Baca Artikel Lainnya
Rumah putih dengan kebun jagung menjadi satu-satunya rumah yang selamat
dalam longsor di Banjarnegara, Jawa Tengah. Rumah itu milik Juan (25)
seorang petani jagung dan sayuran.
Dua tetangga Juan, Yono dan Rumiyah memastikan soal ini. Juan memang dikenal sebagai orang baik yang memberi bantuan tanpa pamrih.
"Itu punya Juan, dia orangnya baik suka menolong. Suka bantu-bantu," jelas Rumiyah yang ditemui di pengungsian di Karangkobar, Senin (15/12/2014).
Rumiyah yang rumahnya berada berseberangan dengan rumah Juan mengaku melihat rumah Juan yang utuh sebagai sebuah mukzizat.
"Itu semua keajaiban, itu semua rumah di sekitarnya kena longsor," jelasnya.
Sedang menurut Yono, sosok Juan dikenal sebagai tetangga yang baik. Rumah dia juga kerap dipakai pengajian.
"Biasa di kampung dipakai pengajian, selamatan," jelas Yono.
Juan diketahui meninggal dunia dalam peristiwa ini. Dia dan anaknya Daffa (8) saat peristiwa terjadi tengah berada di luar rumah, di tempat orangtuanya. Keduanya tertimbun longsoran. Namun istrinya Khotimah selamat dalam insiden itu. Khotimah tengah hamil tujuh bulan dan kini ada di pengungsian. Khotimah saat peristiwa terjadi berada di rumah.
info lain mengatakan bahwa "Itu bukan rumah ustaz mas, itu rumah Pak Mukheri yang tinggal bersama istri serta anak menantu dan cucunya," ujar Wali Setiawan (36), seorang tetangganya yang tinggal tak jauh dari rumah putih tersebut, saat ditemui di posko pengungsian dusun Alian Desa Ambal.
Wali mengemukakan, satu korban selamat yang tinggal di rumah tersebut adalah Chotimah (25) yang merupakan mantu Mukheri, sedangkan suami Chotimah, Juan (25) dan anaknya serta Mukheri dan istrinya tidak bisa diselamatkan. "Yang saya tahu di sana yang selamat ya Chotimah saja, dengan keponakannya Wawan Wahyuni yang saat itu sedang di tersebut," ucapnya.
Selain Wali, Ruwiyah (35) yang bertetanggaan dengan Chotimah mengemukakan, keseharian tetangganya bekerja di Pasar Karangkobar. "Sehari-harinya berdagang di pasar. Kami mengenal Chotimah adalah orang yang baik," ucapnya.
Saksi hidup yang selamat dalam peristiwa tersebut, Wawan Wahyuni mengemukakan, saat longsor terjadi dirinya sedang berada di rumah sang kakek, Mukheri (70). Dia mengaku mengunjungi rumah kakeknya untuk membantu membereskan genting yang rusak. "Saat itu saya ke sana untuk memperbaiki atap. Biasanya bergantian dengan bapak yang sore hari baru datang," ucap Wawan yang kehilangan kaki palsu saat bencana tersebut terjadi.
Wawan sendiri berhasil menyelamatkan diri setelah berjuang selama sekitar sembilan jam saat berada di dalam lumpur dari Bukit Telaga Lele. "Saya ditolong relawan yang datang lewat tengah malam," ucapnya.
Pemilik rumah bercat putih dengan kebun jagung yang aman dari longsor di Desa Jemblung, Banjarnegara, Jawa Tengah ternyata milik Khotimah (25). Sang pemilik selamat dari bencana itu, bersama keponakannya Wawan (11), mereka semua masih satu keluarga disana.
Namun dia tak tahu kalau rumah dan kebun jagungnya yang justru persis berada di bawah bukit aman dari longsor. Khotimah yang sedang hamil tujuh bulan, mengaku saat kejadian benar-benar melihat dengan jelas longsor yang menimbun puluhan rumah itu.
Peristiwa itu terjadi pada Jumat (12/12) sekitar pukul 17.30 WIB itu. Ketika itu dirinya tengah mengambil pakaian dari jemuran bersama keponakannya Wawan (11).
