Tanggal 17 Oktober tahun 1973, negara-negara arab produsen minyak
memulai embargo minyaknya terhadap Amerika, Inggris, dan negara-negara
lain yang menjual minyaknya kepada Israel.
Baca Artikel Lainnya
- Sejarah Masjid Kemayoran, Penjajah Belanda Risih Dengar Kumandang Azan & Lantunan Al-Quran
- Masjid Kobe Kokoh Saat Jepang Di Bombardir Bom Atom
- KEJAYAAN TURKI HANCUR KETIKA PEMIMPINNYA MERUBAH KUMANDANG ADZAN MENJADI BAHASA TURKI
- Kenapa Banyak Orang Islam Di Tato?
- Awal Mula Kenapa Ramadhan & Idul Fitri Kini Jadi Beban Bagi Sebagian Umat Islam
- Ayat Suci Al Quran Yang Dibenci Syaitan & Jin
- Siapa Kakek Yang Ada di Iqro?
- Lailatul Qadar Didapatkan Bagi Yang Perilakunya Hijrah Saat Ramadhan Usai
- Desakan Kuburan PKI Agar Dibongkar & Diusut Menguat
- Sejarah Ulama Indonesia Serukan Jihad Melawan Para Penjajah
Embargo
ini dilakukan karena Amerika dan Inggris memberikan bantuan militer
secara besar-besaran kepada Zionis Israel dalam perang antara rezim ini
dengan Suriah dan Mesir yang dimulai pada tanggal 6 Oktober tahun itu.
Sehari setelah pengumuman dinaikkannya harga minyak oleh OPEC, negara-negara Arab mengumumkan embargonya terhadap Amerika, Inggris, dan Israel. Akibatnya, harga minyak menjadi semakin tinggi. Negara-negara Barat mendapat kesulitan besar akibat embargo ini dan periode ini disebut sebagai "Oil Shock".
Pada bulan Maret 1974, embargo ini ditarik kembali setelah Menlu AS, Henry Kissinger berhasil menegoisasi perjanjian gencatan senjata antara Israel dan suriah.
Peristiwa ini membuktikan bahwa sesungguhnya negara-negara Timur Tengah memiliki senjata yang kuat untuk menekan AS dan Barat pada umumnya agar tidak terus melindungi rezim Zionis.
Sehari setelah pengumuman dinaikkannya harga minyak oleh OPEC, negara-negara Arab mengumumkan embargonya terhadap Amerika, Inggris, dan Israel. Akibatnya, harga minyak menjadi semakin tinggi. Negara-negara Barat mendapat kesulitan besar akibat embargo ini dan periode ini disebut sebagai "Oil Shock".
Pada bulan Maret 1974, embargo ini ditarik kembali setelah Menlu AS, Henry Kissinger berhasil menegoisasi perjanjian gencatan senjata antara Israel dan suriah.
Peristiwa ini membuktikan bahwa sesungguhnya negara-negara Timur Tengah memiliki senjata yang kuat untuk menekan AS dan Barat pada umumnya agar tidak terus melindungi rezim Zionis.
