Pesawat milik maskapai Indonesia AirAsia nomor penerbangan QZ8501
dikabarkan hilang kontak pagi ini, Minggu (28/12/2014). Pesawat tersebut
melayani rute Surabaya - Singapura.
Pesawat yang mengangkut 7
kru dan 155 penumpang yang terdiri atas 138 penumpang dewasa, 16
anak-anak, dan 1 bayi tersebut menurut data di situs
Flightradar24 memiliki registrasi PK-AXC.
PK-AXC adalah pesawat jenis Airbus A320-200 dengan nomor produksi (MSN/Manufacturers Serial Number) 3648.
Pesawat
tersebut pertama kali melakukan uji terbang pada 25 September 2008, dan
telah beroperasi di maskapai Indonesia AirAsia selama 6,3 tahun.
Selama
ini, maskapai Indonesia AirAsia dikenal memiliki reputasi keselamatan
yang baik, termasuk ketepatan waktu terbang. Maskapai tersebut juga
menjadi salah satu yang lolos larangan terbang oleh Uni Eropa setelah
menjalani audit pada 5 Juli 2010 lalu.
Berikut detil pesawat seperti dikutip
KompasTekno dari
Airfleets.net:
Registrasi: PK-AXC
Serial number: 3648
Tipe: Airbus A320-216
Mesin: 2 buah CFMI CFM56-5B6/3
Terbang perdana: 25/09/2008
Registrasi saat pengujian: F-WWBZ
Umur pesawat: 6,3 tahun
Konfigurasi: Kelas ekonomi 180 penumpang
Detik-detik Hilangnya Pesawat AirAsia
Kantor Administrasi Bandara Soekarno
Hatta membenarkan hilang kontak dengan Pesawat AirAsia tujuan Singapura
yang berangkat dari Bandara Juanda, Surabaya pada jam 05.30 WIB hari
ini.
Plt Dirjen Perhubungan Udara, Djoko Murjatmodjo, mengatakan pesawat
AirAsia dengan nomor penerbangan QZ 8501 tipe A 320-200 itu terbang
dengan ketinggian 32 ribu kaki. Pada saat kontak dengan petugas ATC,
lanjutnya, pesawat menyatakan menghindari awan ke arah kiri dari M 635
dan meminta naik keketinggian 38 ribu kaki.
"Jadi pada jam 06.16
WIB, pesawat masih terlihat di layar radar, pada jam 06.17 WIB pesawat
hanya tampak signal ADS-B hingga saat ini pesawat
loss contact dengan ATC. Pada pukul 06.18 WIB target hilang dari radar hanya tampak
flight plan track saja," terang Djoko.
Diketahui
pesawat AirAsia itu berpenumpang 155 orang dengan ricnian 138 orang
dewasa, 16 anak-anak, 1 bayi. Sementara untuk awak pesawat 2 kru pilot, 4
cabin. Pesawat ini dipiloti oleh Kapten Irianto dan kopilot Remi
Emmanuel Plesel.
Cuaca di Belitung Terpantau Warna Merah Sebelum Air Asia Hilang Kontak
Badan Metreologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung (Babel), menyampaikan kondisi cuaca di Babel
pada saat penerbangan Air Asia, terpantau sangat buruk.
Hal ini
terdeteksi oleh BMKG Babel, cuaca sekitar pukul 06.00 WIB atau disebut
dengan MTSAT Cloud Type 2014-12-27 23 UTC hingga pukul 07.00 WIB, MTSAT
Cloud Type 2014-12-28 00 UTC, menimbulkan warna merah, untuk cuaca di
atas. Warna tersebut berartikan bahwa potensi cuaca sangat buruk, dan
berbahaya jika dilewati oleh maskapai penerbangan. Selain itu, kondisi
awan terpantau sangat banyak tertutup. Awan ini disebut dengan awan
Comulo Nimbus.
"Memang saat itu cuaca sangat buruk. Kalau untuk
penerbangan memang sangat berbahaya. Kalau sudah berwarna merah, itu
sudah tanda-tanda berbahaya," kata Staf Analis Perkiraan Cuaca BMKG
Babel, Deas, kepada bangkapos.com, Minggu (28/12/2014).
Pria
berbaju biru ini menjelaskan, dari data BMKG memang untuk wilayah Babel
terlihat banyak muncul awan Comulo Nimbus. Namun sayangnya, lantaran
dugaan pesawat Air Asia hilang kontak pada posisi atas perairan laut,
maka pihaknya tidak bisa memberikan argumen.
"Kita istilahnya
hanya bisa memberikan argumen kondisi awan seperti itu saja. Sekarang
kita hanya persiapan kondisi cuaca saja, siapa tau ada permintaan dari
Jakarta," sebutnya.
Deas mengatakan, dalam situasi kondisi cuaca
berwarna merah di daratan, untuk di atas perairan laut, awan tersebut
terbilang masih banyak konflik. Dari potensi cuaca buruk, hingga
lainnya.
"Soalnya tampilan awan sangat berpotensi menimbulkan
cuaca. Setahu saya itu biasa di sebut rute podcasting, jadi dia
sifatnya, semangkin ke atas, semangkin buruk," ucapnya.
BMKG: AirAsia QZ8501 Berhadapan dengan Awan Kumulonimbus hingga 48.000 Kaki
Pesawat Air Asia dengan nomor penerbangan QZ
8501 dari Surabaya tujuan Singapura yang hilang kontak pada Minggu
(28/12/2014) tak lama setelah lepas landas dari bandara Juanda.
Flightradar24
merilis data sementara perkiraan lokasi pesawat berdasarkan waktu
pesawat hilang kontak yang dirilis oleh Angkatan Laut Indonesia.
Perkiraan posisi pesawat hilang bisa dilihat pada gambar di atas, yakni
di Laut Jawa, antara Belitung dan Kalimantan.
Menurut Flightradar24,
pesawat hilang kontak saat terbang pada ketinggian 32.000 kaki dan
terbang dengan kecepatan 469 knots. Di situsnya, Flighradar24
menyatakan, status pesawat "landed". Status itu biasa diterima ketika
pesawat hilang kontak.
FlightRadar24 Prakiraan posisi Air Asia QZ 8501 hilang kontak menurut FlightRadar24.
Pelaksana tugas Dirjen Perhubungan Udara Joko Murdjatmojo mengatakan
pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501 itu sempat melakukan kontak
terakhir dengan ATC di Bandara Soekarno-Hatta pukul 06.12 WIB.
Saat
itu pesawat melaporkan akan menghindari awan dengan berbelok ke arah
kiri. Pesawat yang terbang dengan ketinggian 32.000 kaki dan minta izin
untuk menaikkan ketinggian pesawat menjadi 38.000 kaki.
Kepala
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Andi Eka Sakya,
saat menyatakan bahwa usaha pesawat untuk terbang dengan ketinggian
lebih tinggi masuk akal melihat kondisi cuaca di lokasi.
"Berdasarkan
data kami, di lokasi hilangnya pesawat memang tampak awan yang sangat
tebal. Itu awan kumulonimbus. Ketebalannya bisa sampai 5 - 10
kilometer," ungkap Andi saat dihubungi
Kompas.com, hari ini.
Kepala
Pusat Meteorologi Penerbangan BMKG Jakarta, Syamsul Huda, mengungkapkan
hal serupa. Menurutnya, sepanjang perjalanan dari Surabaya ke Jakarta,
pesawat memang terbang dalam kondisi cuaca berawan.
"Kemudian
pesawat menghadapi awan yang sangat tebal di lokasi (antara Belitung dan
Kalimantan). Berdasarkan data, ketinggian puncak awan kumulonimbus yang
dihadapi pesawat 48.000 kaki," kata Syamsul. Ketinggian minimum
biasanya tidak dinyatakan.
Menilik ketinggiannya saja, pesawat
mungkin masih akan berhadapan dengan awan bila naik ke ketinggian 38.000
kaki. Namun, apakah pesawat bisa menghindar dari awan atau tidak, hal
itu sangat tergantung pada besarnya awan itu sendiri.
Mantan
Kepala Staf TNI Angkatan Udara, Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim,
mengungkapkan bahwa masalah cuaca seperti awan adalah hal biasa yang
dihadapi dalam penerbangan modern saat ini.
"Sebelum terbang juga
kita sudah mengisi flight plan dan melihat cuaca sepanjang jalur
penerbangan. Pesawat A320 yang dipakai Air Asia sendiri adalah pesawat
canggih yang sudah dilengkapi dengan radar cuaca yang baik," ungkapnya.
Dengan
teknologi dan perencanaan penerbangan yang baik, Chappy mengungkapkan,
"Kasus pesawat hilang atau jatuh akibat faktor cuaca itu sudah jarang
terjadi dalam penerbangan modern."
Pesawat yang hilang kontak
dapat terjadi karena berbagai sebab, mulai kesengajaan hingga masalah
teknis. Tapi Chappy mengatakan, saat ini masih terlalu dini untuk
memprediksi apa yang terjadi pada Air Asia QZ 8501. Masih diperlukan
lebih banyak data.
QZ 8501 membawa 155 penumpang, di mana 149
diantaranya adalah warga negara Indonesia. Pesawat itu seharusnya tiba
di Changi Airport pada pukul 8.30 WIB. Hingga kini, posisinya secara
pasti belum diketahui.
Pesawat yang hilang adalah jenis Airbus
A320-200 dengan nomor registrasi PK-AXC. Dalam keterangan di akun
Facebook-nya, Air Asia telah mengonfirmasi hilangnya pesawat tersebut
dan akan segera menginformasikan kepada publik bila telah ada kabar.
Pilot AirAsia Kapten Iriyanto Pernah Jadi Pilot F-16 TNI AU
ak dinyana, sambungan telepon ke Kapten Iriyanto pada Sabtu (27/12)
adalah perbincangan terakhir yang bisa dilakukan Doni, sepupu Iriyanto.
Siang kemarin, Iriyanto memang sedang dirundung duka, adik kandungnya di
Yogyakarta meninggal dunia.
Pilot AirAsia bernomor penerbangan
QZ8501 yang hilang kontak mulai Minggu (28/12) pagi tadi berbicara
kepada Doni perihal dirinya yang tak bisa hadir pada acara keluarga di
Madiun, Jawa Timur. Iriyanto tak bisa meluncur ke Madiun lantaran
keluarga di Yogyakarta sedang dirundung lelayu.
"Kita kontakan
(telpon), Om Iriyanto mengatakan nggak bisa datang ke Madiun karena adik
kandungnya di Yogya meninggal," kata Irianto.
