Baca Artikel Lainnya
Tak kurang dari 40% balita mengalami gangguan bahasa dan berbicara karena orangtua mereka tidak terlalu memperhatikan tumbuh kembang putra putri mereka ini. Fakta ini diungkapkan salah satu konsultan tumbuh kembang anak RSUD Dr Soetomo Surabaya dr Mira Irmawati Sp.A (K). Menurut dia, penyebab utama gangguan ini karena orangtua lebih sibuk bekerja dibandingkan mengurus, memperhatikan, mengajak bicara atau mendidik anaknya.
Dalam kesempatan tersebut, dia juga menyampaikan kekhawatirannya atas meningkatnya kasus angka balita yang mengalami gangguan bicara dan bahasa. Setiap tahun angka tersebut naik menjadi 5—10% dan jika dibiarkan maka tingkat kecerdasan anak bisa terpengaruh. Apalagi faktor kecerdasan anak bisa dilihat sejak dini melalui dua faktor utama yakni bicara dan bahasa.
Pada 2013, dari 80 kunjungan ke dokter anak, 30% pasien mengalami gangguan bicara dan bahasa. Selebihnya mengalami gangguan seperti stunting, cerebral palsy, autisme dan down syndrome.
Rata-rata penyebab gangguan bahasa dan bicara ini karena anak jarang diajak komunikasi oleh orangtuanya. Anak-anak selama ini dibiarkan asyik dengan dunianya sendiri, seperti menonton televisi, bermain handphone atau peralatan gadget yang lain.
“Anak-anak memang mempunyai tingkat tumbuh kembang yang berbeda-beda. Ada yang dua tahun baru bisa bicara, tapi kalau sampai empat tahun belum bisa komunikasi dengan baik. Ini yang salah siapa?” ujar Mira.
Padahal di usia 0—3 tahun adalah masa tumbuh kembang yang sebenarnya, sehingga orangtua harus betul-betul memperhatikan masa-masa tersebut. Kalau masa tersebut terlewati bisa jadi berpengaruh pada kepribadiannya kelak.
Sementara Brand Manager Pure Indonesia Leny Frenciple yang juga menjadi pembicara dalam seminar tersebut menuturkan tumbuh kembang anak memang perlu mendapat pengawasan dari orangtua. Tidak hanya pengawasan berupa kebutuhan rohani yakni melihat momen-momen penting tumbuh kembang anak, namun juga jasmani atau yang berkaitan dengan semua kebutuhan anak-anak.
references by sindonews