MASUKAN KATA DI KOTAK BAWAH INI UNTUK MENCARI.. LALU KLIK TOMBOL "SEARCH"

JUAL Berbagai Sistem Operasi dan Software PC/Laptop Murah

Jual murah OS/Software Terbaru atau Lama

Showing posts with label ASTRONOMI. Show all posts
Showing posts with label ASTRONOMI. Show all posts

March 4, 2023

Tepat Prediksi Gempa Turki, Peneliti Prediksi Giliran Indonesia Berikutnya

Peneliti yang berhasil memprediksi gempa Turki Frank Hoogerbeets kini meramal Indonesia akan ditimpa gempa dahsyat hingga 8 magnitudo. Lewat akun Youtube SSGEOS pada Selasa (27/2/2023), Frank memprediksi gempa dahsyat akan terjadi di Indonesia Tengah dan Timur dalam waktu dekat.

Adapun wilayah Indonesia yang diprediksi oleh Frank ditimpa gempa bumi yakni Sulawesi, Halmahera, dan Laut Banda.



Berbeda dengan peneliti kegempaan pada umumnya, SSGEOS meneliti gempa bukan dari kerak atau patahan bumi.Mereka justru membuat ramalan berdasarkan gerak benda langit.

Di mana ia menyebut Maret sebagai bulan yang kritis. Menurutnya ada "konvergensi geometer" planet yang kritis sekitar 2 hingga 5 Maret.

Hal itu diduga akan mengakibatkan aktivitas seismik besar hingga sangat besar, bahkan mendorong gempa sekitar 3 dan 4 Maret atau 6 dan 7 Maret.

Menurutnya wilayah yang terkena dampak berada di semenanjung Kamchatka dan Kepulauan Kiril, Rusia lalu ke Filipina dan Indonesia.

Terlihat pula dalam penjelasannya peta bumi dengan garis ungu, tanda di mana gema kemungkinan terjadi.

Gambar jangkauan gempa itu juga memperlihatkan Kepulauan Sunda Kecil seperti Bali, NTB, dan NTT.

Namun, Frank menegaskan bahwa informasi ini diberikannya hanya sebagai peringatan bukan untuk menakut-nakuti.

Maka dari itu, Frank pun berharap warga yang hidup di atas tanah rawan gempa selalu membuat rencana kegempaan ada atau tidaknya ramalan tersebut.

Misalnya saja dengan segera keluar rumah apabila bumi yang dipijak terasa bergerak.

Sebelumnya diketahui cuitan seorang peneliti bumi viral usai berhasil mendeteksi gempa bumi di Turki hanya selang tiga hari sebelum peristiwa terjadi.

Peneliti yang berhasil mendeteksi potensi gempa Tukri itu bernama Frank Hoogerbeets.

Di akun twitternya, Frank sebelumnya mengungkapkan potensi gempa besar yang akan melanda negara yang terletak di dua benua tersebut.

Uniknya, potensi gempa besar itu diungkapkan Frank hanya selang tiga hari sebelum bencana besar itu terjadi tepatnya pada Jumat (3/2/2023).

Dalam cuitannya yang kini disaksikan 16 juta pengguna twitter, Frank menyebut bahwa cepat atau lambat gempa berkekuatan 7,5 magnitudo akan mengguncang Turki selatan, Turki Tengah hingga ke Yordania, Suriah, dan Lebanon.

“Cepat atau lambat akan ada M 7.5 #gempa bumi di wilayah ini (Turki Selatan-Tengah, Yordania, Suriah, Lebanon),” tulis peneliti dari Solar System Geometry Survey atau SSGS.


Tanggapan BMKG

Terkait dengan munculnya ramalan gempa dari SSGEOS, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Daryono menyampaikan sebagai seismolog, dirinya belum bisa mempercayai prediksi gempa hingga saat ini.



"Saya seismologist, semua landasan berpikir berdasarkan konsep empirik yang jelas, saya tidak termasuk yang mudah percaya prediksi gempa," kata Daryono ketika dihubungi
Ia menjelaskan teori atau konsep prediksi gempa ada dan bahkan sangat banyak, namun menurutnya sejauh ini tidak ada yang valid konsisten.

"Teori atau konsep prediksi sangat banyak tapi yang valid konsisten, tepat akurat belum ada," kata dia.


Namun ia mengatakan, sah-sah saja jika ingin menerima prediksi tersebut sebagai pesan kesiagaan.

"Tapi okelah, ini kita terima sebagai pesan kesiagaan, sah-sah saja.

Tapi dalam konteks konsep atau teori saya skeptis," kata dia.

Lebih lanjut dirinya mengatakan, terkait dengan kegiatan prediksi gempa menurutnya telah ada upaya dari BMKG yakni dengan melakukan monitoring geomagnet, radon, kajian Vp/Vs, dan total electron content.

Akan tetapi penelitian BMKG soal upaya prediksi gempa semua masih dalam tahap kajian dan belum didalami.


"Belum dioperasionalkan untuk info publik karena masih ada yang belum konsisten," kata dia.

Lebih lanjut Daryono menambahkan, hendaknya prediksi gempa jangan sampai membuat masyarakat khawatir berlebihan hingga ketakutan.

"Jangan sampai kita keluarkan prediksi, kemudian masyarakat resah ketakutan, dan tahunya tidak terjadi," katanya.


BMKG Urai Intensitas Gempa di RI Meningkat Signifikan, Waspadai Zona Megathrust

 



Kepala BMKG Dwikorita Karnawati berbicara panjang lebar soal potensi gempa dan bencana di Indonesia. Ia menyoroti potensi segmen megathrust yang bisa memicu guncangan besar.
Ia menjelaskan, Indonesia ini tempat terjadinya ada 6 tumbukan lempeng. Di barat Pulau Sumatra, di sebelah selatan Pulau Jawa sampai Nusa Tenggara, di sekitar Indonesia timur Laut Banda, utara di Sulawesi utara, Papua, dan beberapa lempeng di Maluku Utara. 


"Akibat tumbukan patahan tadi, terbagi menjadi segmen-segmen. Segmen megathrust mega besar (sangat besar)," kata Dwikorita dalam paparannya secara daring, Kamis (2/3).
Penjelasan Dwikorita disampaikan pada acara "Mitigasi Bahaya Secara Cepat Sebagai Upaya Antisipasi Dini Untuk Memahami Potensi Bahaya Gempa Bumi dan Risikonya" 


Dwikorita kemudian menjelaskan spesifik apa itu zona megathrust. Ada kekhawatiran yang disampaikan.


"Yang disebut sebagai zona megathrust apabila antarsegmen bergeser karena tumbukan, maka kita merasakannya sebagai gempa bumi. Ini yang kami selalu monitor," jelas dia.


"Apabila terjadi geseran atau patah dengan daya geser yang tinggi misalnya 8 magnitude dikhawatirkan di zona subduksi ini akan mengakibatkan tsunami. Selain juga munculnya magma ke permukaan bumi," urai Dwikorita.


Di sisi lain, potensi itu tak hanya terjadi di laut. Di darat juga ada potensi patahan dan lengkungan.
"Namun, jangan dilupakan zona subduksi tadi, darat juga mengalami pelengkungan tadi, terjadilah patahan, jadi tidak hanya di laut, juga di darat. Ada 295 patahan di darat, ini belum semua, ada patahan baru di Cianjur, yaitu patahan Cugenang yang sebabkan gempa Cianjur lalu," kata dia.
Intensitas Gempa Bertambah


Dwikorita memperingatkan, dengan adanya potensi itu, seluruh pihak agar terus waspada. Apalagi intensitas gempa beberapa tahun ke belakang meningkat.
"Gempa meningkat sebelumnya 5.000-6.000 dalam satu tahun terjadi gempa, sekarang rata-rata terjadi 10.000 gempa tiap tahun, artinya signifikan. Kejadian gempa global juga meningkat di seluruh dunia," tutur Dwikorita.


Namun, Indonesia memiliki karakter khas sehingga level kewaspadaan perlu ditingkatkan.
"Negara lain tidak sepadat kita karena kita 3 punya tumbukan lempeng, Indo Australia, Selatan dan Timur ke arah Asia," tutupnya.


Gempa bumi di Turki, dengan magnitudo 7,8 sanggup memecahkan seluruh segmen Sesar Anatolia Timur. Adapun 6 segmen yang pecah, yaitu segmen Turkoglu, Golbasi, Yarpuzlu, Lakehazar, dan Gorzali, total sepanjang 300 km.