Selepas dari
Yogyakarta, matan pilot pesawat tempur F 16 itu juga harus bergegas
untuk bertugas sebagai pilot di maskapai asal Malaysia itu. Kini,
setelah ada kabar hilangnya pesawat yang dikemudikan Iriyanto, keluarga
sempat mencoba mengontak nomor Iriyanto, namun sia-sia saja.
"Belum
bisa kontak, memang nggak boleh mengaktifkan telepon seluler. Kita
dapat informasi dari AirAsia, diperkirakan pesawat kena awan," kata
Doni.
Kini, Doni berharap yang terbaik untuk kejadian ini. Doni
juga siap menghadapi semua kemungkinan. Yang jelas, semua pihak harus
maksimal menemukan pesawat itu.
"Kami dari keluarga banyak dari
tentara TNI dan penerbangan, Jadi kita berharap yang terbaik saja,
apapun yang Tuhan kehendaki. Yang terbaik bisa diketemukan, jangan
sampai hilang. Bila memang meninggal, jenazahnya pun ditemukan. Jadi ada
titik terang, tidak mengambang," tutur Doni dengan tegar.
Cuaca di Lokasi AirAsia QZ8501 Hilang Kontak Hujan & Petir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan cuaca di
lokasi pesawat AirAsia QZ8501 hilang kontak diliputi awan Kumulonimbus.
Dapat dipastikan di lokasi tersebut turun hujan disertai petir.
Situs Wikipedia melansir awan Kumulonimbus adalah sebuah awan vertikal
menjulang yang sangat tinggi, padat, dan terlibat dalam badai petir dan
cuaca dingin lainnya.
"BMKG mencatat kondisi cuaca di titik hilang kontak pesawat AirAsia di
perairan sebelah barat Pulau Kalimantan diliputi awan Kumulonimbus
dengan ketinggian 45.000 feet," kata Kepala Bidang Pengelolaan Citra
Satelit BMKG, Ana Oktafiana kepada
Metro TV, Minggu (28/12/2014).
Ia menjelaskan awan jenis Kumulonimbus berpotensi menimbulkan hujan
lebat dan disertai petir. Ana menambahkan pada pukul 07.55 WIB, saat
pesawat dinyatakan hilang oleh ATC Bandara Soekarno-Hatta kondisi di
perairan tersebut sudah mulai hujan.
"Saat kejadian hilang di pagi hari, kondisi cuaca di Pontianak, Belitung
dan Ketapang sudah diguyur hujan dengan intensitas ringan," papar Ana.
Pesawat Air Asia dengan kode penerbangan QZ8501 dinyatakan hilang pukul
06.17 WIB setelah tinggal landas dari Bandara Juanda Surabaya pukul
05.36 WIB untuk menuju Singapura.
Sejatinya pesawat tiba di Singapura pukul 08.30 waktu setempat. Hingga
siang ini pesawat yang mengangkut 155 penumpang, dua pilot, empat awak
kabin satu teknisi itu belum juga ditemukan.
Titik Lokasi Keberadaan AirAsia yang Hilang Kontak Masih Simpang Siur
Hingga saat ini, belum dapat dipastikan titik lokasi keberadaan pesawat AirAsia,
setelah dinyatakan hilang kontak di sekitar perairan laut Belitung
Timur, pada titik koordinat 03.22.46 S dan 108.50.07 E, atau berjarak
sekitar 34 Pos TNI AL Manggar, Minggu (29/12/2014).
Komandan
Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Letkol Setiawan berdiskusi dengan
Bupati Beltim Basuri T Purnama, Dan Pos TNI AL Letda Purwanto, serta
Kabag Ops Polres Beltim Kompol R Raja Dewa, untuk memetakan lokasi
pencarian.
"Informasi yang kita terima masih simpang siur, hanya
mengetahui titik koordinat (saat) pesawat hilang kontak. Kami masih
petakan untuk wilayah pencarian, dari informasi yang kami terima,"
ungkap Setiawan kepada Bangkapos.com.
Sementara itu Bupati Beltim
Basuri mengatakan, untuk sarana medis telah dipersiapkan termasuk RSUD
Beltim, sarana kapal yang ada milik pemerintah daerah akan dikerahkan.
Manajemen maskapai penerbangan yang berbasis di Malaysia itu juga merilis sebanyak 15 orang yang membatalkan penerbangan.
Daftar nama penumpang:
- Choi, Zoe Man Suen
- Choi, Chi Man
- Sia, Soetikno
- Yuanita, Jou Christine
- Yongki, Jou
- Lee, Kyung Hwa
- Go, Feilensia Sularmo
- Youvita, Elisabeth
- Youvita, Brian
- Fei, Joe Jeng
- Anggraini, Monica
- Park, Seongbeom with infant Park, Yuna
- Alain Oktavianus, Siauw
- Angelina, Ong
- Febriantus, Edward
- Haripin, Sukiatna
- Noventus, Andrian
- Oktavianus, Denny
- Soetjipto, Kevin Alexander
- Soetjipto, Rudy
- Soetjipto, Cindy Clarissa
- Anggara, Lindawati
- Abraham, Viona Florensa
- Wuntarjo, Natalina
- Wijaya, William
- Wijaya, Alfred
- Wijaya, Marylin
- Widjaja, Eko
- Liman, Susandhini
- Indri, Jo
- Hutama, Christanto Leoma
- Yani, Indri
- Santoso, Fandi
- Djomi, Martinus
- Ratna Sari, Ria
- Djomi, Kaylee C
- Wijaya Kwee, Indar Prasetyo
- Wijaya, Bob Hartanto
- Puspitasari, Ruth Natalia M
- Widodo, Florentina Maria
- Gunawan, Jie Stevie
- Gunawan, Jie Charly
- Gunawan, Kayla Audrey
- Gunawan, Kennethe Matthew
- Ho, Juliana
- Gunawan, David
- Thejakusuma, The Meiji
- Andriani, Ratri Sri
- Giovanni, Nico
- Sentoso, Samuel Joyo
- Darmaji, The
- Sukianto, Kartika Dewi
- Jauw, Monita Wahyuni
- Sebastian, Yonatan
- Muttaqin, Abdullah
- Wicaksana, Bhima Aly
- Jessica, Jessica
- Kho, Vera Chandra
- Susiyah, Susiyah
- Astutik, Yunni
- Yuni, Indah
- Gani, Susilo
- Suryaatmadja, Hanny
- Biantoro, Djarot
- Emmanel, Angeline Esther
- Fernando, Adrian
- Sari, Lia
- Ranuwidjojo, Mulyahadikusum
- Ernawati, Ernawati
- Biantoro, Kevin
- Yulianto, Albertus Eka Sury
- Yulianto, Stephanie
- Andrijany, Vincencia Sri
- Yulianto, Indra
- Liew, Fransisca Lanny Winat
- Oei, Jimmy Sentosa Winata
- Harja Subagio, Prawira
- Chandra, Gani
- Winata, Boby Hartanto
- Widodo, Nanang Priyo
- Winata, Ingrid Jessica
- Ardhi, Reggy
- Gunawan Syawal, Hendra
- Hartono, David
- Ardhi, Jayden Cruz
- Claudia Ardhi, Marianne
- Clemency Ardhi, Michelle
- Harwon Lioe, Caroline
- Sidartha, Gusti Made Bobi
- Nurwatie, Donna Indah
- Permata, Gusti Atu Putriyan
- Putri, Gusti Ayu Made Keish
- Widjaja, Djoko Satryo Tanoe
- Sii, Chung Huei
- Wahyuni, Eny
- Widjaja, Andreas
- Linaksita, Grayson Herbert
- Linaksita, Kathleen Fulvia
- Megawati, Megawati
- Linaksita, Tony
- Krisiyono, Kritiyono
- Sulastri, Sulastri
- Krisputra, Sesha Aldi
- Krisputra, Felicia Sabrina
- Gunawan, Jie Steven
- Ligo, Ekawati
- Suseno, Djoko
- Hamid, Hayati Lutfiah
- Rai, Soemamik Saeran
- Suseno, Naura Kanita Rosada
- Su, Bundi
- Ang, Steven Michael
- Kusumo, Wirantono
- Kusuma, Nelson
- Widyawati, Anna
- Gunawan, Jie Stephanie
- Soewono, Yenni
- Ang, Sharon Michelle
- Poo, Andri Wijaya
- Merry, Merry
- Tanus, Herumanto
- Liangsih, Indahju
- Giovanni, Justin
- Limantara, Juanita
- Lim, Yan Koen
- Halim, Hindarto
- Linggarwati, Sri
- Santoso, Karina
- Josal, Shiane
- Pornomo, Ferny Yufina
- Pornomo, Christien Aulia
- Octaviani, Lanny
- Diani, Indra
- Santoso, Nikolas Theo
- Theodoros, Hendra
- Theodoros, Raynaldi
- Theodoros, Winoya
- Aurelia, Thirza
- Jong, Ang Mie
- Soetanto, Lina
- Evientri Wahab, Musaba
- Romlah, Siti
- Ann Santiago, Jasmine Rose
- Utomo, Soesilo
- Usin, Suriani
- Soesilo, Elbert
- Sholeh, Marwin
- Handayani, Finna
- Handoyo, Rony
- Kho, Kosuma Chandra
- Ong, Sherlly
- Soetanto, Aris
- Anggreni, Linda
- Wen, Oktaria
Nama calon penumpang yang membatalkan penerbangan:
1. Dian Arlisa Tandjung
2. Martinus Regky Lodijanto
3. Russel Reinhart Lodijanto
4. Hadiprawiro Tanjung
5. The Evelyn Kusumadewi (infant: Dominique Lodijanto
6. Matheus Dani Tandjung
7. Felix Xavia Incha Prasetya
8. Nadine Vala Incha Prasetya
9. Chistopher Incha Prasetya
10. Chandra Susanto
11. Inge Goreti Ferdiningsih
12. Alfa Wahjunono
13. Trisnowati
14. Honggo Widjaja
15. Muljani Surjadi
Daftar Lengkap Korban Air Asia Teridentifkasi
https://www.facebook.com/notes/airasia/updated-statement-qz8501/10152667884908742
https://www.facebook.com/notes/airasiaindonesia/penyataan-resmi-dari-airasia-indonesia-mengenai-perkembangan-penerbangan-qz8501-/909884889044590
Tim Basarnas, Brimob dan Polair Berangkat ke Belitung
Basarnas, Polair dan Brimob Polda Kepulauan Bangka Belitung kerahkan
personil melakukan pencarian pesawat Air Asia QZ 8501 yang terakhir
hilang kontak dengan koordinat 03 22 46 S 108 50 07 ETTK yang
diperkirakan berada di perairan Belitung.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Basarnas Babel, Joni Superiadi kepada Bangkapos.com, Minggu (28/12/2014).
