MASUKAN KATA DI KOTAK BAWAH INI UNTUK MENCARI.. LALU KLIK TOMBOL "SEARCH"

July 8, 2023

Kembali Lagi, Bjorka Jual Jutaan Paspor WNI di Dark Web

Baca Artikel Lainnya

Direktur Jenderal Aplikasi dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Semuel Abrijani Pangerapan menemukan fakta adanya kemiripan data paspor dengan yang diperjualbelikan oleh aktor dengan nama Bjorka.

 


Beberapa waktu yang lalu hacker hitam itu mengumumkan di saluran Telegram bahwa dia memegang 34.900.867 paspor warga negara Indonesia (WNI) yang dijual dengan harga US$10.000 atau Rp150 juta. Menurut Semuel, investigasi awal yang telah dilakukan Tim Investigasi Perlindungan Data Pribadi baik dari website yang menawarkan data maupun informasi dari masyarakat, Kementerian Kominfo menemukan fakta adanya kemiripan dengan data paspor.

Menurut Semuel, investigasi awal yang telah dilakukan Tim Investigasi Perlindungan Data Pribadi baik dari website yang menawarkan data maupun informasi dari masyarakat, Kementerian Kominfo menemukan fakta adanya kemiripan dengan data paspor.


"Berdasarkan hasil sampling memang terdapat kemiripan namun belum dapat dipastikan. Diduga data yang bocor diterbitkan sebelum perubahan peraturan paspor menjadi 10 tahun, karena masa berlakunya terlihat hanya 5 tahun," jelasnya, dikutip dari saluran YouTube Kemkominfo, Sabtu, 8 Juli 2023.


Meski begitu, pemerintah belum dapat menyimpulkan data apa, kapan, dari mana dan bagaimana terjadi kebocoran. Mereka juga akan menggandeng Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) guna mengetahui penyebab dugaan tereksposnya data papsor. Sebelumnya, pada 5 Juli 2023, Kementerian Kominfo telah menerima informasi dugaan kebocoran data imigrasi. Setelah itu, lembaga menurunkan tim investigasi dan segera melakukan penanganan.


Sementara itu Direktur Jenderal Imigrasi, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Silmy Karim mengatakan bahwa pusat data atau data center Imigrasi tersimpan di PDN (pusat data nasional) Kementerian Kominfo.


Kominfo Klarifikasi

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan melakukan klarifikasi kepada Direktorat Jendral Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM (Ditjen Imigrasi Kemenkumham) terkait dugaan kebocoran data paspor 34 juta warga Indonesia. Tahap awal investigasi telah dilakukan oleh Tim Investigasi Pelindungan Data Pribadi baik dari website yang menawarkan data itu maupun informasi dari masyarakat.

 Dia menerangkan pihaknya belum dapat menyimpulkan data apa, kapan, dari mana dan bagaimana terjadi kebocoran hingga saat ini. Oleh karena itu, Kemenkominfo akan melakukan klarifikasi kepada Ditjen Imigrasi Kemenkumham. “Mengenai penyebabnya terjadi dugaan kebocoran data itu kami belum dapat menyimpulkan. Oleh karena itu, kami akan memanggil pihak Imigrasi untuk melakukan klarifikasi dan pencocokan data,” ujar dia.

 

 Risiko dan Bahaya yang Mengintai Korban Kebocoran Data Bjorka

Perusahaan keamanan siber Kaspersky ikut menanggapi dugaan kebocoran data paspor warga negara Indonesia (WNI) yang dilakukan aktor Bjorka.

"Kami menyadari adanya kabar dugaan kebocoran data paspor yang dilaporkan telah menyebarkan informasi nama lengkap, nomor paspor, tanggal kadaluarsa paspor, tanggal lahir, dan lainnya yang tercantum dalam paspor Indonesia," kata Adrian Hia, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky dalam keterangannya, Jumat, 7 Juli 2023. Menurutnya, informasi yang bocor di tangan penjahat siber memungkinkan mereka untuk meniru atau menyebarkan penipuan rekayasa sosial.

Dengan data yang terbuka, peretas dapat menghubungi korban, baik online atau offline dengan mengirimi puluhan pesan, menandai tempat tinggal, melakukan transaksi keuangan yang melanggar hukum dengan berpura-pura menjadi korban atau menyimpan data pribadi untuk menjualnya demi keuntungan finansial. Selain itu, para kriminal siber ini bahkan dapat menjual data yang diduga dicuri tersebut di web gelap. Peneliti Kaspersky menemukan bahwa penjahat siber dapat menjual paspor yang dipindai, dari US$6 (Rp90 ribu) hingga US$15 (Rp227 ribu) di platform gelap.

"Dan bahaya ini tidak hanya terbatas pada sektor pemerintahan atau bisnis, bahkan individu biasa pun dapat terpengaruh secara parah," lanjut Adrian.


Sementara kejadian tersebut masih dalam penyelidikan, masyarakat Indonesia dapat mengantisipasi dengan melakukan hal-hal sebagai berikut: Segera setelah menyadari bahwa data mungkin disusupi, beri tahu orang-orang terdekat tentang situasi terkini sehingga mereka dapat menghindari kemungkinan penipuan menggunakan identitas dan membantu untuk melapor ke pihak berwenang.

references by liputan6,  lampost, viva

 
Like us on Facebook