MASUKAN KATA DI KOTAK BAWAH INI UNTUK MENCARI.. LALU KLIK TOMBOL "SEARCH"

June 24, 2021

Fakta Corona Delta dan Delta Plus Bisa Menempel Di Tubuh Saat Berdekatan

Baca Artikel Lainnya

Virus corona penyebab Covid-19 varian Delta diketahui dapat menular dengan lebih cepat. Kabar teranyar mengklaim bahwa penularan varian Delta dapat terjadi saat berpapasan.

Otoritas wilayah New South Wales, Australia, mencatat beberapa kasus yang dikhawatirkan merupakan varian Delta. Kasus itu ditemukan pada pengunjung pusat perbelanjaan, Bondi Junction Westfield.




Dari kasus yang terjadi di Bondi Junction, pasien yang terpapar terlihat hanya berpapasan saat belanja dengan orang yang positif terinfeksi SARS-CoV-2. Orang yang tertular hanya berada sekitar 50-60 sentimeter dari orang yang terinfeksi.


Hal ini kemudian membuat otoritas setempat menyimpulkan bahwa hal yang sama bisa terjadi di pusat perbelanjaan atau tempat lainnya.


"Ini adalah virus yang sangat mampu menularkan, bahkan ketika kita memiliki jarak yang sangat dekat antara individu yang menularkan dan siapa pun dari kita yang mungkin lewat," kata Menteri Kesehatan New South Wales, Brad Hazzard, mengutip dari SBS News.


Risiko penularan akan semakin meningkat jika seseorang yang terinfeksi dan orang yang tertular sama-sama tidak mengenakan masker.


Oleh karena itu, Anda disarankan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, termasuk mengenakan masker dengan baik dan benar.




Daftar gejala terbaru CDC soal Varian Delta dan Delta Plus, termasuk kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, dan diare sebagai kemungkinan gejala infeksi.

Sementara itu gangguan pendengaran, gangguan lambung yang parah, dan pembekuan darah yang mengarah ke gangren, gejala yang biasanya tidak terlihat pada pasien Covid


Sebagaimana diketahui, kini dunia tengah digemparkan oleh kehadiran virus corona varian Delta yang dinilai lebih berbahaya. Dalam Covid-19 Weekly Epidemiological Update yang dirilis pada Selasa (22/6), WHO mencatat bahwa varian Delta telah ditemukan di 85 negara.


Varian Delta sendiri pertama kali ditemukan di India pada Oktober 2020 lalu. Setelah beberapa lama, virus mulai masuk ke negara-negara lain, termasuk di Indonesia.


Sebuah studi di Singapura mencatat bahwa infeksi virus corona varian Delta tidak disarankan isolasi mandiri di rumah atau isolasi di sebuah tempat tanpa alat medis, karena pasien lebih memungkinkan seseorang untuk membutuhkan bantuan oksigen, perawatan intensif, perawatan khususu dan meningkatkan risiko kematian.


Di samping itu studi dari Jepang menunjukkan varian Delta memiliki transmisibilitas lebih besar dibanding varian Alpha. Jika dibandingkan, varian Delta 1,23 kali lebih mudah menular daripada Alpha.



Sejumlah ahli mengatakan bahwa COVID-19 memang mudah bermutasi. Bahkan saat ini, mutasi COVID-19 sudah bermunculan, mulai dari varian yang berasal dari Inggris hingga yang terbaru dari India.

Varian baru COVID-19 ini berbeda dengan yang pertama kali muncul di Wuhan, China. Setiap variannya memiliki karakter berbeda-beda dan kini telah menyebar ke berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia.

Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI sekaligus Guru Besar FKUI, Prof. Tjandra Yoga Aditama, bahkan menyebut, saat ini kemungkinan ada sekitar 200 varian baru dari COVID-19.

"Saat ini, mungkin ada sekitar 200 varian baru (COVID-19). Tapi 200 jenis varian baru itu didapat berdasarkan jumlah pemeriksaan whole genome sequencing yang terbatas," kata dia kepada VIVA.

Nah, beberapa waktu yang lalu, Organisasi Kesehatan Dunia , mengumumkan daftar nama baru varian virus corona Sars-CoV-2 yang terdeteksi di berbagai negara.

Penggunaan nama tersebut dibuat sesuai dengan alfabet Yunani dan tidak berkaitan dengan negara tertentu. Hal itu bertujuan, agar tidak membuat bingung masyarakat dengan berbagai macam kode virus yang sebelumnya telah beredar.

Berikut 11 nama baru varian virus corona, dikutip dari unggahan akun Instagram Satgas Perubahan Perilaku @satgasperubahanperilaku, Rabu 23 Juni 2021.

1. Alpha: Varian Inggris B.1.17

2. Beta: Varian Afrika Selatan B.1.351

3. Gamma: Varian Brasil P.1

4. Delta: Varian India B.1.617.2

5. Epsilon: Varian Amerika B.1.427 atau B.1.429

6. Zeta: Varian Brasil P.2

7. Eta: Varian di berbagai negara B.1.525

8. Theta: Varian Filipina P.3

9. Lota: Varian Amerika B.1.526

10. Kappa: Varian India B.1.617.1

11. Lambda: Varian Peru C.37


Uraian dari analisa superkomputer tercepat di Jepang Fugaku diungkapkan Menteri yang bertanggungjawab atas penanggulangan Corona di Jepang Yasutoshi Nishimura mengungkapkan perbedaan antara virus corona konvensional dengan virus corona mutan India, menghasilkan 4 hal sangat menarik.

"Kalau kita makan dengan orang lain diusahakan jangan di depannya atau jangan di sampingnya. Risiko terendah terinfeksi mutan India yaitu sekitar 12% kalau makan dengan posisi diagonal," papar Menteri Nishimura menyampaikan hasil analisa superkomputer tersebut kemarin (22/6/2021).

Penguraian dan analisa Fugaku tersebut mengungkapkan, kalau kita makan bersama dengan orang lain, di samping kita maka akan terinfeksi 100%.

Kalau makan bersama orang lain di depan kita tepat, akan terinfeksi 23% dan kalau kita makan dengan posisi diagonal dengan lawan bicara kita kemungkinan terinfeksi sekitar 12,5%. Risiko terkecil.


Hasil lain mengungkapkan bahwa mutan India 2,5 kali lebih kuat daripada virus corona konvensional yang pertama kali muncul sekitar satu setengah tahun lalu.

Kemudian hasil ketiga yang menarik mengenai jarak infeksi saat berbicara dengan orang lain, diusahakan sedikitnya 1,9 meter agar risiko terinfeksi kecil, ketimbang virus konvensional hanya berjarak 1 meter saja.

"Tentu tambah jauh dari 1,9 meter tambah baik, risiko tambah kecil," tambah Menteri Nishimura lagi.

Lalu hal keempat yang juga menarik adalah kecepatan kita terinfeksi bila berhadapan dengan orang lain yang menginap mutan India, jauh lebih cepat.

"Apabila kita berdiskusi berbicara dengan orang lain dalam jarak satu meter selama 27 menit saja, kita sudah terinfeksi mutan India. Sedangkan dengan virus konvensional membutuhkan waktu 60 menit barulah terinfeksi," paparnya lagi.

Hasil penelitian para ahli penyakit menular dnegan bantuan superkomputer Fugaku tersebut akan terus dilanjutkan untuk berbagai hal terkait virus corona untuk mendapatkan antisipasi bagi manusia dan pengenalan lebih rinci lagi mengenai virus baru tersebut,


 
Like us on Facebook