Baca Artikel Lainnya
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat atau BPBD Jabar bersama lembaga swadaya masyarakat akan melakukan ekspedisi menyusuri jalur Sesar Baribis. Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda BPBD Jabar Budi Budiman Wahyu mengatakan ekspedisi itu direncanakan pada Juli-Agustus 2024. “Mulai dari Cirebon sampai Subang,” katanya yang ditemui usai seminar Tanggap Bencana gelaran Keluarga Mahasiswa Pencinta Alam di Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu, 11 Mei 2024.
Menurut Budi, ekspedisi itu seperti yang pernah dilakukan bersama sebelumnya di wilayah pantai selatan yang berpotensi terdampak tsunami. Nantinya ekspedisi Sesar Baribis akan tersebar ke beberapa titik untuk sosialisasi dan upaya mitigasi bahaya gempa. Sebelumnya sosialisasi serupa dilakukan terkait dengan potensi bahaya Sesar Lembang di wilayah Bandung.
Beberapa sesar besar yang berpotensi mengakibatkan bencana, menurut BPBD Jabar, yaitu Sesar Cimandiri, Sesar Lembang, dan Sesar Baribis. Sementara, menurut peneliti dari Pusat Riset Geoteknologi di Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Eko Yulianto, di sekitar sesar besar seperti Sesar Lembang masih ada beberapa sesar di wilayah Cekungan Bandung. “Banyak sekali retakan-retakan termasuk di wilayah selatan,” ujarnya. Retakan yang besar disebut sesar, sementara retakan yang kecil dinamakan kekar.
Peneliti Ahli Muda di Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Edi Hidayat mengatakan potensi dari sesar-sesar lainnya seperti yang ditemukan di sekitar Bandung perlu penelitian lebih lanjut. Dia mencontohkan sumber gempa di Cianjur, sesar di Sumedang, sesar di Garut selatan. “Juga sesar Baribis di Subang bagian utara,” katanya di laman BRIN, Jumat 10 Mei 2024.
Menurutnya sesar-sesar lokal yang segmennya relatif pendek ini belum terpetakan dengan baik tetapi aktivitas kegempaannya harus diwaspadai. BRIN akan terus melakukan pencarian sesar yang datanya belum rinci. Tahun ini BRIN ditugaskan untuk memetakan sesar aktif atau berpotensi aktif di Jawa bersama dengan lembaga lain, seperti BMKG dan perguruan tinggi.
Keberadaan Sesar Baribis sebelumnya telah diungkap antara lain lewat laporan ilmiah T.O. Simandjuntak dan J.A. Barber yang berbasis ilmu geologi. Jalur patahannya digambarkan sebagai garis agak melengkung dari barat ke timur. Lokasinya dari sekitar Kabupaten Serang di Banten hingga Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Aktivitas kegempaan Sesar Baribis baru terkonfirmasi dari penelitian yang dipimpin Sri Widiyantoro, seismolog dari ITB.
Hasil studi selama dua tahun itu mengkonfirmasi keaktifan Sesar Baribis dengan temuan bukti kejadian gempa. Tim tidak melakukan pemetaan melainkan mengamati gempa-gempa yang terjadi di sekitar sesar. Hasilnya dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional Nature yang terbit 16 Juni 2022. Judulnya 'Implications for fault locking south of Jakarta from an investigation of seismic activity along the Baribis fault, northwestern Java, Indonesia'.
Tim peneliti mengungkap implikasi sesar gempa Baribis yang terkunci di bagian barat, yaitu di wilayah Serang. Adapun di bagian timur Sesar Baribis, di sekitar Karawang hingga Purwakarta, muncul gempa-gempa kecil. Garis sesar sepanjang 100-an kilometer itu di antaranya melintasi wilayah Tangerang, selatan Jakarta, Bekasi, Karawang, dan Purwakarta. Namun, karena belum diteliti untuk mengetahui aktif atau tidaknya, Sesar Baribis belum masuk Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017
Terdapat tiga sumber ancaman gempa di wilayah DKI Jakarta. Pengungkapan sumber ancaman tersebut sebagai upaya untuk memitigasi bencana. Tiga ancaman itu, yakni zona megathrust di selatan Jawa Barat, zona megathrust di selatan Selat Sunda dan sesar aktif di daratan.
Ketua Subkelompok Urusan Pencegahan BPBD DKI Jakarta Rian Sarsono mengatakan, sesar aktif di daratan berada di Sesar Baribis, Sesar Lembang dan Sesar Cimandiri.
"Pada 14 Agustus 2023, BMKG mencatat gempa terakhir di Jakarta, yakni Kepulauan Seribu dengan 4,5 Magnitudo dan kedalaman gempa 227 kilometer," katanya.
Selain itu, sebanyak 10 ancaman bencana di Jakarta, yakni gempa bumi, banjir, kebakaran, cuaca ekstrem, wabah penyakit, abrasi, likuifaksi, gagal teknologi, kekeringan dan tsunami.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memprioritaskan pada dampak gempa bumi, banjir dan kebakaran.