Fenomena ini memberikan peringatan bagi Indonesia, untuk mewaspadai adanya potensi gempa multi-segmen yang sangat mungkin terjadi. Sebab, fenomena serupa pernah terjadi di Pulau Lombok tahun 2018 yang diguncang 5 gempa kuat dalam waktu 3 Minggu dengan magnitudo Mw 6,4, Mw 7,0, Mw 5,9, Mw 6,2, dan Mw 6,9.

Gempa Turki selain sanggup memecahkan hampir seluruh segmen Sesar Anatolia Timur, lanjut dia, juga memicu gempa di jalur sesar lain, yaitu sistem sesar Surgu di sebelah barat-nya yang terpicu hingga terjadi gempa dengan magnitudo Mw 7,5 dan Mw 6,0.

"Dampak gempa picuan ini kian menambah tingkat kerusakan bangunan yang sudah terdampak dan memperluas zona kerusakan akibat gempa," tuturnya.

Adapun karakteristik zona sesar utama yang dikelilingi sesar lainnya banyak terdapat di Indonesia, seperti di zona Sesar Cimandiri, Sesar Semangko, Sesar Palu Koro, Sesar Aceh-Seulimeum, Sesar Kawa, dan sesar lainnya.

"Untuk itu, kita perlu memberikan perhatian khusus dan lebih serius bagi sesar-sesar aktif yang melalui wilayah pemukiman padat penduduk di kota-kotw besar seperti Sesar Besar Sumatera, Sesar Lembang, Sesar Opak, Sesar Palu-Koro," ujarnya.

Potensi Gempa Multi-segmen Sesar Cimandiri

Sesar ini mempunyai potensi gempa kuat yang dipicu oleh aktivitas multi-segmen sesar aktif di dalam zona sesar Cimandiri. Di zona tersebut, khususnya di Kota Pelabuhanratu dan Sukabumi terdapat segmen Cimandiri, Nyalindung-Cibeber dan Rajamandala yang berarah Timur laut-Barat daya dan menerus ke teluk Pelabuhanratu.

Zona sesar utama Cimandiri ini sangat berdekatan dengan jalur sesar Citarik dan sesar Cipamingkis yang semua merupakan jalur sesar aktif.

Gempa kuat dapat terjadi saling picu di zona tektonik yang aktif dan kompleks semacam ini.

Potensi Gempa Multi-segmen Sesar Palu-Koro

Potensi gempa kuat yang dipicu oleh aktivitas multi segmen sesar aktif yang berdekatan/bersinggungan dapat terjadi juga di zona sesar Palu Koro. Di zona ini terdapat segmen Palu, Saluki, Moa, dan Kuleana yang berarah selatan-utara menerus ke teluk Palu.

Zona segmen sesar utama Palu-Kuleana ini berdekatan dengan segmen sesar Palolo A dan Palolo B yang semua merupakan segmen sesar aktif.

Gempa kuat dapat terjadi saling picu di zona tektonik yang aktif dan kompleks semacam ini.

Potensi Gempa Multi-segmen Sesar Kumering-Semangko, Sumatera Selatan.

Potensi gempa kuat dipicu oleh aktivitas multi-segmen sesar aktif dapat terjadi di zona Sesar Semangko. Di zona ini, khususnya kota Bandarlampung dan Kotaagung dekat segmen Kumering Utara, Kumering Selatan, Semangko Barat dan Semangko Timur berarah baratlaut-tenggara dan menerus ke teluk semangko.

Zona sesar utama semangko ini dekat jalur sesar semangko graben dan sesar ujung kulon yang semua merupakan sesar aktif.

Gempa kuat dapat terjadi dan saling picu di zona tektonik yang aktif dan kompleks seperti di jalur Sesar Semangko di selat Sunda ini.

Potensi Gempa Multi-segmen Sesar Aceh dan Seulimeum

Potensi gempa kuat dipicu oleh aktivitas multi-segmen sesar aktif dapat terjadi di Kota Banda Aceh. Di zona ini terdapat Segmen Aceh, Seulimeum yang berarah baratlaut-tenggara. Ujung segmen Aceh dan Seulimeum menerus ke laut.

Zona sesar utama ini sangat berdekatan dengan jalur Sesar Pidie Jaya, Batee, Tripa, dan Peusangan yang semua merupakan jalur sesar aktif.

Gempa kuat dapat terjadi dan saling picu di zona tektonik yang aktif dan kompleks di wilayah ini.


Zona Megathrust Bisa Bangkitkan Gempa Magnitudo 8,8 + Gempa Susulan dan Tsunami








references by tribun, kumparan, cnbcindonesia

January 7, 2019

Gerhana Yang Akan Muncul Pada Tahun 2019

Sejumlah fenomena langit akan kembali terjadi di 2019. Siapkan segala peralatan yang Anda butuhkan untuk melihat fenomena langka ini. Menurut laman Sky & Telescope, akan ada lima gerhana baik matahari maupun bulan yang diperkirakan terjadi di tahun 2019.





1. 6 Januari - gerhana matahari sebagian

Gerhana matahari pertama di 2019 akan berlangsung pada 6 Januari. Fenomena alam ini akan menjadi gerhana matahari parsial.

Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin, seperti yang dilansir VIVA, gerhana matahari ini terjadi di Pasifik Utara dan tidak terlihat di Indonesia.

Mereka yang berada di wilayah Asia Timur Laut dan Pasifik utara akan dapat menyaksikannya, termasuk China, Rusia, semenanjung Korea, Jepang, dan Tokyo, serta Taiwan.

2. 20–21 Januari Gerhana Bulan Total

Gerhana bulan total akan menghiasi langit malam di belahan bumi barat, yaitu sebagian wilayah Eropa, dan seluruh Amerika. Indonesia tak dapat menyaksikan gerhana ini karena bertepatan dengan waktu siang hari.

3. 2 Juli - gerhana matahari total
Pada 2 Juli, akan terjadi gerhana matahari total yang hanya dapat dilihat di belahan bumi bagian selatan.

Menurut prediksi, gerhana matahari ini akan berlangsung selama 4 menit 33 detik. Jika ingin melihatnya, berarti harus menuju ke lokasi Pasifik selatan, sekitar 700 mil di utara Pulau Paskah, atau negara Argentina dan Chili.

4. 16 Juli - gerhana bulan sebagian

Saat bulan Juli berusia dua minggu, gerhana bulan sebagian akan terlihat di langit Eropa, Afrika, Asia selatan, dan Australia.

5. 26 Desember - gerhana matahari cincin

Fenomena langit tahun 2019 akan berakhir dengan gerhana matahari cincin pada 26 Desember, yaitu ketika bulan berada pada titik terjauh dari Bumi, sehingga bulan tidak akan menutupi matahari.

Jalur gerhana ini akan terlihat di langit Semenanjung Saudi Arabia, India selatan, Sri Lanka, dan sebagian wilayah Indonesia.




references by rakyatku

August 26, 2017

Asteroid Besar Akan Melintasi Bumi 1 September 2017

Asteroid terbesar yang pernah dilacak oleh Laboratorium Propulsi Jet NASA akan melewati Bumi pada 1 September, hanya 11 hari setelah gerhana matahari total muncul di Amerika. Asteroid Florence akan melewati Bumi pada jarak aman 4,4 juta mil, kira-kira 18 kali jarak antara Bumi dan bulan.


Florence memiliki lebar 4,3 mil, menjadikannya asteroid terbesar yang pernah dilacak oleh Laboratorium Propulsi Jet NASA.

"Florence adalah asteroid terbesar yang bisa melewati planet kita sejak program NASA mendeteksi dan melacak asteroid di dekat Bumi dimulai," kata Paul Chodas, manajer Pusat Penelitian Benda Dekat NASA di Laboratorium Propulsi Jet di Pasadena, California, kepada al.com


Asteroid Florence ditemukan pada tahun 1981 oleh Schelte "Bobby" Bus di Siding Spring Observatory di Australia.

NASA akan menggunakan Radar Sistem Solar Goldstone di California dan Observatorium Arecibo National Science Foundation di Puerto Riko untuk mempelajari asteroid tersebut.


references by rakyatku


April 11, 2017

Al Quran Jelaskan Bumi Bulat / Elipse

Pada masa lalu, banyak orang percaya bahwa bentuk Bumi itu datar. Selama berabad-abad, orang-orang enggan menjelajah Bumi terlalu jauh, karena mereka takut jatuh dari tepian Bumi.


Peta Al Idrisi, Peta Yang Dijadikan Rujukan Peta Dunia

"Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan," Surah Luqman Ayat 29. Dari ayat di atas, kata memasukkan bisa diartikan bahwa terjadi perubahan bertahap dan perlahan-lahan dari malam menjadi siang, dan sebaliknya.

