Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut, tinggal tunggu waktu. Seiring rutinnya gempa di pulau Jawa, itu merupakan pertanda gempa + tsunami ini akan segera terjadi. Dua zona itu sudah lama tak mengalami gempa atau ada seismic gap, yakni lebih dari dua abad. Biasanya, gempa besar punya siklusnya sendiri dalam rentang hingga ratusan tahun.
keberadaan zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut dinilai sebagai sebuah potensi yang diduga oleh para ahli sebagai zona kekosongan gempa besar (seismic gap) yang sudah berlangsung selama ratusan tahun.
Total ada 16 zona megathrust yang mengepung Indonesia.
Dari 16 zona megathrust tersebut, setidaknya ada 4 zona megathrust yang mengepung Pulau Jawa, salah satunya adalah megathrust Selat Sunda.
Berikut 4 zona megathrust yang berada di sekitar Pulau Jawa dan potensi gempa bumi yang dihasilkannya:
1. Megathrust Bali
- Potensi magnitudo maksimum: M 9,0
- Sejarah gempa yang terjadi: belum ada catatan
2. Megathrust Jawa Tengah-Jawa Timur
- Potensi magnitudo maksimum: 8,9 M
- Sejarah gempa yang terjadi: M 7,2 pada 1916 dan M7,8 pada 1994
3. Megathrust Selat Sunda-Banten
- Potensi magnitudo maksimum: M 8,8
- Sejarah gempa yang terjadi: M 8,5 pada 1699 dan 1780
4. Megathrust Jawa Barat
- Potensi magnitudo maksimum: M 8,8
- Sejarah gempa yang terjadi: M 8,1 pada 1903 dan M 7,8 pada 2006
Selain 4 zona megathrust di Pulau Jawa, ada 14 zona megathrust lain yang tersebar di Indonesia. Berikut daftarnya:
- Megathrust Aceh-Andaman (M 9,2)
- Megathrust Nias-Simelue (M 8,9)
- Megathrust Batu (M 8,2)
- Megathrust Mentawai-Siberut (M 8,7)
- Megathrust Mentawai-Pagai (M 8,9)
- Megathrust Enggano (M 8,8)
- Megathrust NTB (M 8,9)
- Megathrust NTT (M 8,7)
- Megathrust Laut Banda Selatan (M 7,4)
- Megathrust Laut Banda Utara (M 7,9)
- Megathrust Utara Sulawesi (M 8,5)
- Megathrust Lempeng Laut Filipina (M 8,2).
Guru Besar Bidang Geodesi Gempa Bumi Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano mengatakan alasan mengapa zona megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut paling diwaspadai karena dua zona tersebut belum rilis atau terjadi gempa besar.
"Sesudah gempa Aceh 2004, Nias 2005, kemudian gempa Padang 2009, gempa 2010 di bagian bawah dari Mentawai," ujarnya saat dikutip dari Kompas.com, Kamis (15/8/2024).
gempa besar di zona megathrust Selat Sunda pernah terjadi pada 1699 dan 1780 dengan magnitudo 8,6.
Irwan mengatakan, kondisi kedua bisa dilihat dari aktivitas kegempaannya yang sepi. Jadi, ada daerah yang kiri dan kanannya gempa terus, namun bagian tengahnya sepi, dan kondisi ini juga terpenuhi.
Kemudian kondisi ketiga, yakni zona tersebut sedang mengumpulkan atau mengakumulasikan energi. Untuk mengetahui suatu zona sedang mengakumulasikan energi, hal itu bisa dilihat melalui pengamatan geodetik.
"Jadi kita mengolah data dari Badan Informasi Geospasial (BIG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan kita membuktikan bahwa akumulasi regangan sedang terjadi," kata dia.
"Jadi ibarat orang nabung, ini sedang numpuk tabungannya, yang jadi pertanyaan itu akan dikeluarkan tiba-tiba atau tidak," tambahnya.