Salah satu program yang dilaksanakan, yakni sistem evaluasi ketangguhan gedung bertingkat terhadap gempa bumi (Sigap) untuk memastikan non struktural bangunan menghadapi bencana.
"Sigap ini melihat non struktural seperti tim tanggap darurat, apakah pernah melakukan simulasi di gedung tersebut, hingga ketersediaan jalur evakuasi yang aman," ujarnya.
Beragam upaya tersebut dilakukan sebagai langkah mitigasi untuk memastikan tingkat keamanan dan kenyamanan masyarakat.
Terlebih, usai Jakarta yang tak lagi menjadi ibu kota maka ditargetkan bisa mewujudkan kota global yang ramah untuk masyarakat menanamkan bisnis.
Sebelumnya, BPBD DKI Jakarta mencatat sebanyak 1.258 bencana terjadi di Jakarta sepanjang tahun 2023 yang umumnya berupa kebakaran permukiman dan gedung.
"Sepanjang tahun 2023, BPBD DKI mencatat terjadi sebanyak 1.258 kejadian bencana di Jakarta," kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji kepada wartawan di Jakarta.
Sesar Baribis adalah Sesar aktif yang membentang dari timur hingga barat pulau Jawa. Sesar Baribis merupakan sesar terpanjang di Pulau Jawa. Sesar ini melintasi sisi barat Subang, Sumedang, Indramayu dan Purwakarta, Karawang, Cibatu (Bekasi), Depok, Jakarta hingga Tangerang dan Raskasbitung.
Sesar Baribis merupakan sesar utama di utara Jawa Barat. Dari hasil penafsiran foto udara dan citra land-sat, diketahui di bagian utara dijumpai adanya kelurusan regional yang arahnya barat laut tenggara. Arah kelurusan ini selanjutnya menerus ke arah tenggara.
Di daerah Kadipaten, Majalengka yaitu tepatnya di Desa Baribis, ditemukan sejumlah bidang sesar dan struktur sesar minor yang memotong tubuh batu-gamping. Gempa bumi yang cukup signifikan yang bersumber dari sesar ini adalah gempa bumi tahun 1862 di Karawang.
Sesar BARIBIS terjadi 800 tahun sekali dimana terjadi pergerakan lempeng bumi dan terjadi benturan lempeng bumi yang mengakibatkan terjadinya tanah Bergerak atau Gempa Bumi.
Sesar Baribis adalah sesar muda yang terbentuk pada periode tektonik zaman batu muda Pliosen yang berbentuk sesar naik. Artinya jika sesar bergerak, maka satu blok batuan akan bergeser ke atas sedangkan blok batuan lainnya akan bergeser ke bawah.
Pergeseran ini dapat menyebabkan gempa hingga kerusakan jika terjadi dalam skala yang besar. Sebab itu, daerah dengan sesar yang masih aktif bergerak merupakan daerah yang rawan akan gempa bumi.
Sesar Baribis membentang dari Kabupaten Purwakarta sampai perbukitan Baribis di Kabupaten Majalengka. Jalur Sesar Baribis dan sekitarnya meliputi kota besar seperti Bogor, Bekasi, dan Jakarta yang diperkirakan memiliki panjang sekitar 100 km.
Segmen sebelah timur jalur sesar tersebut disebut sebagai segmen Bekasi – Purwakarta dan jalur yang melintas di selatan Jakarta sebagai segmen Jakarta. Dengan kata lain, Jakarta masuk dalam wilayah yang rentan gempa bumi akibat Sesar Baribis yang juga didukung oleh studi dari peneliti ITB S. Widyantoro dan ilmuwan kampus dunia dalam jurnal ilmiah Scientific Reports (Nature).
Penelitian berjudul ‘Implications for fault locking south of Jakarta from an investigation of seismic activity along the Baribis fault, ‘northwestern Java, Indonesia’ menyebut, Sesar Baribis barat masih terkunci untuk saat ini. Gempa dimungkinkan terjadi di kemudian hari bila akumulasi energi dilepaskan oleh sesar.
“Daerah sekitarnya, termasuk Jakarta Selatan dan sekitarnya, mungkin sangat rentan terhadap gempa bumi yang cukup besar di masa depan ketika akumulasi energi regangan elastis akhirnya dilepaskan,” terang Widyantoro.
Van Bemmelem dalam buku General Geology of Indonesia and Adjacent Archipelagoes menyebutkan ada sebanyak tiga kali gempa akibat Sesar Baribis. Daftar catatan gempa yang pernah terjadi di antaranya yakni:
1. Gempa tahun 1699 dengan magnitudo 8
2. Gempa tahun 1780 dengan magnitudo 7
3. Gempa tahun 1847 dengan magnitudo 7
Kemudian dari Bulletin of Scientific Contribution Universitas Padjajaran karya Siska Febyani, dkk, Sesar Baribis sempat menyebabkan gempa lagi pada tahun 1990 dengan magnitudo 5,5 dan 2022 dengan magnitudo 5