Ditambahkannya sebanyak 40 personil Basarnas menggunakan 2 kapal
bersama 18 personel polair dan 13 anggota Brimob Polda kepulauan Bangka
Belitung.
Basarnas: Cuaca Buruk, Butuh 8 Jam ke Area AirAsia Hilang Kontak
Badan SAR Nasional (Basarnas) Provinsi Bangka Belitung khawatir kondisi
cuaca buruk dan gelombang tinggi menjadi hambatan dalam pencarian lokasi
pesawat AirAsia QZ8501 rute Surabaya ke Singapura yang hilang kontak
Minggu pagi.
"Informasi yang kami peroleh dari BMKG, gelombang
mencapai 2 meter lebih dan tergolong tinggi sehingga memperlambat waktu
tempuh menuju titik pesawat jatuh," kata Kepala Basarnas Bangka Belitung
Jhoni Supriadi di Pangkalpinang, Minggu (28/12/2014).
Pesawat
AirAsia jenis Airbus A320 itu diperkirakan berada di perairan Belitung
dengan titik koordinat 03.22.46 Lintang Selatan (LS) dan 108.50.07 Bujur
Timur (BT).
Ia menjelaskan, dalam kondisi cuaca normal
membutuhkan waktu sekitar 4 jam untuk menuju lokasi, sedangkan di saat
cuaca buruk dapat memakan waktu 8 jam.
Saat ini, tim Basarnas
sudah berangkat menuju lokasi bersama sejumlah wartawan menggunakan
kapal RB201 dari Pelabuhan Pangkalbalam. Ia mengatakan, pesawat diduga
mengalami turbulensi setelah sempat berputar-putar di atas perairan
untuk menghindari badai.
Pesawat yang membawa 155 penumpan itu
terdiri atas 138 orang dewasa, 16 anak-anak, dan seorang bayi tersebut
dilaporkan hilang kontak sekira pukul 07.30 WIB di kawasan perbatasan
Laut Belitung dan Pontianak. Selain itu, ada pilot, kopilot, teknisi
pesawat, dan 4 pramugari di dalamnya.
TNI AL Kerahkan Kapal Patroli Cari AirAsia
Pihak TNI AL Kepulauan Riau (Kepri)
mengerahkan satu unit kapal untuk membantu pencaharian pesawat AirAsia
yang diperkirakan jatuh di Perairan Bangka Belitung (Babel).
"Kapal
yang kita kerahkan adalah kapal patroli KN Bintang Laut 4801," kata
Kabag Humas dan Protokol Bakorkamla (Badan Kordinasi Keamanan Laut)
Kolonel Edy Fernandi, Minggu (28/12/2014).
Kapal tersebut hari ini berangkat dari perairan Batam menuju perairan Babel.
"Ini
setelah kita mendapat kordinasi peringatan dini stasiun Babel (Bangka
Belitung). Dari Batam ke Babel memerlukan waktu 15 sampai 20 jam. Itupun
kalau cuaca bagus," ucapnya.
AirAsia tujuan Surabaya-Singapura
hilang kontak tadi padi. Pesawat jenis Airbus dengan nomor penerbangan
QZ 8501 membawa sebanyak berpenumpang 155 orang.
TNI AU Kerahkan Boeing Surveilance dari Makassar Cari AirAsia
TNI
Angkatan Udara mengerahkan pesawat Boeing 737 Surveilance untuk mencari
AirAsia QZ 8501 yang hilang. TNI AU juga mengirimkan 15 orang untuk
mencari pesawat berisi 155 orang itu.
"TNI AU kirim Boeing 737 Surveilance dari Makassar
sesuai laporan," jelas Kadispen TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto
saat dikonfirmasi, Minggu (28/12).
Pesawat Boeing Surveilance itu
akan diterbangkan ke arah 249 derajat dengan jarak 127 Nautical Mile
dari Palangkaraya, posisi terakhir pesawat itu dilaporkan hilang.
"Sekarang
sudah menuju ke sasaran. Sebelah utaranya laut daerah Bangka Belitung.
Kita juga akan mengirimkan 15 orang untuk melakukan pencarian," jelas
Hadi.
Dalam data radar TNI AU, Hadi mengatakan pesawat tersebut menghilang dari radar.
Nelayan Dengar Ledakan, Basarnas Kirim Kapal ke Pulau Nangka
Kapal Rescue Boat 201 milik Basarnas Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung (Babel), bersama awak yang terdiri dari Polair
dan Tim Penyelam Brimob Polda Babel serta Badan Penanggulangan Bencana
Daerah Babel, merapat di Manggar, Belitung Timur (Beltim), Senin
(29/12/2014).
Tim ini akan segera melakukan pencarian pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang kontak pada Minggu (28/12/2014) pagi.
Kepala
Basarnas Babel Joni Superiadi mengatakan, pencarian akan dilakukan ke
pulau terdekat dengan Manggar, yaitu Pulau Nangka dengan titik koordinat
108 derajat 32 menit 00 detik East dan 02 derajat 29 menit 00 detik
South.
"Jarak Pulau Nangka dengan Manggar lebih kurang 30 mil
dengan jarak tempuh lebih kurang 1,5 jam perjalanan. Kita melakukan
penyisiran karena adanya isu dari nelayan mendengar suara ledakan di
pulau itu," ungkapnya.
Joni juga mengatakan, saat ini Pesawat
CN235 milik TNI AL dengan ketinggian 2.500 kaki bersama kapal KN224
milik Basarnas Jakarta sudah berada di titik terakhir pesawat hilang
kontak untuk melakukan pencarian.
TNI, Nelayan, dan Masyarakat Ikut Cari Pesawat AirAsia
Jajaran Komando Distrik Militer (Kodim)
1203 Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat, ikut melakukan pencarian
terhadap pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 yang dinyatakan
hilang kontak.
Komandan Kodim (Dandim) 1203 Ketapang, Letkol Inf Asep Ahmad Hidayat, kepada
VIVAnews,
mengatakan pesawat jenis Airbus A320-200 tersebut, melakukan
penerbangan dari Surabaya, Jawa Timur menuju Singapura, Minggu 28
Desember 2014.
“Kita sudah mencari informasi pada nelayan-nelayan
di pulau Maya Karimata. Sampai sekarang, belum ada tanda-tanda. Kalau
kita lihat di televisi, pesawatnya melintasi lewat lautan rutenya. Di
atas perairan terus. Kita tanya pada nelayan dan warga setempat di pulau
Karimata, baik di daratan juga belum ada info,” ujarnya, Minggu.
Saat
ini, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan pihak terkait. Salah
satunya dengan Pos SAR Ketapang untuk melakukan pencarian bersama.
Selain
itu, ia menyatakan, sudah menerjukan personil di Koramil 1203/08/Pulau
Maya Karimata. Koramil tersebut, mempunyai tugas dua wilayah. “Koramil
itu letaknya di pulau terpencil. Komunikasi juga susah. Sedangkan
informasi dari nelayan belum ada menemukan apa-apa,” kata dia.
Saat
ini, ia menambahkan, kondisi cuaca di wilayah Kabupaten Ketapang dalam
keadaan buruk. “Cuaca lagi buruk di sini. Hujan terus setiap harinya.
Anginnya kencang," ujarnya.
Namun demikian, ia menegaskan, pihaknya tetap siaga dalam kondisi apa pun. “Anggota kita
stand by
24 jam. Delapan Babinsa dikerahkan semua. Bandara Ketapang di sini
belum mendeteksi terkait pesawat AirAsia yang melintas,” katanya.
Basarnas: Pesawat AirAsia Diduga Di Dasar Laut
Kepala Basarnas,
Bambang Soelistyo mengatakan, berdasarkan titik koordinat kontak
terakhir dengan pesawat AirAsia QZ8501 dan evaluasi terakhir dari
Basarnas diperkirakan pesawat AirAsia itu jatuh di laut dan hipotesa
sementara badan pesawat berada di dasar laut.
"Ini masih dugaan awal dan tentu saja dugaan
ini masih akan berkembang berdasarkan evaluasi dari hasil operasi
pencarian yang kami lakukan," kata Bambang dalam konferensi pers
di Jakarta.
Direktur AirAsia, Tony Fernandes menolak membuat
kesimpulan apapun mengenai kondisi di balik insiden hilangnya pesawat
milik maskapainya.
"Kondisi cuaca memang tidak bagus, namun
demikian kami tidak mau berspekulasi lebih jauh,” katanya dalam
konferensi pers di Jakarta.
"Tentu saja ada terjadi awan badai dan pilot
telah mengajukan permintaan untuk mengubah altitude. Sejauh ini baru
itu yang kami ketahui," katanya.
Bambang Soelistyo mengatakan, Indonesia tidak
memiliki alat seperti kapal selam yang diperlukan untuk menarik badan
pesawat dari dasar laut, namun akan mengupayakan bantuan dari negara
lain jika memang diperlukan nanti.
"Karena mengingat kekurangan teknologi yang
kita miliki, saya telah berkoordinasi dengan Menteri Luar Negeri
mengenai kemungkinan meminjam alat dari negara lain yang telah
menawarkan bantuan, seperti Inggris, Prancis dan Amerika Serikat,”
katanya.
Indonesia sejauh ini telah menyatakan menerima
tawaran bantuan dari Australia berupa pesawat milik AU Australia
(RAAF) untuk bergabung dalam operasi pencarian.
Pesawat P-3 Orion RAAF pagi ini sudah diterbangkan
dari Darwin menuju ke area pencarian.
Perdana Menteri Tony Abbott mengatakan salah jika
membandingkan insiden hilangnya AirAsia dengan peristiwa hilangnya 2
pesawat Malaysia Airline tahun ini.
"Pesawat AirAsia yang hilang merupakan
pesawat yang terbang dalam penerbangan reguler dan dalam jadwal
penerbangan rutin," kata Abbott ketika diwawancarai oleh
RadioMacquarie.
"Pesawat itu tampaknya berhadapan dengan
cuaca buruk dan jatuh. Namun peristiwa ini bukan misteri seperti
peristiwa hilangnya pesawat MH370 atau juga bukan tragedi ditembak
jatuh seperti yang dialami MH17.
Sementara itu, otoritas
Indonesia kembali menggelar operasi pencarian pesawat yang hilang itu
pagi ini dan tetap berharap menemukan Airbus 320-200 tapi mengatakan
masih terlalu dini untuk mendeteksi sinyal "ping" dari
kotak hitam di pesawat tersebut.
Juru bicara Angkatan
Udara, Hadi Thahjanto mengatakan, TNI AU telah menerbangkan dua
pesawat C-130 Hercules yang akan memfokuskan upaya pencarian mereka
di daerah utara-timur Pulau Bangka Indonesia, yang terletak kira-kira
setengah jalan antara Surabaya dan Singapura, di Laut Jawa.
