Baca Artikel Lainnya
Kuping pernah /sering berdengung?, Kuping berdengung atau dalam bahasa medisnya tinnitus, adalah bentuk dari gejala masalah kesehatan. Sebelumnya, tinnitus dianggap hanya terjadi karena ada masalah di pendengaran. Itu ada benarnya. Namun, sejalan dengan perkembangan dunia medis, keberadaan tinnitus bisa jadi merupakan awal dari suatu penyakit yang hinggap di badan.
Orang yang mengalami tinnitus biasanya seperti merasakan ada suara lengkingan atau mungkin desisan yang berasal dari luar telinga. Kadang pula suara tersebut seakan keluar dari saluran telinga tengah. Tak jarang akhirnya malah mengganggu kualitas hidup penderitanya.
Ada beberapa kondisi yang gejalanya bisa berujud munculnya tinnitus. Ketika kondisi tersebut memburuk, maka dengungan di telinga seakan menjadi kuat. Namun, untuk memastikan penyebab sebenarnya tinnitus, sebaiknya Anda berkonsultasi ke dokter untuk memastikannya. Dan, penyebab tinnitus di antaranya:
- Stres
Stres, yang ditandai dengan nyeri otot, cemas, atau mungkin emosional, bisa menjadi faktor munculnya tinnitus. Saat telinga Anda berdengung, lihatlah kondisi fisik dan mental Anda. Jika ternyata stres menjadi pemicunya, maka segera antisipasi stres tersebut dengan sesuatu yang dapat menenangkan jiwa Anda, sebelum stres merembet menjadi penyebab gangguan kesehatan lainnya.
- Tekanan darah tinggi atau rendah
- Suara keras
- Alergi
- Meniere’s disease
Kurang Tidur Perburuk Gangguan Telinga Berdengung
Sebuah riset terbaru mengindikasikan, kualitas tidur yang buruk ternyata dapat memperberat kondisi penderita tinnitus. Tinnitus adalah sebuah gejala di mana telinga atau kepala terasa seperti berdering, berdesir atau berdengung.
Dalam kajiaannya, peneliti di Amerika melibatkan hampir 117 pasien tinnitus yang tengah menjalani perawatan di Henry Ford Hospital di Detroit antara tahun 2009 dan 2011. Temuan menunjukkan, semakin parah gejala insomnia mereka, maka semakin besar keluhan gejala tinnitus serta semakin buruk gangguan emosi peserta.
"Tinnitus melibatkan proses mental, emosional dan psiko-fisiologis (jiwa), yang dapat meningkatan penderitaan pasien," kata dr Kathleen Yaremchuk, salah seorang peneliti yang memimpin departemen THT di Henry Ford Hospital.
"Keluhan tidur, termasuk insomnia, pada pasien tinnitus dapat mengakibatkan penurunan toleransi untuk penyakit mereka," tambahnya.
Yaremchuck mengatakan, mengobati pasien dengan tinnitus adalah suatu yang menantang. "Seorang pasien tinnitus kronis mungkin juga mengalami kecemasan, depresi, gangguan atau gangguan emosional. Dan salah satu keluhan yang sering dilaporkan sendiri oleh pasien tinnitus adalah masalah gangguan tidur."
Para peneliti mengungkapkan, hasil temuan mereka dapat menjadi bukti bahwa pengobatan insomnia pada pasien dengan tinnitus dapat mengurangi keparahan gejala tinnitus.
Lebih dari 36 juta orang Amerika memiliki tinnitus. Penyebab pasti tidak diketahui, tetapi beberapa kondisi telah ditemukan untuk memicu atau memperburuk tinnitus, termasuk paparan suara keras, kotoran di telinga, sinus atau infeksi telinga, cedera kepala dan leher, serta gangguan seperti penyakit lyme, fibromyalgia dan hipo atau hipertiroidisme.
Temuan ini dipresentasikan pada Combined Otolaryngological Spring Meetings di San Diego, California.
refernces by siidomi, kompas