Fenomena ini hanya bisa terjadi apabila Bumi itu bulat. Sebab, jika Bumi itu datar, maka tentu akan ada perubahan yang drastis atau mendadak dari malam ke siang dan dari siang ke malam.

Alquran juga mengungkap bentuk Bumi yang bulat melalui ayat berikut. "Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun," Surah Az-Zumar Ayat 5.

Pada ayat di atas, kata dalam bahasa Arab yang digunakan adalah Kawwara, yang bermakna tumpang tindih atau melingkar, seperti gulungan kain sorban di kepala. Peristiwa tumpang tindih atau melingkar silih bergantinya siang dan malam hanya dapat terjadi jika Bumi berbentuk bulat.



Peta Al Idrisi adalah Peta/Globe pertama Dunia yang dijadikan rujukan Peta Dunia, Al Idrisi Terilhami dari ayat Al-quran, Abu Abdullah Muhammad al-Idrisi al-Qurtubi al-Hasani al-Sabti atau singkatnya Al-Idrisi adalah ilmuwan geografi, kartografi, mesirologi, dan pengembara Muslim


Ketika mempelajari sejarah peradaban Islam, sulit rasanya tidak takjub dan kagum pada prestasi ilmuan dan intelektual muslim  di masa lalu dan kontribusi mereka bagi peradaban Manusia untuk mengenal kebesaran Allah SWT. Dari ilmu kedokteran, matematika, filsafat, seni hingga fisika. Di masa keemasannya, umat Islam berada di garis terdepan hampir dalam semua cabang keilmuan. Mereka mempelopori penemuan-penemuan baru dan membangun bangunan keilmuan yang belum pernah dibangun sebelumnya. Nama-nama seperti Ibnu al-Haytham, Ibnu Khaldun, dan lain-lain melayang di pikiran ketika berbicara tentang kehebatan ilmu pengetahuan Islam.

Salah seorang yang berada di kelompok elit ilmuan terbesar sepanjang masa adalah seorang polymath Persia Muslim, Abu Rayhan al-Biruni rahimahullah. Ia hidup pada rentang tahun 973-1048 M. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Asia Tengah dan anak benua India. Sepanjang karirnya, al-Biruni menjadi ahli dalam berbagai cabang keilmuan, termasuk sejarah, fisika, matematika, astronomi, linguistik, perbandingan agama, dan ilmu bumi. Meskipun ketidak-pastian dunia politik Islam terjadi di masanya, ia mampu menghadapinya dan menjadi salah satu ilmuan terbesar sepanjang sejarah.

Masa Kecil Sang Ilmuan

Al-Biruni lahir pada tahun 973 di provinsi Khurasan, di Timur Laut Persia. Sama seperti anak-anak lain di masanya, ia dididik di usia muda. Belajar bahasa Arab dan bahasa Persia, ilmu-ilmu Islam yang mendasar, dan ilmu pengetahuan alam. Awalnya, ia meminati kajian matematika dan astronomi. Di kemudian hari, ia menjadi seorang spesialis dalam dua bidang ilmu ini. Ia adalah seorang astronom terkemuka.



An illustration from Biruni’s Persian book. It shows different phases of the moon.




Di usia 20 tahun, ia pindah jauh dari daerah asalnya demi menimba ilmu pengetahuan. Selama 3 tahun ia melakukan perjalanan di seluruh Persia, belajar dari para ilmuan tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan. Akhirnya, pada tahun 998, ia menetap di Jurjan (Gorgan). Ia menjadi pegawai pemerintah setempat, Shams al-Ma’ali Qabus. Selama 10 tahun berikutnya, ia tinggal di kota kecil di wilayah tenggara Iran. Di tempat inilah ia melakukan penelitian, menulis buku, dan semakin banyak belajar.

Selama waktu tersebut, ia menulis sebuah karya monumental yang mengkaji tentang sejarah peradaban kuno di tengah pengaruh silih bergantinya kerajaan. Buku itu sebagai penanda yang jelas bahwa di masa depan al-Biruni akan menjadi seorang ilmuan yang menguasai berbagai cabang keilmuan. Ini lebih dari sekadar buku sejarah. Karena buku merevolusi sejarah sains, astronomi, budaya, dan juga menjelaskan peristiwa sejarah. Dengan produktivitasnya di Jurjan, Al-Biruni menjadi salah satu ilmuan utama di zamannya melalui karya-karyanya.

Di Wilayah Kerajaan Ghazni

Al-Biruni tidak merampungkan beberapa karya monumentalnya hingga ia pindah ke Ghazni. Sebuah wilayah yang berada di bawah naungan Sultan Mahmud. Di masa itu, Ghazni adalah sebuah kota yang besar. Sebuah kota yang sekarang menjadi wilayah Afghanistan. Kerajaan Sultan Mahmud membentang jauh melampaui perbatasan Afghanistan modern. Wilayahnya sekarang meliputi Iran, Pakistan, dan India. Di kerajaan yang kuat ini, al-Biruni memiliki sumber daya dan kemampuan untuk menunjukkan apa yang ia mampu lakukan.

Sultan Mahmud memulai ekspedisi militernya ke India dengan sangat rapi. Tujuannya adalah melindungi pengaruhnya di sana. Kebiasaan Sultan Mahmud dalam ekspedisi militernya adalah mengajak serta al-Biruni. Hal ini menjadi keuntungan tersendiri bagi al-Biruni. Ia bisa mengenal berbagai bahasa, budaya, dan agama yang ada di India.


Mendapatkan anugerah kecerdasan yang mampu melahirkan ide-ide baru dengan mudah, al-Biruni dengan cepat berhasil menguasai bahasa Sansekerta dan bahasa liturgi Hindu. Kemampuan ini membuka khazanah pengetahuan baru. Ia bisa mempelajari budaya India langsung dari literatur-literatur aslinya. Kemudian membandingkannya dengan buku-buku dari belahan dunia yang lain. Ia menerjemahkan buku dari bahasa Sansekerta ke bahasa Arab dan Persia. Juga sebaliknya, dari bahasa Arab ke bahasa Sansekerta. Al-Biruni berpandangan bahwa beragamnya peradaban bertujuan untuk saling mempelajari satu sama lain, bukan saling menghancurkan.

Karena kemampuannya membaca teks-teks Hindu kuno, al-Biruni mampu mengkompilasi sebuah ensiklopedia sejarah India kuno, yang dikenal sebagai Kitab Tarikh al-Hind (Ensiklopedi Sejarah India). Menariknya, banyak kabar tentang India kuno yang diketahui orang-orang masa kini berasal langsung dari buku al-Biruni. Tarikh al-Hind lebih dari sekadar memberitahu pembaca tentang India kuno, namun buku ini juga merupakan fakta bahwa al-Biruni mampu mengumpulkan begitu banyak ilmu yang berbeda untuk memahami latar belakang peristiwa sejarah. Buku ini adalah jendela untuk mengetahui falsafah India, geografi, dan kebudayaannya. Al-Biruni menenggelamkan diri dalam kajiannya, untuk memberi hadiah pada dirinya akan sebuah pemahaman yang lebih baik tentang sejarah India. Dengan demikian, Tarikh al-Hind benar-benar dapat dianggap sebagai salah satu buku pertama di dunia antropologi, studi masyarakat manusia dan perkembangan mereka.

Penemuan Ilmiah

Selain menjadi expert dalam sejarah dan budaya India, al-Biruni juga berhasil menentukan waktu yang tepat untuk membuat gebrakan ilmiah. Banyak ekspedisi yang ia lakukan sangat membantunya melihat dan mengenal variasi geografis dari sumber aslinya. Teori yang ia terapkan juga berhasil membuat mereka terhubung. Dengan menganalisis berbagai jenis partikel tanah di Sungai Gangga dari sumbernya hingga ke Teluk Benggala, al-Biruni merumuskan teori tentang erosi dan bagaimana proses terjadinya pembentukan tanah. Terutama mencatat peran air dalam proses ini.

Dalam kajian studi terkait, ia menemukan fosil-fosil kuno hewan laut di pegunungan yang memutus wilayah India dari seluruh wialayah dunia, Himalaya. Tampaknya tidak mungkin bahwa siput dari laut terdalam, kerang dan yang lainnya melakukan perjalanan ribuan mil ke daratan hingga ke kaki gunung. Dari sini al-Biruni sampai pada kesimpulan bahwa pada suatu masa Pegunungan Himalaya pasti pernah menjadi dasar laut. Dan sekarang, berpindah ke titiknya saat ini setelah jutaan tahun. Kajian ini secara langsung memberikan pemahaman di era modern ini tentang lempeng tektonik. Bagaimana benua bergerak dan bergeser dari waktu ke waktu.