Sementara itu, otoritas
pemandu lalu lintas udara menyatakan kehilangan kontak dengan pesawat
AirAsia QZ8501 kemarin setelah pilot meminta untuk mengubah arah
untuk menghindari cuaca buruk di tengah perjalanan dari Surabaya ke
Singapura.
7 Pesawat yang Berdekatan dengan QZ8501 Tak Laporkan Awan Cumulonimbus
Ada 7 pesawat lain yang terbang berdekatan dengan AirAsia QZ8501 saat
hilang kontak. 7 Pesawat lain tak melaporkan keberadaan awan
cumulonimbus.
"Ada 7 pesawat lain yang terbang pada jalur yang
sama, tapi tidak melaporkan ada awan itu," kata Direktur Safety dan
Standard Airnav Indonesia Wisnu Darjono kepada wartawan di Bandara
Soekarno-Hatta, Cengkareng, Senin (29/12/2014).
3 Di antara
pesawat lain itu terbang searah dengan QZ8501, 3 lainnya bersilangan,
satu pesawat lain jalurnya sama sekali tak beririsan.
Wisnu
memaparkan 3 pesawat yang terbang searah dengan QZ8501, yaitu Uni
Emirates Arab 406 (jurusan Melbourne-Kuala Lumpur), AirAsia 502
(Denpasar-Singapura), dan AirAsia 550 (Denpasar-Kuala Lumpur). QZ8501
terbang paling rendah di antara pesawat-pesawat itu.
Berikut detailnya:
- - Uni Emirates Arab 406 Melbourne-Kuala Lumpur di ketinggian 36 ribu kaki
- - AirAsia 502 Denpasar-Singapura di ketinggian 38 ribu kaki
- - AirAsia 550 Denpasar-Kuala Lumpur di ketinggian 34 ribu kaki
- - AirAsia QZ8501 Surabaya-Singapura di ketinggian 32 ribu kaki
"Dia itu paling rendah ketinggiannya, bisa dimungkinkan (kalau ada awan itu), dia kena dampaknya," ulas Wisnu.
UPDATE 30 DESEMBER 2014
Nelayan di Bangka Belitung Diminta Pantau Serpihan AirAsia
Unit Penyelenggara Pelabuhan (UPP) Kelas III Toboali Kabupaten Bangka
Selatan Provinsi Bangka Belitung meminta nelayan untuk ikut memantau
serpihan pesawat AirAsia yang diduga jatuh di Perairan Belitung Timur,
Minggu (28/12).
"Semua nelayan akan disurati untuk memantau keadaan di tengah laut,
apabila ditemukan serpihan pesawat, untuk segera melapor kepada instansi
terkait seperti Basarnas, dan TNI Angkatan Laut," kata petugas
Kesyahbandaran Mardiyanto seizin Kepala UPP Kelas III Toboali Roziansyah
di Toboali, Senin (29/12).
Ia mengatakan, peran dan informasi dari nelayan ini cukup membantu tim pencari serpihan-serpihan pesawat yang hilang tersebut.
"Apabila mendapat informasi dari nelayan yang sedang melaut maka akan segera disampaikan ke pihak instansi terkait," katanya.
Saat ini, katanya, pihaknya akan selalu siaga terhadap kondisi
terkini mengenai perkembangan yang terjadi di perairan laut, meskipun
informasi yang didapat hilangnya kontak pesawat ini berada di Perairan
Belitung Timur.
"Walaupun informasi mengenai hilangnya kontak pesawat ini di perairan
laut Belitung Timur, namun kami akan selalu siaga selama 1x24 jam untuk
memantau kondisi terkini pasca hilangnya kontak pesawat AirAsia ini,"
ujarnya.
Ia berharap, para nelayan atau pihak lain dapat bekerjasama dengan
pihak UPP bila melihat atau menemukan adanya serpihan mengenai pesawat
atau barang-barang yang dianggap menyerupai serpihan pesawat.
"Kami tetap memonitor kondisi terkini dan terus bekerjasama dengan
para nelayan atau pihak lain untuk melihat perkembangan yang ada, semoga
para nelayan dapat terus berkoordinasi," ujarnya.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) melakukan analisis
data citra satelit resolusi tinggi untuk wilayah perairan antara
Belitung dan Kalimantan untuk membantu mencari keberadaan pesawat Air
Asia QZ8501 yang kehilangan kontak dengan Air Traffic Control Center
sejak Minggu (28/12).
Lapan Analisis Data Satelit Lacak Pesawat Qz8501
"LAPAN sedang menganalisis citra satelit resolusi tinggi, baik
citra optis maupun citra radar yang tembus awan. Wilayah pencarian di
sekitar perairan Belitung sampai perairan Kalimantan," kata Kepala LAPAN
Thomas Djamaluddin kepada Antara di Jakarta, Senin [29/12].
Sejauh ini, ia mengatakan LAPAN melalui Pusat Sains dan Teknologi
Atmosfer (PSTA) melakukan analisis cuaca di atas perairan antara
Belitung dan Kalimantan, dan melalui Kedeputian Penginderaan Jauh
melakukan analisis citra satelit resolusi tinggi mencari benda atau
obyek yang dapat diduga pesawat Air Asia dengan nomor regristrasi
PK--AXC tersebut.
"Kita sedang mencoba mengumpulkan data-data resolusi tinggi tersebut
untuk dianalisis, termasuk meminta data penginderaan jauh internasional
untuk hari Minggu (28/12) dan hari ini. Mudah-mudahan kita bisa dapat
citra yang pasti terutama untuk saat ini, karena hari ini awan tipis di
atas perairan antara Belitung--Kalimantan," ujar Thomas.
Kendala terbesar untuk memperoleh citra satelit resolusi tinggi dari
SPOT Optis dengan resolusi 1,5 meter hingga delapan meter ini memang
awan, karena itu LAPAN juga mengkombinasikan data tersebut dengan
satelit radar dari TerraSAR.
Untuk menemukan obyek dengan citra satelit di satu lokasi seperti
pencarian pesawat Air Asia QZ8501 dengan rute penerbangan
Surabaya--Singapura yang hilang kontak ini, Thomas mengatakan sulit
dapat dipastikan waktunya, terlebih mengingat cakupan analisis citra
satelit dengan resolusi tinggi 1,5 meter hingga delapan meter menjadi
sangat luas untuk wilayah cakupan perairan antara Belitung dan
Kalimantan.
"Ini inisiatif LAPAN untuk membantu pencarian dengan memanfaatkan
teknologi citra satelit. Kita akan segera berkoordinasi dengan Basarnas
(Badan SAR Nasional--red) jika menemukan titik terang untuk pencarian
pesawat ini," ujar dia.
Sebelumnya Kepala Basarnas Marsekal Madya FHB Bambang Sulistyo
mengatakan pencarian pesawat AirAsia QZ8501 dilakukan di tujuh sektor
dengan menggunakan pesawat, helikopter, kapal-kapal milik TNI, Polri,
dan Basarnas.
Selain pesawat dan kapal milik tim SAR gabungan Indonesia, dalam
pencarian hari ini, ia mengatakan tim SAR dari Malaysia dan Singapura
mulai bergabung melakukan pencarian di wilayah yang diduga menjadi titik
hilangnya pesawat Air Asia QZ8501 di sektor V, VI, dan VI.
Sebelumnya pesawat Air Asia rute penerbangan Surabaya--Singapura
dilaporkan hilang kontak sejak Minggu pagi (28/12). Pesawat tersebut
mengangkut 155 penumpang, dengan rincian 138 penumpang dewasa, 16
penumpang anak-anak, satu bayi.
Sebanyak 149 penumpang merupakan WNI, satu warga negara Inggris, tiga
warga negara Korea Selatan, satu warga negara Malaysia, dan satu warga
negara Singapura. Sedangkan kru pesawat ada enam orang, yakni Kapten
Pilot Iryanto, first officer bernama Remi Emanuel Plesel
berkewarganegaraan Prancis, empat pramugari yakni Wanti Setiawati,
Khairunisa Haidar Fauzi, Oscar Desano, Wismoyo Ari Prambudi, dan satu
teknisi pesawat bernama Saiful Rakhmad.
LAPAN: Jalur AirAsia Hilang Ada Hujan Lebat, Petir, Angin Kencang dan Es
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menguatkan analisa Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa ada awan cumulonimbus yang cukup tinggi dan luas saat AirAsia QZ8501 hilang kontak. LAPAN mengatakan ada indikasi hujan lebat, petir dan kemungkinan terbentuk es di jalur yang dilewati pesawat berisi 162 orang itu.
"LAPAN menganalisis dengan data satelit cuaca MT Sat, ada indikasi pembentukan awan cumulonimbus menjulang tinggi di wilayah titik hilangnya AirAsia tersebut. Dari analisis model atmosfer terindikasi wilayah hilangnya AirAsia tersebut terjadi hujan lebat sekaligus mengindikasikan wilayah tersebut Cumulonimbus, awan hujan aktif. Kemudian juga ada angin cukup kencang dari barat ke timur. Jadi informasi itu memperkuat hasil dari BMKG tersebut," jelas Kepala LAPAN Prof Thomas Djamaluddin, Senin (29/12).
Ditanya mengenai adanya kemungkinan petir seperti dilaporkan Weatherbug, layanan cuaca di AS, Thomas mengatakan tidak menganalisa badai petir tersebut. Namun badai petir, imbuhnya, memang hal wajar yang terjadi di dalam awan cumulonimbus.
"Badai petir hal wajar terjadi ketika ada awan cumulonimbus. Tapi saya kira pesawat kan sudah dilengkapi antisipasi petir, kemungkinan kondisi pesawat memasuki awan cumulonimbus adalah efek goncangan dari turbulensi di awan tersebut yang kemungkinan ganggu sistem pesawat," imbuhnya.
Namun, pihak LAPAN tidak mengetahui yang sesungguhnya terjadi, apa yang menyebabkan pesawat hilang. Yang jelas, dari data analisa cuaca, saat itu jalur yang dilintasi AirAsia QZ8501 terjadi cuaca buruk.
"Apa yang menyebabkan hilang, belum diketahui pasti apa yang sesungguhnya terjadi. Cuaca pada waktu itu analisis satelit cuaca dan model atmosfer mengindikasikan pesawat memasuki kondisi cuaca yang sangat buruk," jelas dia.
Tentang apakah kemungkinan pesawat dimasuki es, Thomas mengatakan awan cumulonimbus memang memiliki suhu yang sangat dingin hingga minus 80 derajat (-80 derajat) celcius.
