomasi dengan negara-negara Eropa di Geneva, Swiss, terkait dengan program nuklirnya. Trump sempat memberi respons positif atas perkembangan diplomasi tersebut.
Kepada reporter, Jumat, Trump mengatakan bahwa ia tidak berminat membawa pasukan darat AS untuk menyerbu Iran. ”Itu hal terakhir yang ingin dilakukan,” ujarnya.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengingatkan, Rabu (18/6), keterlibatan langsung AS dalam serangan Israel ke Iran akan menimbulkan ”kerusakan yang tidak dapat diperbaiki” bagi AS ataupun Israel. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmail Baghaei kemudian menambahkan, intervensi AS akan mengobarkan perang besar di kawasan.
Merespons hal itu, Sabtu (21/6), milter Israel menyatakan, mereka telah mempersiapkan kemungkinan perang dalam jangka waktu panjang.
Kemungkinan perang meluas juga diperkuat pernyataan kelompok Houthi di Yaman untuk menyerang kapal perang AS di Laut Merah jika pemerintahan Trump bergabung dengan Israel menyerang Iran. Sebelumnya, Houthi menghentikan serangan sejak Mei lalu karena kesepakatan dengan AS. (AP)
Konflik di Timur Tengah kini makin panas setelah keterlibatan langsung Amerika Serikat (AS) pada Juni 2025, yang telah mengubah dinamika perang Israel-Iran secara drastis
Iran Tegaskan Seluruh Personel AS Sah Jadi Target Serangan
Iran bersumpah akan melakukan pembalasan cepat pada Ahad dini hari 22 Juni 2025 menyusul serangan militer Amerika Serikat (AS) terhadap program nuklir Iran.
"Setiap warga negara Amerika atau personel militer di kawasan itu sekarang menjadi sasaran," kata seorang komentator di media pemerintah Iran.
"Perang dimulai sekarang juga", Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), cabang militer utama Teheran, mengatakan pada Ahad dini hari seperti dilansir Euronews. Hal ini diucapkan setelah pasukan AS menyerang tiga lokasi nuklir di Iran, menurut Presiden AS Donald Trump.
Pada hari-hari dan pekan-pekan menjelang serangan itu, para pemimpin Iran telah berulang kali memperingatkan akan adanya pembalasan jika serangan itu terjadi.
"Semua pangkalan AS berada dalam jangkauan kami dan kami akan dengan berani menargetkan mereka," kata Menteri Pertahanan Iran Aziz Nasirzadeh pada 11 Juni.
Hal ini semakin meningkatkan apa yang telah menjadi pertukaran serangan rudal dan pesawat tak berawak oleh Iran dan Israel sejak Jumat lalu, sekarang meningkat melampaui konflik menjadi perang besar-besaran di Timur Tengah.
Kementerian Pertahanan Israel mengatakan pihaknya meningkatkan status siaga lebih jauh, membatalkan semua "kegiatan pendidikan, pertemuan, dan tempat kerja, kecuali untuk sektor-sektor penting."
Keputusan Trump untuk melibatkan AS secara langsung muncul setelah lebih dari seminggu serangan Israel terhadap Iran yang bertujuan untuk secara sistematis membasmi pertahanan udara dan kemampuan militer ofensif negara itu, sambil merusak fasilitas pengayaan nuklirnya.
Pada Sabtu, beberapa pesawat pembom B-2 AS tampak mengudara dan menuju ke barat dari AS.
Pembom B-2 adalah satu-satunya pesawat yang membawa bom penghancur bunker yang lebih besar.
Selain serangan darat atau bahkan serangan nuklir, fasilitas pengayaan uranium bawah tanah Fordow milik Iran dianggap berada di luar jangkauan semua kecuali bom penghancur bunker Amerika.
Baik pejabat AS maupun Israel mengatakan bahwa pesawat pembom siluman Amerika dan bom penghancur bunker seberat 15.000 kilogram yang dapat mereka bawa sendiri menawarkan peluang terbaik untuk menghancurkan situs-situs yang dijaga ketat yang terhubung dengan program nuklir Iran yang terkubur jauh di bawah tanah.
Bom-bom penghancur bunker tersebut diyakini mampu menembus sekitar 60 meter di bawah permukaan sebelum meledak. Bom-bom tersebut dapat dijatuhkan satu demi satu, yang secara efektif akan mengebor semakin dalam dengan setiap ledakan berikutnya.
Namun, situs nuklir Fordow mungkin terkubur dalam, dengan beberapa bagiannya mencapai ratusan meter di bawah permukaan, menurut laporan.