Al-Biruni juga memelopori bidang geologi. Karena ia berhasil mengumpulkan, menganalisis, dan menyusun ratusan logam dan permata. Ia mampu menggambarkan sifat-sifat mereka. Bagaimana mereka dibuat, dan di mana benda-benda itu dapat ditemukan. Bukunya yang mengkaji tentang permata menjadi standar untuk memahami batu berharga selama ratusan tahun.

Al-Biruni terus mengecap pencapaian yang luar biasa hingga awal tahun 1000-an. Ia melakukan penelitian ke bidang-bidang seperti:


Bagaimana bumi berputar pada porosnya.
Bagaimana sumur dan sumber-sumber air membawa air ke permukaan.

Menggabungkan statika dan dinamika ke dalam studi mekanika.

Mencatat garis lintang dan bujur dari ribuan kota sehingga memungkinkannya untuk menentukan arah kiblat setiap kota.

Meneliti sifat optik dari bayangan yang berguna untuk menghitung atau memperkirakan kapada masuk waktu shalat-shalat yang lima waktu.

Membuat pemisahan (deferensiasi) astronomi ilmiah dari astrologi takhayul.




Gambar kiri, model astrolabe berbentuk bulat dan gambar kanan model mekanis matahari dan kalender bulan. Kedua model ini dibuat berdasarkan desain dan deskripsi dari al-Biruni. Ditemukan di Institute for the History of Arabic-Islamic Science di University of Frankfurt.



Selama 75 tahun masa hidupnya, al-Biruni berhasil merevolusi banyak tradisi keilmuan. Saat ia meninggal pada tahun 1048, ia telah menulis lebih dari 100 buku, yang saat ini banyak yang telah punah. Kecerdasan dan penguasaannya terhadap berbagai cabang keilmuan dan kemampuannya untuk mensinergikannya berhasil melahirkan pemahaman ilmu yang lebih baik sesuai dengan fungsinya. Hal ini juga menjadikannya termasuk di antara para ilmuan muslim terbesar sepanjang masa.

Kehadirannya maembantu keilmuan cendekiawan muslim di masa lalu untuk mengoptimalkan batas pengetahuan dan membangun batas baru. Dan juga berfungsi sebagai bukti nyata bahwa para ilmuan bisa mencapai kemampuan terbaik di tengah ketidak-stabilan politik, konflik, dan ketidak-jelasan kondisi. Dalam keadaan demikian para ilmuan bisa melakukan penelitian yang mengubah dunia dan membuat penemuan luar biasa.

Al-Biruni menulis banyak buku dalam bahasa Persia (bahasa ibunya) dan bahasa Arab.
Berikut karya-karya Al-Biruni ialah:
  • Ketika berusia 17 tahun, dia meneliti garis lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksima matahari.
  • Ketika berusia 22, dia menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta, "Kartografi", yang termasuk metodologi untuk membuat proyeksi belahan bumi pada bidang datar.
  • Ketika berusia 27, dia telah menulis buku berjudul "Kronologi" yang merujuk kepada hasil kerja lain yang dihasilkan oleh dia (sekarang tiada lagi) termasuk sebuah buku tentang astrolab, sebuah buku tentang sistem desimal, 4 buku tentang pengkajian bintang, dan 2 buku tentang sejarah.
  • Dia membuat penelitian mengenai jari-jari Bumi senilai 6.339,6 kilometer (hasil ini diulang di Barat pada abad ke 16).

Hasil karya Al-Biruni melebihi 120 buah buku.
Sumbangannya pada bidang matematika yakni:

Hasil keryanya selain bidang matematika yaitu:
  • Kajian kritis tentang ucapan orang India, apakah menerima dengan alasan atau menolak (bahasa Arab تحقيق ما للهند من مقولة معقولة في العقل أم مرذولة) - sebuah ringkasan tentang agama dan filosofi India
  • Tanda yang Tersisa dari Abad Lampau (bahasa Arab الآثار الباقية عن القرون الخالية) - kajian komparatif tentang kalender dari berbagai budaya dan peradaban yang berbeda, dihubungkan dengan informasi mengenai matematika, astronomi, dan sejarah.
  • Peraturan Mas'udi (bahasa Arab القانون المسعودي) - sebuah buku tentang AstronomiGeografi dan Keahlian Teknik. Buku ini diberi nama Mas'ud, sebagai dedikasinya kepada Mas'ud, putra Mahmud dari Ghazni.
  • Pengertian Astrologi (bahasa Arab التفهيم لصناعة التنجيم) - pertanyaan dan jawaban model buku tentang matematika dan astronomi, dalam bahasa Arab dan bahasa Persia
  • Farmasi - tentang obat dan ilmu kedokteran
  • Permata (bahasa Arab الجماهر في معرفة الجواهر) tentang geologimineral, dan permata, dipersembahkan untuk Mawdud putra Mas'ud
  • Astrolab
  • Buku ringkasan sejarah
  • Riwayat Mahmud dari Ghazni dan ayahnya
  • Sejarah Khawarazm





HARI PEMBALASAN SAAT DI PADANG MAHSYAR
Bumi dan langit yang lama akan dirubah menjadi baru

Ulama menjelaskan bahwa maksud diganti disini adalah merubah bentuk yang lama menjadi bentuk baru, bukan mengganti dengan yang baru total.

Ahli tafsir Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan,

وهذا التبديل تبديل صفات، لا تبديل ذات، فإن الأرض يوم القيامة تسوى وتمد كمد الأديم ويلقى ما على ظهرها من جبل ومَعْلم، فتصير قاعا صفصفا، لا ترى فيها عوجا ولا أمتا، وتكون السماء كالمهل، من شدة أهوال ذلك اليوم ثم يطويها الله -تعالى- بيمينه
“pergantian yang dimaksud adalah mengganti sifat bukan dzatnya (bendanya). Bumi pada hari kiamat akan diratakan dan dibentangkan sebagaiman bulu. Dilemparkan apa yang ada dipermukaannya berupa gunung dan dataran tinggi. Maka nampaklah datar tidak ada lekukan dan kebengkokan. Sedangkan langit seperti bulu karena dahsyatnya hari saat itu kemudian Allah melipat langit dengan tangan kanannya.”[1]

Dalam Tafsir Ibnu Abbas, dijelaskan

أي في يوم تغير الأرض {غير الأرض} على حال سوى هذه الحال وتبديلها أن يزاد فيها وينقص منها ويسوى جبالها وأوديتها ويقال تبدل الأرض غير هذه الأرض {والسماوات} مطويات بيمينه

“yaitu hari perubahan bumi dengan bumi yang lain dengan keadaan yang berbeda. Pergantiannya yaitu ditambah dan dikurangi misalnya diratakan gunung dan lembahnya.”[2]



Bumi dan Langit yang baru kekal

Allah Ta’ala berfirman,

خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ

“Mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi”,

Dalam Tafsir Ibnu Abbas, dijelaskan,

سماء النار وأرض النار إلا ما شاء ربك أن يخرجهم من أهل التوحيد
“Yaitu (mereka kekal di nereka selama masih ada) langitnya neraka dan buminya neraka (begitu juga dengan surga), kecuali sampai mana kehendak Allah untuk mengeluarkan mereka dari neraka yaitu ahli tauhid (yang masih memiliki keimanan, tapi dosanya lebih banyak dan tidak diampuni)”[3]



Kejadian saat itu

Apa yang terjadi saat itu? Bagaimana keadaan manusia? Sebagian ulama menjelaskan bahwa ketika bumi dan langit diganti, maka manusia berada di atas Jembatan antara surga dan nereka.

Sebagaimana pertanyaan Aisyah radhiyallahu ‘anha,

سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن قوله عز وجل: {يوم تبدل الأرض غير الأرض والسماوات فأين يكون الناس يومئذ؟ يا رسول الله! فقال “على الصراط”.
“Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang firman Allah ‘azza wa jalla : “(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit” :  ‘Dimanakah manusia pada waktu itu berada wahai Rasulullah ?’. Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Di atas jembatan”[4]

Dan pertanyaan seorang Yahudi,

أين يكون الناس يوم تبدل الأرض غير الأرض والسماوات؟

“Dimanakah manusia di hari ketika bumi digantikan oleh selain bumi dan langit ?”.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

هم في الظلمة دون الجسر
“Mereka dalam kegelapan di hadapan jembatan”.[5]



Sebagian ulama menjelaskan bahwa ketika diganti menjadi manusia akan dibangkitkan, dikumpulkan dan berada pada bumi baru tersebut.