Pasalnya, secara teori, suatu zona yang sedang mengalami strain accumulation, pasti akan ada release, dalam hal ini gempa bumi.
"Itulah kemudian yang menjadi perhatian dan alasan mengapa Zona Mentawai dan Selat Sunda lebih diwaspadai," tuturnya.
sejumlah studi mengungkap megathrust ini, termasuk yang berada di dekat Jawa, berpotensi memicu tsunami hingga puluhan meter.
Dengan demikian, Jawa sebagai pulau dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia harus waspada.
Berikut daftar lengkap segmen megathrust yang mengancam Jawa seperti dikutip dari Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017:
BMKG Ingatkan Mitigasi Bencana Gempa Megathrust Oleh pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Agar Tak banyak Korban Meninggal
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung mengingatkan seluruh jajaran pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan mitigasi bencana gempa megathrust. Sebab potensi dampak yang ditimbulkan sangat besar.
Baca Artikel Lainnya
- Sejak Kapan Gas Elpiji LPG 3KG Diberi Label Hanya Untuk Masyarakat Miskin?
- Data Angka Bunuh Diri Indonesia Terus Meningkat
- Zona Merah Megathrust Pulau Jawa Di Mana Saja?
- KUOTA HOME 117GB 120GB 150GB TRI Dihentikan, Para Pelanggannya Kabur Ke Provider Lain
- Bukalapak TutupLapak Karena Kalah Saing, Akankah Tokopedia Menyusul?
- Windows 10 Pensiun 2025, Bersiap Beli PC/Laptop Baru Untuk Windows 11
- Penyebab Jumlah Penonton Live Shopee Menurun?
- Penyebab Akun Ini Tidak Dapat Lagi Menggunakan Whatsapp Karena Spam
- Facebook Meta Ramai-Ramai Jadi "Lapangan Kerja Baru", Data Apa Yang Sebenarnya Mereka Kumpulkan?
- Ridwan Kamil Difitnah Lisa Mariana Jadi Selingkuhannya
- Kronologi TNI Tembaki Polisi Lampung
- Jadwal Libur Panjang Idul Fitri 2025
Virga mengatakan beberapa penelitian Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami menyebutkan di Mentawai dan selat Sunda hampir 300 tahun belum terdapat gempa besar. Oleh karena itu, potensi megathrust tetap ada.
Beberapa penelitian lainnya tentang Megathrust di Selatan Jawa Barat dan Jawa Timur dari Prof Sri Widiyantoro, kata dia, menjelaskan potensi tsunami setinggi 20 meter di Selatan Jawa Barat dan 12 meter di Selatan Jawa Timur dapat terjadi. Dengan rata-rata ketinggian tsunami di pantai selatan pulau Jawa 4-5 meter.
Sementara itu, penelitian BMKG tentang Megathrust tahun 2023 yang menyebutkan potensi terburuk bisa menyebabkan tsunami 34 meter di Selat Sunda terutama di ujung kulon.
Virga mengatakan Pj Gubernur Jawa Barat dan Pj Wali Kota Bandung telah mengeluarkan surat edaran kesiapsiagaan bencana megathrust di kabupaten dan kota di Jawa Barat. Pemerintah dan masyarakat harus melakukan mitigasi struktural dan non struktural. "Struktural seperti memastikan ketersediaan evakuasi dan membangun early warning system dan pengecekan alat peringatan dini," kata dia.
Sedangkan non struktural, kata dia, di antaranya edukasi ke masyarakat dan melakukan simulasi penyelamatan diri saat bencana terjadi. Selain itu, menyiapkan mekanisme kedaruratan dan kontijensi. "Mengimbau masysrakat menlakukan pencegahan, sebelum gempa bagaimana dan saat terjadi bagaimana dan setelahnya gimana," katanya.
