Sebuah serangan ransomware membuat komputer pemerintah kota Baltimore tak bisa beroperasi selama satu hari.Para hacker dikabarkan mengunci file pemerintah kota dan meminta 13 Bitcoin (Rp1,1 miliar) untuk pembebasan sistem itu. Sehari kemudian, pemerintah kota Baltimore berhasil mengarantina ransomware tersebut, lapor Baltimore Sun. Namun, dalam konferensi pers, pemerintah mengaku mereka tidak tahu kapan sistem pemerintahan akan berjalan normal.
Serangan ini memengaruhi hampir semua departemen dari pemerintahan kota. Untungnya, sistem kepolisian, pemadan kebakaran, dan gawat darurat masih bisa digunakan. Ponsel di kota juga masih digunakan dan para pekerja bisa bekerja.
Baca Artikel Lainnya
- Windows 10 Pensiun 2025, Bersiap Beli PC/Laptop Baru Untuk Windows 11
- Penyebab Jumlah Penonton Live Shopee Menurun?
- Penyebab Akun Ini Tidak Dapat Lagi Menggunakan Whatsapp Karena Spam
- Facebook Meta Ramai-Ramai Jadi "Lapangan Kerja Baru", Data Apa Yang Sebenarnya Mereka Kumpulkan?
- Ridwan Kamil Difitnah Lisa Mariana Jadi Selingkuhannya
- Kronologi TNI Tembaki Polisi Lampung
- Jadwal Libur Panjang Idul Fitri 2025
- Sejak Kapan Gas Elpiji LPG 3KG Diberi Label Hanya Untuk Masyarakat Miskin?
- Data Angka Bunuh Diri Indonesia Terus Meningkat
- Bukalapak TutupLapak Karena Kalah Saing, Akankah Tokopedia Menyusul?
- ARTI CONSIGNEE REFUSE TO PAY COD SHIPMENT/SHIPMENT FEE JNE
- Velg Mutakin Buatan Mana?
- Terlalu Banyak Aturan, Penjual Seller Memilih Tak Berjualan Di Tokopedia
- Kenapa Shopee Tidak Bisa Ubah atau Ganti Jasa Kurir Ekspedisi?
Untuk melakukan serangan ini, para hacker menggunakan varian RobbinHood yang agresif. Cara kerja ransomware itu adalah dengan mengunci file menggunakan enkripsi.
Para kriminal siber itu lalu meminta sejumlah uang sebagai bayaran jika sang korban, dalam kasus ini pemerintah Baltimore, ingin mendapatkan kunci enkripsi untuk membuka file.
Sebuah catatan yang ditinggalkan di komputer pemerintahan Baltimore menyebutkan bahwa harga dari uang tebusan akan naik dalam waktu empat hari.
Dalam waktu 10 hari, para hacker mengancam bahwa pemerintah tidak akan bisa mendapatkan filenya kembali. Kantor FBI di Baltimore tengah menyelidiki kasus ini, lapor Engadget.
Serangan ini serupa dengan serangan yang terjadi di Greenville, North Carolina bulan lalu. Ini adalah serangan siber besar kedua yang dialami Baltimore dalam waktu satu tahun. Tahun lalu, hacker membuat sistem 911 Baltimore tidak bisa diakses.
"Sayangnya, perlombaan antara kriminal siber dan peneliti keamanan siber akan terus berjalan," kata CIO Baltimore, Frank Johnson.
"Begitu para peneliti tahu cara memitigasi dan mencegah serangan, para kriminal siber akan telah selangkah lebih maju, dan kita menjadi bagian dari perlombaan ini."
Johnson mengatakan, sistem IT Baltimore telah dinyatakan baik-baik saja. Serangan siber ini menunjukkan betapa sulitnya untuk menjaga sistem keamanan IT, terutama karena ahli keamanan siber biasanya lebih tertarik dengan karir yang menawarkan gaji yang lebih besar.
references by medcom