Sebagaimana lanjutan ayatnya:

يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ ۖ وَبَرَزُوا لِلَّهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di padang mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allâh yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” (Ibrahim:48)

Ahli tafsir Syaikh As-Sa’di rahimahullah menjelaskan,

الخلائق من قبورهم إلى يوم بعثهم، ونشورهم في محل لا يخفى منهم على الله شيء
“yaitu para makhluk dari kubur mereka menuju hari kebangkitan dan dikumpulkan menuju tempat yang tidak luput dari Allah sedikitpun?”[6]

Bumi yang dijelaskan dalam hadits yaitu sangat putih, datar dan tidak ada bangunan diatasnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ كَقُرْصَةِ النَّقِيِّ لَيْسَ فِيهَا عَلَمٌ لِأَحَدٍ
“Pada hari kiamat kelak, manusia akan dikumpulkan di bumi yang sangat putih berbentuk bulat pipih dan datar tidak ada tanda (bangunan) milik siapapun di atasnya.”[7]



The shape of the Geode, as it is called, is nearly a perfect sphere, but because the earth is spinning, it is about 21.5 kilometers flatter at the poles, and bulged-out at the equator by about the same amount. There are also other ‘higher-order’ shape deviations which make the Earth slightly pear- shaped with a larger southern hemisphere surface area than in the northern hemisphere, but at a level of a kilometer or so in radial girth. The biggest effect, though, is its polar flattening. If you had a basketball to represent the Earth’s spherical average shape, the flattening would be 21/6500 = about 1/300 the radius of the basketball or 1/32 of an inch…give or take. From NASA: http://image.gsfc.nasa.gov/poetry/ask/a11818.html

The Muslim holy book, the Quran, stated this explicitly 1400 years ago:

Chapter/Sura 79:30, that is Sura Naziyat Aya 30 reads in Arabic ” WAL ARDS BAID ZALIKA DOHAHA”.

Ostrich egg

Now I will write word by word meaning of this Aya

WAL means AND

ARDA means EARTH

BAID means AFTER

ZALIKA means THAT

DOHAHA MEANS EGG SHAPED THING

Now see the English translation of the Sura 79:30 “And the earth , moreover, hath he extended in egg shape.”

The origin of the verb, “Dohaha,” is found in the word (Ud-hiya), which means “egg of ostrich” -wikipedia
Geodesy(Study of the shape of earth)

It is important to note that over time, people and science have had varying views of the shape of the earth. These have ranged from flat, to round, to spherical, to oval, to oblate spheroid or ellipsoid. Needless to say, many have been entangled in the web of wrong descriptions. However not surprisingly some spiritual books had the peculiar shape dead right from the start.

It is important at this point to differentiate spherical, from ellipsoid/oblate spherical and then from egg shaped or pear shaped ovoid.

It was actually way back in 1958 that U.S. satellite Vanguard 1 discovered the Earth’s pear shape.

earh-egg-shaped

“By the 16th century people were convinced that the Greeks were nuts and the Earth was actually an oblate spheroid, or an ellipsoid. The French didn’t agree. They went one better. They suspected the earth was an egg (again?) and in 1736 the French Academy of Sciences sent two expeditions, one to Lapland and one to Ecuador, to settle the question of the Earth’s shape once and for all. Their findings were close, but not exactly conclusive.

We now know from the latest scientific evidence and NASA’s satellite data that the Earth is indeed an ovoid, give or take a few bumps. So back to the egg. After all those years and a few billion dollars down the gurgler we have discovered what the ancients already knew 6000 years ago.

The Earth is slightly flattened at the poles. Its equatorial diameter is 45 km (28 miles) longer than its polar diameter. But wait, that’s not all. As well as being generally ovoid, the Earth also has a vertical pear-shaped asymmetry, the north pole being 48 m (148 ft) further from the equatorial plane than the south pole.” The “pointy end of the egg “, so to speak, is at about 37° west longitude (400 km off the eastern tip of Brazil) where the equator’s longer axis is 159 m (522 ft) greater than its short axis. The “fat” end is just north of east Papua New Guinea. Source

lead.org.au

The earth is actually more egg than pear shaped. This is because a pear has concavities, while an egg does not. The earth does not have concavities.

More resources that describe the pear or egg shaped earth as it is now known:

http://ntrs.larc.nasa.gov/search.jsp?R=19660028058&qs=N%3D4294928546

http://www.josleys.com/htmlgalleries/globe/Piriforme3.JPG

http://mostodd.wordpress.com/2011/06/13/144-gone-pear-shaped/

http://www.finedictionary.com/pear-shaped.html

http://en.wikipedia.org/wiki/Figure_of_the_Earth

http://www.1worldglobes.com/globe-teach-planet-earth.htm



Interestingly, NASA also describes the moon as egg shaped:

http://lro.gsfc.nasa.gov/moonfacts.html
+ The moon is not round, but egg shaped with the large end pointed towards earth.

The Muslim Quran further describes the earth spread out like a carpet. This is said to describe the the tectonic plates, above the magma. These plates are like a carpet on which people walk and travel.

Quran 71:19 “‘And Allah has made the earth for you as a carpet (spread out), 20 “‘That ye may go about therein, in spacious roads.’”

It is arguably beneficial for scriptural folk to hold on firmly to their beliefs, as after a merry go round, science usually gets to the point they were at. This is just one more example where science has come back to the point where the Muslim Quran was at.

It is arguably beneficial for scriptural folk to hold on firmly to their beliefs, as after a merry go round, science usually gets to the point they were at. This is just one more example where science has come back to the point where the Muslim Quran was at.

Source: http://againstscience.com/2013/06/21/the-earth-is-egg-shaped-nasa-validates-quran-ancient-scripture/#more-321




https://earthobservatory.nasa.gov/Features/NightLights/?src=features-hp&eocn=home&eoci=feature






Penganut Geosentrisme Agamawi dan Kontemporari


Model Ptolemaik mengenai tata surya masih terus dianut sampai ke awal zaman modern. Sejak akhir abad ke-16 dan seterusnya perlahan-lahan digantikan sebagai penggambaran konsensus oleh model heliosentrisme. Geosentrisme sebagai suatu kepercayaan agamawi terpisah, tidak pernah padam. Di Amerika Serikat antara tahun 1870-1920, misalnya, berbagai anggota Gereja Lutheran – Sinode Missouri menerbitkan artikel-artikel yang menyerang sistem astronomi Kopernikan, dan geosentrisme banyak diajarkan di dalam sinode dalam periode tersebut.[22]

Map of the Square and Stationary Earth (Peta Bumi Datar  dan stasioner/tidak bergerak), karya Orlando Ferguson (1893)

Namun, pada tahun 1902 Theological Quarterly, A. L. Graebner menyatakan bahwa sinode itu tidak mempunyai posisi doktrinal terhadap geosentrisme, heliosentrisme, atau model ilmiah lainnya, kecuali kalau itu bertolak belakang dengan Alkitab. Ia menyatakan pula bahwa deklarasi apapun yang dikemukakan para penganut geosentrisme di dalam sinode bukan merupakan pendapat badan gereja secara keseluruhan.[23]

Artikel-artikel yang mendukung geosentrisme sebagai pandangan Alkitab muncul pada sejumlah surat kabar sains penciptaan yang berhubungan dengan Creation Research Society. Umumnya menunjuk kepada beberapa nas Alkitab, yang secara harfiah mengindikasikan pergerakan harian Matahari dan Bulan yang dapat diamati mengelilingi Bumi, bukan karena rotasi Bumi pada aksisnya, misalnya pada Yosua 10:12 di mana Matahari dan Bulan dikatakan berhenti di langit, dan Mazmur 93:1 di mana dunia digambarkan tidak bergerak.[24] Para pendukung kontemporer kepercayaan agamawi itu termasuk Robert Sungenis (presiden dari Bellarmine Theological Forum dan pengarang buku terbitan tahun 2006 Galileo Was Wrong (Galileo keliru)).[25]

 Orang-orang ini mengajarkan pandangan bahwa pembacaan langsung Alkitab memuat kisah akurat bagaimana alam semesta diciptakan dan membutuhkan pandangan geosentrik. Kebanyakan organisasi kreasionis kontemporer menolak pandangan ini.[n 6]
Dari semuanya, Kopernikanisme merupakan kemenangan besar pertama sains atas agama, sehingga tidak dapat dihindari bahwa sejumlah orang berpikir semua yang salah dengan dunia ini bermula dari sana. (Steven Dutch dari University of Wisconsin–Madison) [27]



Pada tahun 1616, Galileo berpendapat bahwa bumi itu bulat, bukan datar seperti yang dipahami gereja pada waktu itu yang berdasarkan Kitab Suci Injil. Dalam karyanya Banding ke Grand Duchess, Galileo kokoh menyerang pengikut Aristoteles. 