GEMPA MEGATHRUST PICU TSUNAMI YANG MUNGKIN LEBIH BESAR DARI ACEH
Dalam sejarah, 20 tahun lalu terjadi gempa megathrust
besar-besaran di Aceh, yakni pada 2004. Gempa berkekuatan 9,3 SR itu
memicu tsunami setinggi 30 meter. Tsunami ini pun sampai ke negara tetangga
Berdasarkan data PBB pada Januari 2005 dulu korban meninggal mencapai 230.000 jiwa lebih, mungkin angkanya bisa mencapai 500 ribuan lebih yang tak terhitung serta 500.000 orang kehilangan tempat tinggal
Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanif, mengatakan gempa megathrust memiliki siklus yang terbagi atas fase interseismic, coseismic, dan postseismic.
Secara singkat, interseismis merupakan fase pengumpulan energi di beberapa bagian lempeng. Saat ini, segmen megathrust di Selat Sunda sedang mengalami fase ini.
Selanjutnya, ada fase coseismic yang merupakan tahap pelepasan energi yang terkumpul dari fase interseismic.
Terakhir, postseismic adalah fase pasca pelepasan energi, lalu mengalami relaksasi hingga akhirnya kembali ke kondisi fase awal atau interseismic.
"Fase-fase ini bisa diukur menggunakan GPS. Pergerakan ini per milimeter. Tapi, milimeter ini kalau di Jawa, pergerakan yang terkunci ke bawah kurang lebih 6 cm per tahun," kata Nuraini dalam siaran langsung di channel YouTube BRIN, dikutip Sabtu (7/9/2024).
Ia menjelaskan, siklus gempa megathrust di segmen Selat Sunda terjadi setiap 400 tahun. Dengan penghitungan pergerakan 6 cm per tahun, maka pergerakannya dalam 400 tahun mencapai 24 meter.
"Kalau energinya dilepas sekaligus kami dapatnya kekuatan gempanya bisa M 8,8 kalau satu segmen Selat Sunda saja. Tapi kalau segmennya di seluruh Jawa bisa M 9,0 atau mirip dengan gempa Aceh dan Jepang," kata dia.
"Dari pemodelan tsunami yang kami buat, jika dengan skenario di selatan Jawa, ketinggiannya bisa antara 5-20 meter," ia menambahkan.
Lebih lanjut, Nuraini mengatakan saat ini terdeteksi akumulasi energi yang lebih besar di Jawa bagian barat, yakni area Lebak, Banten.
"Masih kami monitor terus, mungkin di daerah Lebak Banten bisa sampai 20 meter. Area lainnya kemungkinan 5 meter," ia menuturkan.
Kewaspadaan Gempa Besar Meningkat di Asia Setelah Gempa Myanmar
Gempa bumi magnitudo 7,7 yang terjadi di Myanmar dan turut mengguncang Thailand hingga Cina telah membangkitkan kewaspadaan negara-negara Asia terhadap kemungkinan gempa bumi besar yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Jumlah korban meninggal akibat gempa tersebut mencapai ribuan orang.
Jepang Waspada Gempa Besar Palung Nankai
Tiga hari setelah gempa Myanmar, tepatnya pada Senin, 31 Maret, Pemerintah Jepang mengeluarkan hasil simulasi risiko terbaru bila terjadi gempa besar yang berpusat di Palung Nankai. Palung Nankai adalah lokasi dimana dua lempeng tektonik bertemu di Laut Pasifik, dan telah menjadi pusat gempa bumi besar di masa lalu. Palung Nankai terletak di selatan daerah Nankaido, Pulau Honshu.
Gempa besar di sekitar wilayah tersebut pernah terjadi pada 2011. Gempa berpusat di pantai timur Pulau Honshu dengan magnitudo 9,0 atau 9,1. Gempa memicu tsunami setinggi lebih dari 10 meter yang menyebabkan generator cadangan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima rusak. Akibatnya, sistem pendingin reaktor tidak berfungsi sehingga pembangkit meleleh dan meledak. Ini jadi salah satu bencana gempa dan nuklir terbesar dalam sejarah yang menyebabkan lebih dari 15 ribu orang meninggal.