"Saya melihat ada longsor dari atas bukit turun seperti ombak. Saya langsung lari masuk rumah dan menarik wawan dan lari keluar rumah," jelas dia di Puskesmas Karangkobar.
Khotimah dan Wawan selamat, walau saat lari menyelamatkan diri sempat terdorong tanah beberapa puluh meter. Tapi nahas, suaminya Juan dan anaknya Daffa (8) yang tengah berada di orangtua mereka meninggal dunia tertimbun longsor.
Khotimah (25) warga Dusun Jemblung RT 05/RW 01 Desa Sampang Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara juga berhasil selamat dari timbunan longsoran tanah tebing di desanya.
Meskipun kakinya lecet-lecet dan badannya masih lemas, Khotimah sangat bersyukur nyawanya bisa selamat.
Perempuan yang hamil sembilan bulan itu, panik ketika melihat longsoran tanah tebing menimpa puluhan rumah di desanya. Tepat saat kejadian, Dia dan kelima anggota keluarganya, termasuk wawan sedang berada di dalam rumah.
"Longsor terjadi menjelang waktu salat magrib," ujar Khotimah di Puskesmas Karangkobar, kemarin.
Sekitar pukul 17.30, ia dan kelima keluarganya mendengar suara gemuruh yang berasal dari belakang rumahnya.
Khotimah di rumah tinggal bersama kakek, nenek, kakak, adik dan Wawan. Mereka berenam kemudian keluar rumah untuk memastikan apa yang terjadi.
"Saya syok ternyata suara gemuruh itu berasal dari reruntuhan tanah tebing. Langsung saja saat itu juga kami panik dan langsung keluar rumah," katanya.
Ia mengaku, suara gemuruh yang disertai reruntuhan tanah longsor itu terdengar tiga kali.
"Pas longsor yang pertama dan kedua hanya berselang beberapa detik saja, setelah itu disusul longsoran yang ketiga. Longsoran yang terakhir inilah yang sangat besar, sehingga menimbun seluruh rumah yang berada di dusun," katanya.
Saat longsoran yang ketiga itulah, ia menyelamatkan diri bersama keponakannya, seorang pria difabel, Wawan Wahyuni (20). Sedangkan, keempat keluarga lainnya berpisah lantaran menyelamatkan diri lari ke pertigaan jalan.
"Saat longsor yang pertama, saya ditolong oleh warga dan dibawa ke rumah warga yang berjarak 1 kilometer. Saya kan masih hamil besar dan takutnya kalau lari membahayakan kandungan saya, makanya saya digendong warga," kata dia.
Sesaat sebelum longsoran terakhir, keempat keluarganya sudah lari untuk menyelamatkan diri. Namun, hanya Khotimah dan Wawan yang selamat dari bencana longsor.
Entah mukjizat atau kehendak Allah SWT yang dialami Khotimah dan Wawan, sebab satu-satunya rumah yang masih berdiri dan utuh adalah rumahnya.
Keputusan Wawan untuk tetap bertahan di depan rumahnya yang membuat ia selamat dari peristiwa nahas itu. "Keponakan saya memang separuh badan sempat tertimbun longsoran tanah tepat di depan rumah, tapi Alhamdullilah bisa selamat, setelah ditolong oleh Tim SAR," ungkapnya.
Sekali lagi, Khotimah belum tahu kalau rumahnya bisa tegak berdiri tak digerus longsor. Karena itu dia pun lari menyelamatkan diri.
Kini Khotimah terbaring di pengungsian. Petani ini tak mau berkomentar banyak saat ditemui siang ini, Senin (15/12/2014). Dia berduka karena suaminya Juan dan putranya Daffa meninggal dunia.
SAINS AKAN MENGATAKAN "AH KEBETULAN, MUNGKIN GARA-GARA KEBUN JAGUNG, ALASAN STRUKTUR GEOLOGI/BEBATUAN, ATAU ALASAN LOGIKA MANUSIA LAINNYA"
ORANG YANG HATINYA BELUM "MATI" AKAN MENGERTI ILMU ALLAH SERTA AKAN PEKA TERHADAP ISYARAT-NYA
references by detik . tribun news, merdeka
Follow @A_BlogWeb
Dua tetangga Juan, Yono dan Rumiyah memastikan soal ini. Juan memang dikenal sebagai orang baik yang memberi bantuan tanpa pamrih.