Photo: Illustration showing Galileo in 1638 (Mary Evans Picture Library)


Dalam karyanya yang dialamatkan kepada Grand Duchess Christina dari Lorraine, ia mengkritik pernyataan dari Kitab Suci yang mengakatan bahwa bumi itu datar karena bertentangan dengan fakta fisis yang dapat dibuktikan dengan ilmu matematika. Dalam buku ini, Galileo cukup jelas menyatakan bahwa teori Copernican bukan hanya alat perhitungan matematika, tapi merupakan suatu kenyataan fisik : 

Saya berpendapat bahawa Matahari terletak di pusat dan tidak mengubah tempat, dan bahwa Bumi berputar pada dirinya sendiri dan bergerak di sekelilingnya. 
Persoalan tentang bumi itu bulat sebenarnya sudah diketahui oleh banyak orang sejak lama, bahkan ilmu astronomi kuno sudah mengetahuinya, yang mungkin juga dipengaruhi oleh filsuf Yunani, Pythagoras (570 SM), dan Aristoteles (427-247 SM) yang mengajarkan bahwa: “Every portion of the earth tends toward the center until by compression and convergence they form a sphere - Tiap-tiap bagian di bumi cenderung menuju ke arah pusat dan dengan tekanan dan pemusatan mereka membentuk suatu lapisan. (De caelo, 297a9-21).”


Akibat pandangannya yang disebut itu ia dianggap merusak iman para pengikut dan diajukan ke pengadilan gereja Italia tanggal 22 Juni 1633. Pemikirannya tentang bumi adalah bulat dan matahari sebagai pusat tata surya bertentangan dengan ajaran Aristoteles maupun keyakinan Injil/Alkitab bahwa bumi adalah datar dan bumi sebagai pusat alam semesta. 

Ia pun akhirnya dihukum dengan pengucilan (tahanan rumah) sampai meninggal dunia.





Daftar Pustaka

Ajram, K. The Miracle of Islamic Science. Cedar Rapids: Knowledge House Publishers, 1992. Print.

Dallal, Ahmad. Islam, Science, and the Challenge of History. New Haven & London: Yale University Press, 2010. Print.

Khan, Muhammad. The Muslim 100. Leicestershire, United Kingdom: Kube Publishing Ltd, 2008. Print.

Morgan, M. (2007). Lost History. Washington D.C. : National Geographic Society.

Diterjemahkan dari: http://lostislamichistory.com/al-biruni/

Read more http://kisahmuslim.com/5631-al-biruni-profil-ilmuan-muslim-yang-luar-biasa.html

March 21, 2017

Fenomena Alam Equinox Di Indonesia, Inilah Lokasinya

Indonesia berdekatan dengan garis khatulistiwa membuat beberapa kawasan di Tanah Air mendapatkan dampak dari Equinox yakni ketika matahari melintasi garis ekuator. Saat Equinox berlangsung, kawasan yang berada di garis khatulistiwa akan mengalami kepanasan suhu yang luar biasa. Dan, biasanya terjadi di setiap tanggal 20 Maret dan 20 September.

Kalimantan ternyata berlokasi di garis khatulistiwa dan setiap tahunnya menjadi langganan terkena dampak fenomena alam Equinox atau dikenal dengan titik musim semi matahari. Saat ini, titik tersebut dialami di kawasan Kalimantan tepat pukul 11.00 - 14.00 WIB.

Namun, selain Kalimantan, Equinox juga melintasi kawasan Sumatera Barat, dan yang patut diwaspadai adalah kawasan pantai. Pada saat perubahan cuaca seperti ini, angin laut akan sangat kencang sekali dan air laut akan lebih tinggi 3-5 meter.

Selain itu, volume hujan juga akan meningkat ketika matahari melintasi garis khatulistiwa. Namun, belum ada tanda-tanda jika beberapa lokasi wisata ditutup, dan masyarakat pun belum gembar-gembor terhadap fenomena tersebut.



5 fakta Equinox. Apa saja? Simak pemaparannya di bawah ini.

1. Equinox Terjadi 2 Kali dalam Setahun

Equinox berlangsung 2 kali dalam setahun. Prediksi akurat astronom berkisar di bulan Maret dan September, tepatnya 21 Maret dan 23 September. Bukan tidak mungkin, prediksi bisa meleset ke tanggal selain itu, hanya masih dalam bulan yang sama.

Fenomena ini juga memiliki istilah yang berbeda. Wilayah belahan Bumi utara menyebut ekuinoks yang terjadi pada Maret sebagai Vernal (musim semi) Equinox. Sementara di belahan Bumi selatan disebut Autumnal Equinox.


2. Transisi Alam ke Musim Semi


Astronom di belahan Bumi utara menggunakan Equinox yang terjadi di Maret sebagai patokan untuk dimulainya musim semi. Musim berakhir di titik balik Matahari pada Juni, yaitu ketika musim panas akan dimulai.

Nah, bedanya dengan wilayah belahan Bumi selatan, Equinox yang terjadi di September justru malah menjadi penanda awal musim semi mereka.

3. Durasi Waktu Siang dan Malam Sama

Equinox berasal dari dua kata latin: aequus (sama) dan nox (malam) yang berarti Equinox yang berlangsung di Bumi akan menghadirkan fenomena siang dan malam dengan durasi yang sama. Kenyataannya, Bumi justru lebih lama mengalami waktu di siang hari saat Equinox berlangsung.


4. Equinox dan Aurora Borealis

Equinox disebut-sebut menjadi momen yang pas untuk menyaksikan peristiwa Aurora Borealis di belahan Bumi utara. Seperti dijelaskan NASA, aktivitas geomagnetik akan berlangsung dua kali lebih intens ketika musim semi dan gugur.


5. Equinox dan Kebudayaan

Fenomena Equinox pun begitu melekat dengan perayaan kebudayaan di sejumlah wilayah. Masyarakat di Tiongkok, contohnya, merayakan Equinox pada Maret dengan tradisi menyeimbangkan telur. Telur yang diletakkan dalam posisi sejajar menandakan kesuburan dan pertanda keuntungan.





references by okezone, liputan6

March 5, 2016

Wawancara Dengan Kepala LAPAN Mengenai Gerhana Matahari Total 9 Maret 2016

Gerhana matahari total kali ini sangat istimewa, karena tak melewati daratan lainnya selain Indonesia. Tak sepatah kata pun keluar dari mulut Thomas Djamaluddin saat bayangan Bulan mendekat. Ia begitu takjub memandang Bulan yang mulai nongol di sisi barat piringan Matahari.

"Perlahan langit berubah gelap," katanya bercerita soal pengamatannya terhadap gerhana Matahari total (GMT) pada 18 Maret 1988 di Pantai Penyak, Bangka Tengah, Bangka Belitung.


Ketika itu ia mendapat tugas mengambil gambar proses GMT. Dan, saat paling dramatis adalah momen ketika Matahari tertutup bulan secara total. Thomas lupa melepas filter pengurang intensitas cahaya yang ada di ujung teleskop, saking senangnya.

"He-he. Saya baru sadar filter menghalangi saat gerhana berakhir," ujar Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) ini. Ketika itu ia baru 1,5 tahun menjadi peneliti LAPAN dan bertugas memotret proses gerhana menggunakan teleskop.

Seminggu lagi, tepatnya 9 Maret 2016, Thomas kembali berkesempatan mengamati GMT. Ia memilih Tapak Sail Tomini di Kayubura, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, salah satu wilayah yang dilewati bayangan Bulan.

Berbeda dengan 1988, kali ini Thomas bukan datang sebagai peneliti. "Melainkan sebagai khatib salat gerhana," kata Thomas, lantas tertawa.

Lembaga yang dipimpinnya merupakan koordinator nasional pengamatan GMT 2016. LAPAN memusatkan pengamatan di Kayubura. Bersama LAPAN, ada National Aeronautics and Space Administration (NASA) dan beberapa peneliti dari Korea dan Prancis yang ikut memantau GMT, namun di tempat berbeda.

Jalur GMT sendiri akan membentang dari Samudera Hindia hingga utara Kepulauan Hawaii, Amerika Serikat. Jalur gerhana itu selebar 155-160 kilometer dan terentang sejauh 1.200-1.300 kilometer, melintasi 12 provinsi di Indonesia.