Tahun lalu, pascagempa magnitudo 7,1 di perairan Miyazaki, Pulau Kyushu, Pemerintah Jepang sempat mewaspadai kemungkinan gempa tersebut memicu gempa besar Palung Nankai. Dalam hasil simulasi terbaru, pemerintah Jepang menyebut potensi 298 ribu orang meninggal karena tsunami dan runtuhnya bangunan bila gempa Palung Nankai terjadi pada malam hari dan saat musim dingin. Jumlah penduduk yang dievakuasi diprediksi bisa mencapai 12,3 juta orang. Ini sekitar 10 persen dari total penduduk Jepang.
Pemerintah Jepang mengimplementasikan rencana tanggap bencana untuk merespons risiko tersebut, termasuk membentuk agensi baru di bidang pencegahan bencana pada 2026.
Filipina Waspada Gempa Besar Sesar West Valley
Gempa besar di Myanmar juga telah membangkitkan kewaspadaan Filipina. Apalagi sebelumnya, sebuah studi yang dilakukan Philippine Institute of Volcanology and Seismology (Phivolcs) memprediksi gempa magnitudo 7,2 di Sesar West Valley bisa menyebabkan kerusakan luas, termasuk runtuhnya 168 ribu bangunan, dan 33 ribu korban tewas di Metro Manila dan provinsi sekelilingnya. Sesar West Valley adalah garis patahan aktif sepanjang sekitar 100 kilometer di Pulau Luzon yang merupakan lokasi dimana ibukota Myanmar, Manila berada.
Diberitakan Manila Standard, Legislator Filipina Camarines Sur Rep. Luis Raymund Villafuerte telah meminta senat untuk memprioritaskan Undang-Undang Bangunan yang ditujukan untuk mempersiapkan negara tersebut terhadap risiko gempa besar. Sebelumnya, Pemerintah Filipina menyatakan tidak siap bila gempa sekuat yang terjadi di Myanmar yaitu di atas magnitudo 7 mengguncang Filipina. Penduduk memang terdidik dalam soal pengamanan diri saat gempa, tapi bila gempa sebesar itu terjadi, bakal banyak korban berjatuhan karena bangunan runtuh.
Indonesia Waspada Gempa Besar di Berbagai Wilayah
Indonesia juga sudah lama mewaspadai potensi gempa besar di berbagai wilayah, antara lain di Selat Sunda. Merujuk pada pernyataan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono pascagempa Jepang tahun lalu, terdapat potensi gempa besar karena ada seismic gap di zona Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut. Seismic gap adalah istilah yang digunakan untuk kawasan aktif secara tektonik namun jarang terjadi gempa dalam jangka waktu yang lama. Megathrust Selat Sunda dapat memicu gempa dengan kekuatan maksimal magnitudo 8,7 dan Megathrust Mentawai-Siberut M 8,9. Potensi ini memicu kekhawatiran di masyarakat.
Januari lalu, Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo menyatakan bahwa pemerintah sudah banyak berdiskusi dengan beberapa negara maju seperti Jepang dan Korea Selatan untuk mempelajari pembangunan infrastruktur tahan gempa. Menurut dia, selain teknologi, kuncinya adalah pemilihan lokasi yang tepat untuk infrastruktur besar. "Kami bangun di tempat-tempat yang kalau misalnya terjadi gempa megathrust itu tidak kena lah, atau kalau pun kena minimum," ujarnya.
Di
luar pengamanan infrastruktur, belum ada kebijakan baru yang terpantau
disiapkan pemerintah guna meminimalkan potensi kerusakan maupun korban
jiwa dari gempa besar yang mungkin terjadi.
Hindari atau tunda dulu berlibur bermain ke wilayah laut dan pantai hingga gempa ini sudah terjadi..