"Itu punya Juan, dia orangnya baik suka menolong. Suka bantu-bantu," jelas Rumiyah yang ditemui di pengungsian di Karangkobar, Senin (15/12/2014).
Rumiyah yang rumahnya berada berseberangan dengan rumah Juan mengaku melihat rumah Juan yang utuh sebagai sebuah mukzizat.
"Itu semua keajaiban, itu semua rumah di sekitarnya kena longsor," jelasnya.
Sedang menurut Yono, sosok Juan dikenal sebagai tetangga yang baik. Rumah dia juga kerap dipakai pengajian.
"Biasa di kampung dipakai pengajian, selamatan," jelas Yono.
Juan diketahui meninggal dunia dalam peristiwa ini. Dia dan anaknya Daffa (8) saat peristiwa terjadi tengah berada di luar rumah, di tempat orangtuanya. Keduanya tertimbun longsoran. Namun istrinya Khotimah selamat dalam insiden itu. Khotimah tengah hamil tujuh bulan dan kini ada di pengungsian. Khotimah saat peristiwa terjadi berada di rumah.
info lain mengatakan bahwa "Itu bukan rumah ustaz mas, itu rumah Pak Mukheri yang tinggal bersama istri serta anak menantu dan cucunya," ujar Wali Setiawan (36), seorang tetangganya yang tinggal tak jauh dari rumah putih tersebut, saat ditemui di posko pengungsian dusun Alian Desa Ambal.
Wali mengemukakan, satu korban selamat yang tinggal di rumah tersebut adalah Chotimah (25) yang merupakan mantu Mukheri, sedangkan suami Chotimah, Juan (25) dan anaknya serta Mukheri dan istrinya tidak bisa diselamatkan. "Yang saya tahu di sana yang selamat ya Chotimah saja, dengan keponakannya Wawan Wahyuni yang saat itu sedang di tersebut," ucapnya.
Selain Wali, Ruwiyah (35) yang bertetanggaan dengan Chotimah mengemukakan, keseharian tetangganya bekerja di Pasar Karangkobar. "Sehari-harinya berdagang di pasar. Kami mengenal Chotimah adalah orang yang baik," ucapnya.
Saksi hidup yang selamat dalam peristiwa tersebut, Wawan Wahyuni mengemukakan, saat longsor terjadi dirinya sedang berada di rumah sang kakek, Mukheri (70). Dia mengaku mengunjungi rumah kakeknya untuk membantu membereskan genting yang rusak. "Saat itu saya ke sana untuk memperbaiki atap. Biasanya bergantian dengan bapak yang sore hari baru datang," ucap Wawan yang kehilangan kaki palsu saat bencana tersebut terjadi.
Wawan sendiri berhasil menyelamatkan diri setelah berjuang selama sekitar sembilan jam saat berada di dalam lumpur dari Bukit Telaga Lele. "Saya ditolong relawan yang datang lewat tengah malam," ucapnya.
Pemilik rumah bercat putih dengan kebun jagung yang aman dari longsor di Desa Jemblung, Banjarnegara, Jawa Tengah ternyata milik Khotimah (25). Sang pemilik selamat dari bencana itu, bersama keponakannya Wawan (11), mereka semua masih satu keluarga disana.
Namun dia tak tahu kalau rumah dan kebun jagungnya yang justru persis berada di bawah bukit aman dari longsor. Khotimah yang sedang hamil tujuh bulan, mengaku saat kejadian benar-benar melihat dengan jelas longsor yang menimbun puluhan rumah itu.
Peristiwa itu terjadi pada Jumat (12/12) sekitar pukul 17.30 WIB itu. Ketika itu dirinya tengah mengambil pakaian dari jemuran bersama keponakannya Wawan (11).