Adalah Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, dan Bangka Belitung yang dilintasi. Selain itu, bulan juga akan membayangi semua provinsi di Kalimantan (kecuali Kalimantan Utara), Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara juga. Namun, tak semua daerah di provinsi itu dilintasi jalur GMT.


Thomas merasa sedikit dejavu dengan GMT kali ini. Karena mirip dengan yang terjadi pada 1988, ketika ia lupa mencopot filter cahaya di stetoskop. Kemiripannya itu terletak pada jalur-jalur gerhana yang dilewati.


"Saya senang saat ini GMT dinanti-nantikan. Tidak terasa menakutkan seperti 1983 dan 1988," katanya.

Ia masih ingat betapa mencekamnya gerhana di masa lalu. Di tempat ia tumbuh besar, di Cirebon, Thomas dijelaskan oleh neneknya bahwa GMT adalah peristiwa bulan yang sedang dimakan raksasa, sehingga langit gelap. "Karena itu nenek dan warga memukul-mukul pohon agar raksasa itu pergi," katanya.

Kisah mitos itu kerap ia bagi ke pendengar ketika menjadi sumber di berbagai acara, dengan tujuan agar pemahaman GMT jadi ilmiah. Termasuk saat ia bicara di diskusi Ngobrol Tempo dengan tema "Selamat Malam, Pagi" yang diadakan di Planetarium Jakarta, Kamis, (25/2/2016).

"Iya nih, tawaran menjadi pembicara dari mana-mana," ujarnya tersenyum.

Usai acara itu, Heru Triyono, Bonardo Maulana, Ivan Pek dan fotografer Bismo Agung dari Beritagar.id menemuinya untuk wawancara. Sambil duduk, tanpa bersandar di pembatas teras Planetarium, ia menjawab semua pertanyaan dengan lugas selama satu jam. Berikut petikannya:




Apa yang bisa dipelajari para ilmuwan dari gerhana Matahari total (GMT) kali ini?
Di awal sejarah astronomi, gerhana Matahari memang digunakan untuk memahami atmosfer Matahari. Dari Bumi, atmosfer Matahari itu tak bisa dilihat jika bukan saat GMT, karena sinarnya tak sekuat bagian Matahari yang lebih dalam. Sampai sekarang pun topik penelitian GMT masih berkisar itu saja, belum beranjak jauh.

Tapi adakah dampak GMT terhadap Bumi, misalnya pada lapisan atmosfernya?
Gerhana bisa memiliki efek pada atmosfer, tapi tidak signifikan. Tapi, jika Anda berada di jalur totalitas selama gerhana, maka akan merasakan suhu turun beberapa derajat, sekitar 1-2 derajat. Namun secara umum tetap tidak terlalu berpengaruh, termasuk untuk tekanan udara.

Jadi, ketika kita sedang di udara --dalam hal ini di atas pesawat-- dan berbarengan dengan terjadinya GMT, maka tidak akan ada masalah?
Di pesawat pun tidak akan terjadi apa-apa. Kemungkinan malah bisa melihat GMT dengan jelas apabila berada di jalur gerhana, karena di atas itu tidak terhalang awan. Soal sinyal telepon seluler pun tidak akan terganggu dengan adanya GMT.
Seperti saya bilang tadi, yang dirasakan penduduk Bumi paling hanya suhu yang turun, tapi itu juga tak terlalu signifikan.

Ketika suhu Bumi turun, artinya proses pemanasan pada Bumi akan bisa mengganggu medan magnet Bumi dong?
Saya rasa bukan mengganggu, tapi saat aliran sinar Matahari yang menuju Bumi terhalang Bulan, memang di situlah waktu para ilmuwan bisa menentukan nilai medan magnetik Bumi.
Pasalnya angin Matahari itu berinteraksi secara kuat dengan medan magnet Bumi--yang menyebabkan terjadinya badai magnetik. Ketika angin Matahari terhalang Bulan, maka nilai medan magnetik akan mengalami perubahan. Tapi ya ini hal biasa dalam astronomi.

Artinya GMT tidak memiliki efek apa-apa terhadap sistem tata surya?
Sebenarnya bagi LAPAN, GMT ini sekaligus juga sebagai ajang pembuktian teori Relativitas Umum dari Albert Einstein. Pada tahun 1919 ketika terjadi GMT di di teluk Guinea, Afrika, sekelompok ilmuwan Inggris sudah membuktikan teori Einstein itu benar.
Einstein menyebutkan adanya kelengkungan ruang dan waktu di sekitar benda bermassa besar. Hal demikian berarti berlaku di sekitar Matahari. Nah, tim LAPAN akan membuktikan teori itu dengan mengamati posisi cahaya bintang di dekat Matahari, yang akan dibelokkan atau dikenal dengan lensa gravitasi.
Nantinya bintang di dekat Matahari bakal tampak saat gerhana menjauh dari Matahari. Logikanya, kalau dihalangi Bulan, cahaya akan dibelokkan oleh Matahari, sehingga bintang di sekitar Matahari akan berubah posisinya (posisi bintang terlihat tidak dalam posisi yang sebenarnya).

Sebenarnya bagaimana proses gerhana Matahari terjadi?
Gerhana Matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara Bumi dan Matahari sehingga menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangannya bisa menutup Matahari secara penuh karena Bulan lebih dekat ke Bumi.

Mengapa gerhana Matahari tidak terjadi pada setiap bulan baru?
Garis lurus antara Bumi, Bulan dan Matahari tidak selalu terjadi karena orbit Bumi dalam mengelilingi Matahari tidak satu bidang dengan orbit Bulan mengelilingi Bumi, melainkan miring sekitar 5 derajat. Jika orbit Bulan dan Bumi sebidang, maka bisa jadi setiap satu bulan sekali akan terjadi gerhana.

Memangnya berapa kali gerhana Matahari terjadi dalam setahun--misalnya?
Bisa 5-7 kali, tapi silih berganti antara gerhana Matahari dan Bulan. Saat ini orang memang memberi perhatian pada GMT saja, padahal ada gerhana Bulan penumbra nanti juga terjadi pada 23 Maret 2016. Tapi gerhana jenis ini sukar diamati.

GMT ini kan sebenarnya bukan hal baru. Banyak juga teknologi yang bisa membuat simulasinya. Apakah GMT ini masih terasa istimewa untuk ilmu pengetahuan?
Makanya. Setiap terjadi GMT, peneliti hanya melakukan penguatan-penguatan ilmu saja. Belum ada substansi baru yang muncul.

Lalu, apa bedanya GMT 9 Maret 2016 mendatang dengan GMT pada 11 Juni 1983, 18 Maret 1988, atau 24 Oktober 1995?
Bedanya dengan yang 1983 adalah ketika itu masyarakat takut ke luar rumah. Namun makin modern, masyarakat semakin tercerahkan bahwa mengamati GMT itu aman, asal dilihat hati hati dan tahu caranya.

Pada 1983 masyarakat percaya anjuran pemerintah agar tidak keluar rumah karena takut radiasi sinar matahari yang dianggap membuat buta. Apa benar radiasi matahari seberbahaya itu?
Itu terlalu berlebihan. Pemerintah sepertinya ingin sederhana saja, ketimbang ribet menjelaskan bagaimana cara pengamatan yang benar.
Maka yang terjadi adalah memberi saran ke masyarakat untuk di dalam rumah saja dengan alasan radiasi bisa menyebabkan buta. Tapi lucunya, ketika itu wisatawan asing yang ke Indonesia justru menikmati fenomena langka itu di beberapa lokasi yang dilewati jalur gerhana.

Di mana menurut Anda lokasi terbaik pengamatan gerhana Matahari total pada 9 Maret mendatang?
Semua daerah yang dilewati jalur (gerhana) pada dasarnya bisa dilakukan pengamatan. Makin ke Timur, maka makin lama durasinya. Secara rata-rata, GMT bisa terjadi antara 1,5 menit sampai 3 menit. Tentu faktor kejelasan GMT tergantung cuaca juga.

Prediksi cuaca di Indonesia ketika GMT nanti bagaimana? Kan masih memasuki penghujung musim hujan...
Gerhana kali ini terjadi pada pagi hari. Jadi, meski memasuki penghujung musim hujan, secara probabilitas, pembentukan awan umumnya aktif setelah tengah hari. Maka, peluang mendapatkan hari cerah pada 9 Maret masih terbuka.
Seperti tahun 1988, GMT juga terjadi saat musim hujan. Tetapi ketika masuk proses GMT, yang terjadi cuaca justru menjadi cerah, dan saya bisa mengamatinya dengan jelas.