"Jadi kemungkinan puncak awan terbentuk es sangat mungkin. Tapi pada ketinggian jelajah pesawat AirAsia apakah terbentuk es, memang ketinggian 32 ribu kaki sudah minus temperaturnya," jelas Thomas
Bagaimana AirAsia QZ 8501 Bisa Ditemukan?
Petunjuk pertama mengenai lokasi kecelakaan berasal dari keterangan para
nelayan lokal yang kemudian disampaikan pada Kepolisian Air./ BASARNAS
Lokasi tepat jatuhnya AirAsia justeru didapat Basarnas dari para nelayan pantai Kubu yang tinggal di sekitar Pangkalan Bun.
Fendi,
salah seorang nelayan mengaku melihat pesawat terbang rendah.
Ciri-cirinya sama persis dengan AirAsia. Nelayan lain bernama Rahmat
malah mendengar suara ledakan dalam waktu berdekatan. Kejadian itu
terlihat oleh Rahmat Minggu (28/12) pukul 07.00 WIB. ketika itu tengah
berada di laut.
“Saya hanya melihat kepulan asap putih membubung dari kejauhan,” ujar Rahmat dikutip dari harian online lokal.
Pengakuan kedua nelayan ini menggerakkan Basarnas untuk langsung menuju lokasi. Menurut ketua Basarnas Marsekal Madya FHB Soelistyo, Selasa (30/12,
setelah mendengar pengakuan tersebut, tim segera bergerak ke lokasi
dengan melibatkan Fendi dan Rahmat. Hasilnya, memang besar dugaan
pesawat AirAsia jatuh di lokasi tersebut dengan ditemukannya 10 kepingan
pesawat dan 6 jasad, 3 diantaranya sudah di evakuasi.
Jika
temuan ini tak lepas dari informasi kedua nelayan yang tinggal di
Pantai Kubu di Pangkalan Bun tersebut, sudah sepantasnya pihak AirAsia
atau pemerintah mengucapkan terima kasih terhadap kedua nelayan. Bukan
pada pesawat Orion Australia yang menduga sebelumnya AirAsia kemungkinan
besar jatuh di pulau Nangka, Manggar, Belitung Timur.
Kronologi Penemuan Serpihan dan Korban QZ-8501
Penemuan pesawat Airasia perairan barat daya Pangkalan Bun,
Kalimantan Tengah, Selasa (30/12/2014) siang, tak lepas dari lokasi yang
ditunjukkan nelayan. Berikut kronologi Penemuan AirAsia QZ-8501
- Pukul 09.52 WIB
Pesawat CN-295 bernomor A-2906 dengan Captain Pilot Kapten Pnb. Reza
Pahlevi dan Copilot Lettu Pnb Ari Purba Kesuma terbang pada ketinggian
500 kaki (150 meter) dari permukaan laut berhasil menemukan tiga objek
besar berwarna putih dan kuning mengapung di perairan pada posisi radial
227 dan jarak 95 Nm (175 km) dari Pangkalan Bun.
- Pukul 10.18 WIB
Posko SAR TNI AU di Lanud Halim dengan menerbangkan pesawat C-130 Hercules A-1320.
- Pukul 11.30 WIB
Hercules A-1319 dengan Captain Pilot Mayor Pnb. Akal Juang dan Copilot
Lettu Pnb Aris Febrianto dan Lettu Pnb.Erwin Tri Wibowo terbang pada
ketinggian 500-700 kaki berhasil menemukan serpihan-serpihan dan korban.
- Pukul 12.15 WIB
Pesawat Hercules A-1320 menemukan live vest penumpang kuning, serpihan cargo berwarna merah putih dengan jaring cargo.
- Pesawat helikopter SAR HR-3601 Basarnas dari Pangkalan Bun memasuki
perairan tersebut. Helikopter pada pukul 13.58 membuktikan temuan
pesawat TNI AU dengan menemukan lebih banyak banyak serpihan dan
tubuh terapung.
- KRI Bung Tomo di lokasi penemuan reruntuhan, selanjutnya kapal
perang tersebut seterusnya berada di lokasi sebagai kapal pertama yang
mulai mengevakuasi korban.
- Hercules A-1319 mengudara kembali dan pada ketinggian 500 kaki
berputar di atas lokasi melaporkan melihat empat jenasah berangkulan,
dan ada yang mengenakan celana hitam dan biru serta nampak seperti
mengenakan pelampung.
- Penerbang pesawat A-1319 melihat sebuah kapal tongkang dengan awak
kapal yang melambaikan tangan menunjukkan sebuah serpihan kepada
Hercules yang mendarat di Lanud Halim pada pukul 16.28 WIB.
Sumber: Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto
47 Penyelam Bantu Evakuasi Jenazah Korban Pesawat AirAsia QZ8501
TNI Angkatan Darat akan mengirimkan 47
penyelam bawah air untuk membantu proses evakuasi jenazah korban dari
jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang kontak sejak Minggu
(28/12/2014). Para penyelam tersebut diberangkatkan esok hari pada pukul
05.00 WIB.
"Harapan kita jam 06.00 WIB pagi saat ombaknya sudah kembali baik,
kita bisa gunakan kekuatan optimum," ujar Panglima TNI Jenderal TNI
Moeldoko, dalam jumpa pers di Kantor Badan SAR Nasional, Jalan Angkasa,
Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (30/12/2014).
Moeldoko mengatakan, saat ini di lokasi yang menjadi titik
ditemukannya pesawat Air Asia QZ8501, sudah ada sekitar 20 orang anggtoa
TNI AL dari pasukan katak yang dikerahkan untuk membantu proses
evakuasi. Moeldoko berharap, dengan penambahan pasukan dari unsur amfibi
sebanyak 47 orang, bisa membantu mempercepat proses evakuasi jenazah.
"Prinsip kami ASAP,
As Soon As Possible. Kita kerja secepatnya. Untuk itu kekuatan penuh akan kita berikan," ucap Moeldoko.
Pasukan Katak Menuju Lokasi AirAsia QZ8501 Jatuh
TNI mengerahkan seluruh kekuatan untuk mencari dan mengevakuasi korban
AirAsia QZ8501. Panglima TNI Jenderal Moeldoko mengatakan, besok sekira
pukul 05.00 WIB, pasukan Katak menuju lokasi diduga pesawat jatuh.
"Besok, Amfibi sudah dikirimkan dengan kekuatan 47 orang akan berangkat
jam lima pagi menuju sasaran," kata Panglima TNI di Kantor Basarnas,
Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (30/12/2014).
Harapan dia, besok ombak di lokasi sasaran tenang, sehingga operasi bisa
langsung dilakukan sekira pukul 06.00 WIB. "Begitu ombak tenang, kita
kerahkan kekuatan maksimal. Saat ini sudah ada 20 pasukan Katak yang
bisa melakukan penyelamatan," ujarnya.
Dia juga memerintahkan TNI Angkatan Udara menyiapkan helikopter untuk
keperluan di Pangkalan Bun dan pesawat Hercules buat mengangkut korban
dari Pangkalan Bun ke Surabaya. Dia mengatakan, satu helikopter bisa
membawa lima atau enam korban.
"Jadi kekuatan kami kerahkan semua. Dari situ diperlukan peti jenazah,
kemudian kami bawa ke menggunakan Hercules ke Surabaya," tambahnya.
Di Surabaya, lanjut dia, Pangdam juga menyiapkan personel untuk membawa
korban ke rumah duka. "Satu Hercules bisa membawa 30 peti jenazah,"
paparnya.
TRK
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam melaksanakan salah satu tugas
pokoknya Operasi Militer Selain Perang (OMSP) dalam hal ini SAR (Search
and Resque) terus melakukan pencarian Pesawat Air Asia QZ-8501 dengan
menambah kekuatan Alutsista yang mengerahkan 16 Pesawat dan 13 KRI ke
lokasi yang diperkirakan sebagai wilayah lost contact pesawat, Selasa
(30/12).
Ke-16 pesawat tersebut, terdiri dari : TNI AD mengerahkan 2 unit
Helly MI 35 dan 2 unit Helly Bell 412. TNI AL terdiri dari 1 Pesawat
Cassa, 2 Helly Bell, dan 1 Helly Bolco ; Puspenerbal 2 CN 235. TNI AU
mengerahkan 1 Boeing 737, 2 C-130 Herculles, 2 Helly Super Puma, dan CN
295.
Disamping itu, TNI juga mengerahkan 13 kapal perang (KRI) TNI AL
diantaranya KRI Yos Sudarso, KRI Hasanudin, KRI Pattimura, KRI Bung
Tomo, KRI Sutedi Senaputra, KRI Banda Aceh, KRI Pulau Rengat, KRI Pulau
Romang, dan 2 KAL serta menerjunkan 3 Tim Denjaka, 2 SSY SRCPB, 1 Tim
Paska, dan 1 Tim Penyelam beserta 6 Perahu Karet, dan 6 Sea Raider.
Sedangkan kekuatan yang dikerahkan dari TNI AD sebanyak 714
personel, antara lain Kodam I/Bukit Barisan meliputi Korem 031/Pekanbaru
100 personel, terdiri dari Kodim 0303/Bengkalis 31 personel, Kodim
0320/Dumai 31 personel, Yonif 132/Dumai 31 personel dan Pokko 7 personel
; Korem 033/Tanjung Pinang 100 personel, terdiri dari Kodim 0315/Bintan
31 personel, Kodim 0316/Batam 31 personel, Kodim 0317/Tanjung Balai
Karimun 31 personel dan Pokko 7 personel, serta Denrudal 004/Dumai 30
orang.
Kodam II/Sriwijaya meliputi Korem 045/Bangka Belitung 75 personel,
Kodim 0413/Bangka 75 personel, Kodim 0414/Belitung 60 personel, KI B
Yonif 141/Bangka Belitung 30 personel dan Pokko 7 personel. Kodam
XII/Tanjungpura meliputi Korem 102/Pontianak 200 personel, Kodim
1104/Pangkalanbun 30 personel dan Pokko 7 personel.
Selain itu dalam upaya pencarian Pesawat Air Asia, juga melibatkan
negara-negara sahabat diantaranya dari Malaysia 1 C-130 Hercules dan 3
Kapal, Singapura 3 C-130 Hercules dan 3 Kapal, Australia 2 P3C Orion
serta Korea Selatan 1 P3 Orion.
Sampai saat ini TNI terus berupaya bahu membahu dengan instansi
terkait untuk segera menemukan dan menyelamatkan penumpang serta awak
Pesawat Air Asia QZ-8501. Adapun misi kemanusiaan dalam rangka mencari
keberadaan pesawat Airbus 320 milik maskapai penerbangan Air Asia di
bawah Komando Badan SAR Nasional (Basarnas).