"Saya melihat ada longsor dari atas bukit turun seperti ombak. Saya langsung lari masuk rumah dan menarik wawan dan lari keluar rumah," jelas dia di Puskesmas Karangkobar.
Khotimah dan Wawan selamat, walau saat lari menyelamatkan diri sempat terdorong tanah beberapa puluh meter. Tapi nahas, suaminya Juan dan anaknya Daffa (8) yang tengah berada di orangtua mereka meninggal dunia tertimbun longsor.
Khotimah (25) warga Dusun Jemblung RT 05/RW 01 Desa Sampang Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara juga berhasil selamat dari timbunan longsoran tanah tebing di desanya.
Meskipun kakinya lecet-lecet dan badannya masih lemas, Khotimah sangat bersyukur nyawanya bisa selamat.
Perempuan yang hamil sembilan bulan itu, panik ketika melihat longsoran tanah tebing menimpa puluhan rumah di desanya. Tepat saat kejadian, Dia dan kelima anggota keluarganya, termasuk wawan sedang berada di dalam rumah.
"Longsor terjadi menjelang waktu salat magrib," ujar Khotimah di Puskesmas Karangkobar, kemarin.
Sekitar pukul 17.30, ia dan kelima keluarganya mendengar suara gemuruh yang berasal dari belakang rumahnya.
Khotimah di rumah tinggal bersama kakek, nenek, kakak, adik dan Wawan. Mereka berenam kemudian keluar rumah untuk memastikan apa yang terjadi.
"Saya syok ternyata suara gemuruh itu berasal dari reruntuhan tanah tebing. Langsung saja saat itu juga kami panik dan langsung keluar rumah," katanya.
Ia mengaku, suara gemuruh yang disertai reruntuhan tanah longsor itu terdengar tiga kali.
"Pas longsor yang pertama dan kedua hanya berselang beberapa detik saja, setelah itu disusul longsoran yang ketiga. Longsoran yang terakhir inilah yang sangat besar, sehingga menimbun seluruh rumah yang berada di dusun," katanya.
Saat longsoran yang ketiga itulah, ia menyelamatkan diri bersama keponakannya, seorang pria difabel, Wawan Wahyuni (20). Sedangkan, keempat keluarga lainnya berpisah lantaran menyelamatkan diri lari ke pertigaan jalan.
"Saat longsor yang pertama, saya ditolong oleh warga dan dibawa ke rumah warga yang berjarak 1 kilometer. Saya kan masih hamil besar dan takutnya kalau lari membahayakan kandungan saya, makanya saya digendong warga," kata dia.
Sesaat sebelum longsoran terakhir, keempat keluarganya sudah lari untuk menyelamatkan diri. Namun, hanya Khotimah dan Wawan yang selamat dari bencana longsor.
Entah mukjizat atau kehendak Allah SWT yang dialami Khotimah dan Wawan, sebab satu-satunya rumah yang masih berdiri dan utuh adalah rumahnya.
Keputusan Wawan untuk tetap bertahan di depan rumahnya yang membuat ia selamat dari peristiwa nahas itu. "Keponakan saya memang separuh badan sempat tertimbun longsoran tanah tepat di depan rumah, tapi Alhamdullilah bisa selamat, setelah ditolong oleh Tim SAR," ungkapnya.
Sekali lagi, Khotimah belum tahu kalau rumahnya bisa tegak berdiri tak digerus longsor. Karena itu dia pun lari menyelamatkan diri.
Kini Khotimah terbaring di pengungsian. Petani ini tak mau berkomentar banyak saat ditemui siang ini, Senin (15/12/2014). Dia berduka karena suaminya Juan dan putranya Daffa meninggal dunia.
SAINS AKAN MENGATAKAN "AH KEBETULAN, MUNGKIN GARA-GARA KEBUN JAGUNG, ALASAN STRUKTUR GEOLOGI/BEBATUAN, ATAU ALASAN LOGIKA MANUSIA LAINNYA"
ORANG YANG HATINYA BELUM "MATI" AKAN MENGERTI ILMU ALLAH SERTA AKAN PEKA TERHADAP ISYARAT-NYA
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).
(Q.S Al An’am :59)
references by detik . tribun news, merdeka