Seperti apa cara yang aman untuk menikmati dan mengamati GMT?
Saat matahari perlahan tertutup bulan dan kondisi langit berangsur gelap (gerhana matahari sebagian) dianjurkan menggunakan filter atau kacamata khusus untuk melihat matahari.
Cara melihatnya jangan terlalu fokus karena saat itu matahari belum semuanya tertutup dan sebagian sinar masih memancar kuat sehingga bisa merusak retina. Jadi, lihat saja beberapa menit, dengan sesekali melihat tempat lain dan tidak fokus ke Matahari terus.

Bisa Anda jelaskan apa itu filter matahari?
Adalah alat yang digunakan untuk meredam sebagian besar sinar Matahari yang diterima mata sampai 100 ribu kali, sehingga sinar Matahari tampak seperti cahaya lampu saja.

Apakah bisa melihat dengan mata telanjang ketika corona (mahkota Matahari) muncul?
Justru saat matahari tertutup total, filter yang melindungi mata dilepas. Karena di situlah keindahan GMT bisa disaksikan langsung dengan mata. Namun harus diingat, jangan terlalu lama menatap karena durasi GMT hanya 2 sampai 3 menit saja. Setelah itu matahari akan tersibak, dan mengeluarkan sinar kuat lagi. Saat itu filter mata harus dipakai kembali.
Kalau soal tempat, saya menyarankan cari yang menarik. Bagi penggemar fotografi jangan hanya memotret Mataharinya. Tapi sandingkan dengan objek lain. Karena di pagi hari Matahari rendah, coba sandingkan dia dengan objek lain seperti misalnya Jembatan Ampera, di Palembang.
Anda bisa mengambil sisi baratnya jembatan, sebagai latar. Karena GMT ini adalah fenomena langka, jadi jangan bikin gambar yang biasa-biasa saja.

Kapan GMT akan muncul kembali di Indonesia?
Pada 2023 dan 2042, tentunya dengan jalur gerhana yang berbeda. Satu lokasi yang sama secara rata-rata bisa mengalami GMT satu kali dalam 300-an tahun.


Kapan pertama kali Anda mengetahui soal gerhana Matahari total (GMT)?
Saya mulai memberi perhatian kepada GMT sejak 1983, ketika kuliah Astronomi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Saya memang tidak ikut mengamati saat itu, tapi saya membuat artikel dengan judul Gerhana Matahari Adalah Peristiwa Biasa di koran Pikiran Rakyat.

Tujuan artikel saya itu untuk membantah mitos-mitos berkaitan dengan Matahari. Misalnya, gerhana terjadi akibat raksasa marah yang menelan matahari. Agar matahari tidak hilang ditelan Batara Kala, orang harus membuat suara gaduh.

Ketika itu masih banyak orang yang menganggap serius mitos GMT?
Termasuk saya sendiri merasakannya. Ketika tumbuh di Cirebon, saya menyaksikan kalau gerhana datang, maka orang akan memukul-mukul bambu dan pohon. Nenek saya bilang kalau yang sedang terjadi adalah Matahari dimakan raksasa. Untuk mengusir raksasanya, maka penduduk melakukan pemukulan tadi.

Saya mulai paham GMT saat mulai sekolah, dan menyadari GMT adalah fenomena alam langka, bukan mitos. Saya akhirnya berkesempatan menyaksikan langsung fenomena langka itu pada 18 Maret 1988 di Pantai Penyak, Bangka Tengah, Bangka Belitung.

Apakah sudah banyak orang yang melakukan aktivitas meneropong langit menjelang GMT saat itu?
Pada 1988 kebetulan saya sudah menjadi peneliti LAPAN selama 1,5 tahun. Masih yunior, dan dapat tugas memotret proses gerhana menggunakan teleskop. Tapi saking takjubnya dengan corona (mahkota Matahari), saya jadi lupa melepas filter pengurang intensitas cahaya Matahari yang ada di ujung teleskop ketika GMT terjadi. Saya baru sadar saat fase totalitas gerhana hampir berakhir.

Untung rekan saya yang lain memotretnya dengan benar he-he. Itu pengalaman berharga. Intinya jangan gampang takjub dulu. Itu berlaku untuk astronom amatir dan profesional.

Ngomong-ngomong kenapa Anda tertarik dengan ilmu astronomi?
Ketika kecil saya suka sekali memperhatikan dan meneliti biji buah mangga, rambutan atau kedondong yang tumbuh di kebun. Menurut saya menarik sekali.

Saya juga suka baca majalah Mekatronika, majalah sains yang sering mengulas UFO (Unidentified Flying Object) atau disebut Beta, Benda Terbang Aneh. Ketika SMA (sekolah menengah atas) saya sering membaca buku Erich von Daniken, yang terkait dengan peninggalan manusia dan Beta. Saya hafal setiap halaman majalah dan buku itu.

Memang sudah ada bayangan sejak kecil akan menjadi peneliti?
Ya kalau ditanya mau jadi apa oleh guru, maka akan saya jawab menjadi peneliti, meski sebenarnya belum tahu juga pekerjaannya seperti apa. Tapi dalam perkembangan saya, dari cerita-cerita Beta itu saya malah jadi tertarik mendalaminya, dan mengaitkannya dengan agama.

Saat SMA saya menulis artikel tentang bagaimana UFO menurut agama. Saya kait-kaitkan dengan ayat Alquran. Artikel itu masuk majalah sains di ITB. Dan, sepertinya redaksinya tidak tahu yang menulis adalah anak SMA. Saya kemudian menjadi lebih mendalami tentang astronomi dengan masuk ITB.

Sebab itu Anda terkenal sebagai Kiai Astronomi...
He-he. Sewaktu mahasiswa soalnya saya aktif di Masjid Salman ITB, sebagai pembina dan mentor. Di jurusan astronomi, saya sering memimpin pengajian-pengajian, dan kalau ada kegiatan saya selalu menjadi juru doanya.

Menurut saya astronomi bukan hanya untuk kepentingan ibadah umat Islam, melainkan sudah memasuki berbagai aspek kehidupan manusia. Saya senang di era modern ini banyak anak-anak tertarik dengan astronomi, apalagi dengan adanya internet.

Berbeda ketika saya masih kecil masih jarang ada kelompok yang aktif, baik itu astronom amatir maupun profesional.

Saya membaca di internet bahwa masa kecil Anda bukanlah dari orang yang berkecukupan...
Itu benar. Saya mencoba mencari uang jajan dengan berjualan es bungkus keliling. Saya kerap diledek karena kaus kaki saya yang kendur diikat karet dan baju saya yang putih kekuningan karena tidak bersih.

Ketika ayah saya pensiun, iuran sekolah kadang tidak bisa terbayarkan. Dampaknya, rapot kenaikan kelas 5 saya ditahan guru. Tapi saya membuktikan bahwa nilai saya yang terbaik di kelas.

Bahkan ada soal ujian yang hanya saya saja yang bisa jawab. Soalnya adalah darimana asal usul minyak bumi. Jawaban saya ketika itu, minyak bumi berasal dari binatang-binatang di laut yang tertimbun jutaan tahun yang kemudian jadi minyak bumi.

Saat kecil saya juga kerap sakit-sakitan dan harus mengganti nama. Jadi, nama Djamaluddin ditambahkan depannya dengan nama Thomas.

Kenapa nama Thomas?
Karena dokter yang selalu merawat saya itu bernama Thomas. Dia merupakan dokter tentara.

Bagaimana konsep Anda dalam mengembangkan LAPAN di masa depan?
Yang pasti terus meningkatkan kualitas Litbang (penelitian dan pengembangan) penerbangan dan antariksa menjadi bertaraf internasional. 

Biodata Singkat: Prof. Dr. Thomas Djamaluddin

Nama: Thomas Djamaluddin.
Tempat Tanggal Lahir: Purwokerto, 23 Januari 1962.
Pendidikan:
- S3 Astronomi, Kyoto University (1990-1994).
- S2 Astronomi, Kyoto University (1988-1990).
- S1 Astronomi, Institut Teknologi Bandung (1981-1986).
Karir:
- Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) (2014-Sekarang).
- Peneliti Utama Astronomi dan Astrofisika, LAPAN (2009-Sekarang).
- Kepala Unit Komputer Induk, LAPAN (2010-2014).
- Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, LAPAN (2007-2010).
- Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan, LAPAN (2004-2007).
- Peneliti Antariksa, LAPAN (1986-1988).





referencces by beritagar.id

 
Like us on Facebook