Basarnas Pastikan Temukan Bayangan Pesawat AirAsia di Dalam Laut
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Bambang Sulistyo
menyatakan, tim pencari pesawat AirAsia QZ8501 yang hilang kontak
menemukan benda-benda serpihan pesawat, bayangan pesawat, dan objek yang
diduga jasad penumpang. Bambang menjelaskan, pada pukul 10.05 menit,
pesawat C 295 TNI AU menemukan benda-benda serpihan yang mengapung pada
posisi 03 derajat 46 menit 50 second south, 110 derajat 29 menit 27
east.
Kemudian pada pukul 11.07, unsur C 130 Hercules AU
menemukan kembali lempengan logam pada posisi 08 derajat 50 menit 43
south, 110 derajat 29 menit 21,8 east.
"Kemudian pada pukul
12.50 pesawat Herculer TNI AU menemukan objek yang menggambarkan
bayangan di dalam laut seperti diduga bentuk pesawat," ujar Bambang
dalam jumpa pers di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta, Selasa
(30/12/2014).
"Pada pukul 13.25, kemudian searching dilakukan untuk meyakinkan
semua temuan-temuan itu, dan melihat benda mengapung yang diduga, salah
satu jasad dari penumpang," tambah Bambang.
Pesawat AirAsia rute
Surabaya-Singapura hilang kontak dari Air Traffic Controller (ATC)
Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Minggu 28 Desember 2014 sekitar
pukul 06.17 WIB. Pesawat dengan nomor penerbangan QZ8501 itu take off
dari Bandara Juanda, Surabaya, Jawa Timur pukul 05.20 WIB, dan
seharusnya tiba di Bandara Changi, Singapura pukul 08.30 waktu setempat.
UPDATE 31 DESEMBER 2014
Proses pencarian bangkai pesawat air asia tidak dapat dilakukan secara maksimal
mengingat kondisi cuaca eksterm di koordinat lokasi ditemukan puing-puing dan serpihan pesawat..
Satu Warga Malang Penumpang AirAsia Teridentifikasi
Satu korban AirAsia asal Kota Malang,
Jawa Timur, telah teridentifikasi setelah tiba di Rumah Sakita
Bayangkara Surabaya, Rabu petang, 31 Desember 2014. Jenazah itu bernama
nama Kevin Alexander Soetjipto, satu anggota keluarga Soetjipto, yang
berangkat bersama dua orang tua dan saudara perempuannya.
Evakuasi jenazah ke rumah duka di Malang ditunda sambil menunggu tiga anggota keluarga lain ditemukan.
"Betul
satu jenazah atas nama Kevin Alexander Soetjipto sudah diidentifikasi
di RS Bayangkara sekitar pukul 15:00," kata Kepala Seksi Kedaruratan
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Malang, Sugeng Hari Purwanto,
Rabu, 31 Desember 2014.
Menurutnya, seluruh keluarga Kevin sudah
mendapat kabar baru itu. Mereka kini sedang didampingi petugas
Bakesbangpol di RS Bayangkara. Keluarga belum ingin membawa jenazah ke
Malang. ”Sepertinya mereka masih menunggu kepastian jasad anggota
keluarga Kevin yang lain, apabila ditemukan bisa diberangkatkan ke
Malang bersama," katanya.
Posko korban AirAsia di Kota Malang
mendata ada 36 nama warga Malang yang jadi penumpang di pesawat itu.
“Data ini final, ada 36 nama yang positif warga Malang," ujarnya.
Hingga
kini satu keluarga sudah menyatakan keinginan untuk membawa jenazah ke
pusat krematorium di Lawang, Malang, jika ditemukan. “Ada satu keluarga
sudah berpesan, jika ditemukan minta dibawa ke krematorium Lawang, ini
kalau ditemukan. Yang lainnya belum," ujarnya.
Tujuh unit
ambulans milik Pemerintah Kota Malang sudah siaga di RS Bayangkara sejak
Selasa, 30 Desember 2014. Sementara pesawat Hercules di Skuadron 32
Lanud Abdul Rachman Saleh juga siaga jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk
membawa jenazah korban AirAsia dari Surabaya ke Malang atau dari
Pangkalan Bun ke Malang.
"Delapan (pesawat) Hercules kami siap,
Komandan Lanud sampai sekarang belum menginstruksikan terbang karena
cuaca di Pangkalan Bun yang buruk," kata Kepala Pusat Penerangan Lanud
Abdul Rachman Saleh, Letnan Kolonel Sutrisno.
Tiga Jenazah AirAsia Teridentifikasi, Salah Satunya Pramugari Cantik Khairunisa
Basarnas
menyatakan total jenazah yang sudah dievakuasi mencapai tujuh jasad.
Tiga jenazah berhasil diidentifikasi, salah satunya adalah pramugari Air
Asia bernama Khairunisa Haidar Fauzi.
Kepala Basarnas, Bambang Soelistyo, mengatakan semua jenazah masih
berada di dalam kapal dan kondisinya utuh. "Enam jenazah ada di KRI dan
sisanya ada di Kapal Angkatan Laut Malaysia KD Lekir," jelas Bambang
dalam keterangan pers di kantor Basarnas Jakarta, Rabu (31/12).
Komandan KRI Bung Tomo, Kolonel Yayan mengatakan dari enam jenazah yang
ditemukan, ada tiga jenazah yang langsung bisa diidentifikasi karena
adanya identitas yang masih melekat. Salah satunya adalah pramugari Air
Asia bernama Khairunisa Haidar Fauzi.
"Salah satu jenazah bernama Khairunisa, yang merupakan pramugari Air Asia," ucapnya.
Dua jenazah yang berhasil diidentifikasi lainnya adalah Hayati Lutfiah,
warga Surabaya dan Kevin Alexander. Sementara tiga jenazah lainnya
belum bisa diidentifikasi karena tidak ada identitas yang melekat.
"Selain itu kondisi tiga jenazah juga sudah mulai dalam kondisi rusak,"
katanya.
Setelah Jasad Teridentifikasi, Basarnas Serahkan ke Keluarga
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim bertugas
mengidentifikasi korban AirAsia QZ 8501 melalui pengujian DNA. Setelah
selesai, Basarnas akan menyerahkan ke keluarga.
"Setelah
teridentifikasi, tentu nanti secara administrasi diserahkan. Prosedurnya
tentu oleh pemerintah dari Basarnas akan diserahkan ke pihak keluarga,"
ujar Kapolri Jenderal Sutarman kepada wartawan di Mabes Polri, Jl
Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (31/12/2014).
Menurut Sutarman,
pihaknya menyiapkan dua tim DVI yakni di Pangkalan Bun dan RS
Bhayangkara Polda Jatim. Rencananya jenazah semuanya akan dibawa ke RS
Bhayangkara.
Tim DVI RS Bhayangkara, lanjut Sutarman, sudah
menyiapkan sampel DNA dari keluarga korban. "Diharapkan nanti saat
jenazah sudah sampai bisa teridentifikasi," ucap Sutarman.
Jenazah
yang berhasil dievakuasi hingga saat ini baru 6. Jenazah ditempatkan
sementara di KRI Bung Tomo yang berada di lokasi evakuasi.
Sonar KRI Bung Tomo Bantu Penemuan Puing AirAsia QZ8501
Komandan KRI Bung Tomo Letkol TNI AL Ashari menyatakan alat sonar
(sound navigation and ranging) di kapalnya telah membantu penemuan
puing-puing pesawat AirAsia QZ8501. Sonar ini mampu mendeteksi
keberadaan logam di dalam laut.
“Sonar ini sebuah alat saja. Kontak-kontak bawah air saja mencari
logam dan mencari benda lain,” kata Ashari di Lanud Iskandar,
Pangkalanbun, Kalimantan Tengah, Rabu (31/12).
“Kapal perang mampu operasi underwater (keunggulannya). Peralatan
yang kita punya salah satunya mampu mencari kapal selam dapat juga
digunakan mendeteksi AirAsia,” terang dia.
Namun, dia mengakui dalam evakuasi AirAsia QZ8501 tak mudah. Cuaca
yang buruk dan ombak yang tinggi memaksa para personel memutar otak.
“Hanya evakuasi punya teknik sendiri tergantung cuaca. Tidak bisa asal mencari,” pungkas dia.
UPDATE 1 JANUARI 2015
Hari Ini, Kemungkinan Evakuasi Terhambat Badai Jangmi
Proses pencarian korban AirAsia QZ8501 diperkirakan
akan sedikit terhambat. Hal ini disebabkan karena adanya Jangmi, badai
tropis, yang terjadi di Filipina.
"Dengan adanya badai, itu
mempengaruhi kecepatan angin Indonesia mulai dari sepanjang Laut Jawa,
bagian timur Bangka Belitung," ujar Bidang Penerbangan dan Maritim BMKG
Samsul Huda saat dihubungi CNN Indonesia, Rabu (31/12) malam.
Ia menerangkan, kecepatan angin di Indonesia akan sebesar 30-35 knot
selama tiga hari kedepan. Bahkan gelombang di Laut Jawa akan cukup
tinggi sekitar 2-3 meter.
"Iya, itu akan cukup mempersulit (di laut). Helikopter pun akan sulit," terangnya.
Oleh
sebab itu, ia menyarankan untuk melakukan pencarian pada saat kondisi
cuaca sedikit lebih tenang, demi keselamatan para tim penyelamat. Untuk
esok hari, Samsul menyarankan para tim penyelamat yang akan terbang dari
Jakarta menuju Pangkalan Bun sebaiknya berangkat diatas pukul 10.00
WIB, sebab diprediksikan esok pagi akan hujan.
"Kemungkinan besok
sangat berawan banyak. Tapi paginya diprediksikan akan hujan. Sebaiknya
berangkat agak siang, jam 11 atau 12," tuturnya.
Pagi tadi
pesawat Hercules pertama yang diterbangkan dari Pangkalan TNI AU di
Lanud Halim Perdanakusuma ke Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah kembali
lagi ke markas karena cuaca buruk.
Pesawat Hercules A-1319 yang
membawa 21 orang marinir, 11 personel PMI dan 12 kru ini seharusnya
mengantarkan tim PMI dan marinir untuk membantu penanganan evakuasi di
Pangkalan Bun lalu melesat kembali ke Sektor 5 pencarian untuk menyisir
wilayah. Namun, hujan deras yang mengguyur Pangkalan Bun membuat mereka
terpaksa harus kembali ke Jakarta.
Hari ke-5, Basarnas Belum Bisa Pastikan Posisi Badan AirAsia Akibat Cuaca Ekstrem
Deputi Potensi Basarnas, Marskal Muda
Sunarbowo Sandi, mengatakan, belum bisa memastikan posisi badan pesawat
AirAsia QZ8501 yang hilang di perairan Selat Karimata. Pencarian akan
dipercepat dengan banyaknya bantuan sonar dari berbagai negara sahabat.
"Kita
terus berkordinasi. Kita belum dapat laporan dari unsur laut. Kita
masih meraba-raba," katanya di crisis center, Lanud Iskandar, Pangkalan
Bun, Kalimantan Tengah, Kamis 1 Desember 2015.
Namun, menurutnya,
ada sedikit titik terang di mana ada temuan, seperti titik hitam di
lautan. Ia tidak bersedia menjelaskan apa titik hitam dan berada di
posisi mana.
"KRI Bung Tomo sedang menuju ke bayangan hitam. Kita tunggu laporannya," ujar jenderal bintang dua ini.
Basarnas
beserta SAR gabungan akan mempercepat proses pencarian di bawah laut.
Percepatan ini, setelah Basarnas mendapat bantuan pinjaman berupa sonar
dari berbagai negara.
"Seperti uang datang, tadi dari Singapura," terangnya.
Ia menjelaskan, banyak hambatan dalam pencarian di dasar laut dan tidak bisa disamakan dengan pencarian di darat.
"Banyak kendala, seperti cuaca, ombak dan arus yang bisa menggeser posisi badan pesawat," tambahnya
UPDATE 2 JANUARI 2015
KNKT Mulai Cari Kotak Hitam AirAsia QZ8501
Komite Nasional Keselamatan Transportasi akan mulai dilibatkan pada hari ini, Jumat (2/1/2015), untuk mencari black box alias kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501 di Selat Karimata, Kalimantan Tengah. Hal itu disampaikan Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI FHB Soelistyo, di kantor Basarnas, di Jakarta, Kamis (1/1/2015).
"Tim
KNKT sudah berada di Pangkalan Bun, sedang melakukan tugas. Dan mereka
besok (hari ini) akan kami berangkatkan untuk membantu menemukan black box atau flight recorder," kata Soelistyo.
Sejauh ini, tim yang tengah mencari pesawat nahas tersebut memang belum menemukan bagian tubuh pesawat AirAsia QZ 8501.
"Sampai saat ini belum ada. Dan saya sudah confirm belum ada yang memastikan itu," ujar Soelistyo.
Operasi
pencarian besar-besaran tengah dilakukan oleh tim gabungan di Selat
Karimata, tempat diduga pesawat berpenumpang 155 orang dan tujuh kru
tersebut diperkirakan jatuh. Beberapa jenazah dan serpihan pesawat mulai
ditemukan, meski badan utama pesawat yang diperkirakan berada di dasar
laut dengan kedalaman 25-30 meter itu belum ditemukan.
Sejauh
ini, sejumlah kapal yang dilengkapi alat untuk mendeteksi objek di bawah
air dan kapal yang dilengkapi sonar rencananya akan dioperasikan mulai
hari ini.
Ada pun, hingga Kamis malam, Basarnas telah mengambil 9
jenazah. Dari 9 jenazah, satu telah diidentifikasi bernama Hayati
Lutfiah Hamid. Sementara, 1 jenazah masih dalam proses identifikasi, 6
jenazah sudah dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya, dan 1 jenazah lainnya
berada di KRI Yos Sudarso.
Total 30 Jenazah Penumpang AirAsia QZ8501 Berhasil Dievakuasi
Hari keenam operasi pencarian penumpang pesawat AirAsia QZ 8501 yang dilakukan Badan SAR Nasional (Basarnas) dan tim gabungan membuahkan hasil.
Puluhan jenazah penumpang pesawat AirAsia berhasil dievakuasi pada hari keenam operasi pencarian.
"Sampai hari ini jumlah jenazah yang berhasil kita evakuasi berjumlah 30 jenazah," kata Kepala badan SAR Nasional (Kabasarnas) Marsekal Madya TNI F Henry Bambang Soelistyo di kantornya, Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (2/1/2015).
Soelistyo menuturkan, dari 30 jenazah tersebut delapan jenazah sudah diterbangkan dari Pangkalan Bun ke Surabaya. Sementara 10 jenazah saat ini dalam proses diterbangkan ke Surabaya dari Pangkalan Bun.
"Empat jenazah masih di Pangkalan Bun, tujuh jenazah masih di KRI Bung Tomo, satu jenazah di KD Pahang," tuturnya.
Masih kata Soelistyo, saat ini Basarnas dan juga tim gabungan masih melakukan usaha evakuasi tujuh jenazah dari KRI Bung Tomo untuk dibawa ke Pangkalan Bun. Menurutnya, masih tertahannya jenazah di tengah laut dikarenakan gelombang yang tinggi.
"Sampai detik ini tim masih berusaha keras melawan gelombang," tandasnya.
update 3 januari 2015
Penyelam Pencari Korban dan Kotak Hitam AirAsia QZ8501
Sebanyak 57 penyelam di Kapal Perang Republik
Indonesia (KRI) Banda Aceh akan mencari korban dan serpihan pesawat
AirAsia QZ8501, Sabtu (3/1/2015) siang. Sebuah briefing diberikan pada Jumat (2/1/2015) malam.
Kompas.com--reporter
Ihsanuddin--ada di kapal yang sama dengan para penyelam tersebut. Dalam
briefing, tim penyelam gabungan dari Komando Pasukan Katak (Kopaska),
Dinas Penyelam Bawah Air (Dislambair), dan Marinir ini bicara soal
strategi dan teknis penyelaman.
Observasi
"Pertama,
kita terjunkan tim untuk observasi terlebih dahulu," kata komandan tim
penyelam, Wido Dwi, di depan pasukan selam gabungan itu, di dek KRI
Banda Aceh. Tim observasi, ujar dia, bertugas mengevaluasi keadaan di
bawah air hingga memastikan secara tepat lokasi jatuhnya pesawat.
Saat
ini, kata Wido, ada tiga perkiraan lokasi jatuhnya pesawat yang membawa
162 penumpang dan kru itu. Koordinat pertama, sebut dia, adalah
03.54.48 lintang selatan dan 110.31.40 bujur timur, berdasarkan bayangan
pesawat yang dilihat dari Pesawat Hercules.
Titik koordinat
kedua adalah di 03.54.41 lintang selatan dan 110.31.07 bujur timur
berdasarkan sonar yang diterima oleh KRI Bung Tomo. Adapun titik
koordinat ketiga adalah di 03.55.52 lintang selatan dan 110.33.80 bujur
timur, yang berasal dari gabungan data sonar KRI Bung Tomo dan Kapal
Perang Amerika, US Sampson 102 yang mendeteksi bagian ekor pesawat.
"Kita
akan menggunakan koordinat yang terakhir karena sejauh ini diprediksi
paling akurat," tegas Wido. Jika puing pesawat ditemukan, kata dia, tim
observasi akan memasang tali untuk jalur masuk bagi penyelam
selanjutnya. Tim obeservasi juga akan mengambil gambar berupa foto dan
video untuk dokumentasi.
Tim observasi ini dibagi menjadi tiga
kelompok, dengan dua penyelam di masing-masing tim. Setiap tim akan
menyelam satu per satu di lokasi yang agak berjauhan. "Kalau tim pertama
yang terjun belum menemukan bangkai pesawat, kita geser lokasi sedikit
dan kita terjunkan tim kedua. Kalau belum ketemu juga, masih ada tim
ketiga," ujar Wido.
Evakuasi
Bila puing
pesawat ditemukan, lanjut Wido, penanganan selanjutnya menjadi tugas tim
evakuasi. Tugas utama tim yang masing-masing beranggotakan 5 orang
hingga 7 orang ini adalah mengangkat sebanyak-banyaknya jenazah.
Jenazah akan diapungkan ke atas permukaan air dengan menggunakan perangkat personal floating bag, yang disiapkan sebanyak 135 kantong.
Ketika
semua jenazah sudah terangkat, tim berikutnya yang akan turun aadlah
tim pencari kotak hitam pesawat. Perangkat berisi perekam data
pembicaraan di kokpit dan data penerbangan terebut merupakan prioritas
setelah pengangkatan semua korban, sebagai pembuka kunci tentang apa
yang sebenarnya terjadi pada pesawat itu.
Sesudah kotak hitam
ditemukan, lanjut Wido, barulah serpihan pesawat akan diangkut. Jika
serpihan tak terlalu besar, pengangkatan dilakukan dengan floating bag
yang bisa mengangkat beban berbobot 500 kilogram hingga 2 ton,
tergantung jenisnya. Setiap tim penyelam membawa lima kantong pengambang
itu dengan jenis yang berbeda-beda.
Standar keamanan
Briefing Wido berikutnya adalah soal standar keamanan. Semua penyelam, tegas dia, harus mematuhi standardisasi tersebut.
Para
penyelam diwajibkan memakai sarung tangan untuk mencegah penularan
penyakit atau infeksi kuman dalam kontak dengan jenazah korban. "Kalau
tangan kita lecet sedikit saja, darah (atau jaringan) korban bisa
masuk," kata dia.
Wido juga menyarankan para penyelam menggunakan
masker untuk menyamarkan bau menyengat dari jenazah. Dia pun mengatur
teknik komunikasi di antara para penyelam di bawah air dengan tim yang
ada di permukaan.
Setiap penyelam akan diikat dengan tali ke
permukaan. Selain untuk pengamanan, tali itu juga menjadi sarana
komunikasi. "Satu kali tarikan artinya oke, aman, dan positif. Dua kali
tarikan artinya bahaya. Empat kali tarikan artinya (penyelam) naik (ke
permukaan)," papar Wido.
Terakhir, Wido mewajibkan penyelam
untuk selalu bersama-sama selama di bawah air. Penyelam yang terpisah
dari rekan satu timnya, diwajibka untuk langsung naik ke permukaan.
"Lepas
dari partner, langsung naik, tidak ada toleransi! Kita adalah bagian
dari tim SAR (Search and Rescue), jangan sampai malah nantinya kita yang
di-SAR," tegas Wido.
Sabtu pagi
Pagi
ini, KRI Banda Aceh masih bersandar di lokasi yang berjarak sekitar 20
mil dari daratan Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Kapal ini sebelumnya
juga bertugas memindahkan jenazah yang ditemukan kapal pencari lain ke
daratan.
Jenazah-jenazah tersebut dibawa ke KRI Banda Aceh karena
di kapal ini ada sarana landasan berikut helikopter untuk menerbangkan
jasad-jasad itu ke daratan. Setelah semua jenazah dipindahkan dari kapal
ini, barulah pencarian puing kapal oleh para penyelam di KRI Banda Aceh
akan dilakukan.
Jarak antara lokasi kapal melepas jangkar pada
saat ini dengan koordinat lokasi pencarian adalah sekitar 50 mil.
Diperkirakan, butuh 4 jam untuk kapal bergeser ke lokasi itu. Briefing
Wido adalah semacam pengulang untuk memastikan tahap dan prosedur upaya
pencarian berlangsung optimal.
Total 30 Jenazah Korban AirAsia Ditemukan
Pencarian dan evakuasi korban pesawat
Air Asia QZ 8501 rute Bandar Udara Juanda, Sidoarjo, Jawa
Timur-Singapura pada hari ketujuh, Sabtu (3/1) menemukan sejumlah
keberhasilan.
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Ronny
Franky Sompie mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima dari
Kapolda Kalimantan Tengah, Brigjen Bambang Hermanu hingga pukul 18.00 di
wilayah Kalteng, sejumlah kegiatan telah dilakukan.
Pertama, kata Ronny, pukul 10.50 WIB,
delapan jenazah yang terdiri dari lima laki-laki dan tiga perempuan
telah dievakuasi. Tujuh di antaranya dari KRI Bung Tomo dan satu lainnya
KD Pahang Diraja Malaysia ke Pangkalan Udara Iskandar Pangkalan Bun
dengan menggunakan dua helikopter TNI Angkatan Laut.
"Selanjutnya dilaksanakan pembersihan
dan pemetian oleh Tim DVI (Disaster Victim Identification) Polda Kalteng
di RS Imanuddin, Pangkalan Bun," kata Ronny kepada JPNN, Sabtu (3/1)
malam.
Kemudian, kata Ronny, pada pukul 12.45
sebanyak 12 jenazah yang terdiri dari delapan laki-laki dan empat
perempuan telah diberangkatkan dari RS Imanuddin Pangkalan Bun menuju
Bandara Juanda, Surabaya.
"Dengan menggunakan Hercules TNI AU A1320," ungkap Ronny.
Dia mengatakan, total korban yang sudah
ditemukan sampai saat ini sebanyak 30 jenazah terdiri dari 17 laki-laki
dan 13 perempuan. Rinciannya laki-laki dewasa 16 orang, laki-laki yang
masuk kategori anak satu orang, perempuan dewasa 12 orang, dan perempuan
yang masuk kategori anak-anak satu orang.
"Hasil temuan KRI sebanyak 16 jenazah,
USS Sampson 12 jenazah dan Kapal Diraja Malaysia dua jenazah," katanya.
"Tiga puluh jenazah tersebut sudah dikirim ke RS Bhayangkara Surabaya,"
katanya.
UPDATE 4 JANUARI 2015
Tim DVI Kini Berpacu dengan Waktu Untuk Meng-Identifikasi Jenazah AirAsia QZ8501
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri menemui kesulitan dalam proses identifikasi jenazah penumpang pesawat AirAsia QZ8501.
DVI Polri
pun berpacu dengan waktu terhadap proses pembusukan jenazah penumpang.
Mengingat, proses pembusukan jenazah akan menyulitkan pengidentifikasian
jenazah.
"Kesulitan itu bertahap. Kita berlomba dengan waktu
mengikuti proses pembusukan," ujar Direktur Eksekutif DVI Polri
Komisaris Besar Jenderal Pol Anton Castelani di Posko Utama Pangkalan
Bun, Kalimantan Tengah, Sabtu (3/1/2015).
Kata Anton, DVI akan
lebih mudah melakukan identifikasi jika mendapatkan jenazah yang masih
belum terjadi proses pembusukan. Pihaknya juga tentu lebih mudah
mengidentifikasi jenazah jika mendapatkan data antemortem yang cukup
yang diberikan oleh pihak keluarga korban, seperti data atau informasi
berupa sampel DNA, data gigi geligi, dan data sidik jari.
Anton
mengatakan, DVI juga menggunakan alat khusus untuk mempercepat
pengidentifikasian pada sidik jari. Alat itu terintegrasi dengan
database e-KTP, sehingga dengan mudah mendapatkan informasi identitas
jenazah yang bersangkutan.
"Dengan hanya menempelkan jempol ke
alat itu sudah langsung ke luar identitas dari yang bersangkutan, di
mana kita bisa akses melalui database di e-KTP," ucap Anton.
Anton
menyatakan tidak ingin menjelaskan secara detail proses pembusukan yang
sudah terjadi pada jenazah yang teridentifikasi awal oleh DVI. Namun
yang pasti, proses pembusukan dimulai dari organ-organ dalam.
"Kemudian
setelah itu ada jaringan lunak lain, di mana pembusukan akan mengubah
kontur maupun konsistensi dari jaringan itu sendiri," ucap Anton.
UPDATE 7 JANUARY 2015
Jika Evakuasi Selesai, Santunan Asuransi Langsung Dibayarkan
Tak ada yang diharapkan keluarga penumpang selain kejelasan nasib
anggota keluarganya. Jika sudah meninggal, segera ditemukan jasadnya.
Jika ada keajaiban sehingga masih hidup, bisa diselamatkan
secepat-cepatnya.
Namun, keinginan terwujudnya semua harapan itu tidak membuat upaya
lain untuk memperingan beban derita diabaikan. Salah satunya ialah
memastikan adanya santunan dan pencairan dana asuransi atas penumpang
yang statusnya dipastikan meninggal. Kepastian tersebut akhirnya datang
dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kemarin (6/1).
Melalui Kepala Eksekutif untuk Industri Keuangan Nonbank Firdaus
Djaelani, OJK menegaskan bahwa seluruh klaim asuransi dari 155 penumpang
AirAsia QZ8501 yang mengalami kecelakaan pada Minggu (28/12) akan
dibayarkan pihak asuransi. ”Setiap keluarga penumpang berhak mendapatkan
santunan masing-masing Rp 1,25 miliar dari PT Jasa Indonesia (Jasindo)
dan PT Asuransi Sinar Mas yang bekerja sama dengan AirAsia,” tegas
Firdaus di kantor OJK kemarin.
Besaran santunan itu sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara.
Jadi, penumpang pesawat berhak mendapatkan santunan maksimal Rp 1,25
miliar jika kondisinya meninggal atau cacat total.
Selain mendapatkan asuransi resmi dari pihak AirAsia, ungkap Firdaus,
sekitar 25 penumpang ternyata membeli asuransi tambahan dari PT
Asuransi Dayin Mitra. ”Berdasar keterangan perusahaan, sebanyak sepuluh
penumpang mengambil asuransi untuk sekali penerbangan (
one way) dan sisanya sebanyak 15 orang untuk pulang pergi (
return),”
jelasnya. Pihak Dayin Mitra mengatakan, sepuluh penumpang tadi akan
mendapatkan santunan tambahan Rp 750 juta per orang, sedangkan 15 orang
lainnya masing-masing Rp 315 juta.
Tiga perusahaan asuransi di atas, lanjut Firdaus, siap membayarkan
santunan kematian kepada keluarga korban secepatnya. ”Diperkirakan
dibayarkan akhir bulan ini. Setelah identifikasi para korban selesai,”
ujar Firdaus. Dia menegaskan, sejauh ini tidak ada masalah apa pun. Uang
santunan sudah disiapkan. ”Tinggal tunggu keterangan Basarnas tentang
proses dan hasil evakuasi. Lalu verifikasi data ahli waris yang berhak
menerima dan seluruh prosesnya masih berlangsung. Kemungkinan akhir
bulan ini di Surabaya akan dilaksanakan upacara penyerahan santunan
kepada ahli waris,” tambahnya.
Soal pemberitaan di media bahwa terjadi permasalahan mengenai izin
terbang pesawat, yang mungkin akan mengakibatkan tidak dibayarkannya
klaim oleh perusahaan asuransi, Firdaus menegaskan bahwa penumpang tetap
memiliki hak untuk mendapatkan penggantian sesuai ketentuan. ”Penyebab
pasti kecelakaan
kan masih dalam penyelidikan, tapi yang jelas bukan karena dilarang terbang, terus jatuh
kan? Kalaupun penerbangannya ilegal, tidak jadi masalah. Karena dalam kasus ini penumpang tidak bersalah,” tandasnya.
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Hendrisman Rahim
mengungkapkan bahwa pihaknya berkomitmen segera menyelesaikan persoalan
pembayaran klaim santunan bagi korban kecelakaan AirAsia QZ8501. ”Yang
jelas, kami dari industri asuransi jiwa sudah sepakat, kalau ada
kejadian seperti ini, segera kami selesaikan pembayaran santunannya,”
tegas dia.
Pria yang juga menjabat direktur utama PT Asuransi Jiwasraya
(Persero) tersebut menjelaskan bahwa dalam persoalan itu, ada beberapa
penumpang yang telah menjadi pemegang polis perusahaan asuransi jiwa.
”Di Jiwasraya ada beberapa, di AIA ada juga, Allianz dan Prudential juga
ada. Tapi bukan polis yang dikaitkan dengan kecelakaan pesawatnya,
melainkan polis yang telah dibeli penumpang AirAsia tersebut yang wajib
dibayarkan santunannya,” urai Hendrisman.
Kini pihaknya tengah menyelesaikan seluruh proses verifikasi data
ahli waris yang berhak menerima santunan. ”Nah, kalau ada kemungkinan
ahli waris juga ikut jadi penumpang,
kan otomatis habis
tuh
ahli warisnya. Sekarang kami memang sedang urus itu semua. Nanti juga
diurus dengan notaris agar santunan diterima pihak ahli waris yang
berhak. Secepatnya sesuai anjuran OJK akan kami selesaikan,” paparnya.
Sementara itu, terkait santunan wajib kecelakaan dari PT Jasa
Raharja, Firdaus menerangkan, berdasar Peraturan Menteri Keuangan
37/PMK.010/2008 tentang Besar Santunan dan Iuran Wajib Dana
Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang Alat Angkutan Penumpang Umum di
Darat, Sungai Danau, Ferry/Penyeberangan, Laut dan Udara serta UU
1/2009 tentang Penerbangan, santunan hanya diberikan kepada penumpang
penerbangan untuk rute dalam negeri. ”Karenanya, penumpang QZ8501 tidak
mendapatkan jaminan asuransi kecelakaan penumpang karena masuk dalam
kategori penerbangan rute luar negeri,” ucapnya.
Pantau AirAsia, Kepala Basarnas Begadang dan Tidur di Kantor
Tim Gabungan dibawah komando Basarnas telah 10 hari menjalankan tugas
kemanusiaan menemukan dan melakukan proses evakuasi terhadap penumpang
dan pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Karimata.
Dibalik kerja keras Basarnas itu, sosok Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya FHB Soelistyo tak bisa dilupakan. Setiap saat dia harus melakukan koordinasi dan menjelaskan ke publik progres kinerja Basarnas.
Sebagai komando tertinggi di Basarnas tentu saja saat ini menjadi
hari-hari yang amat sibuk bagi Soelistyo. Bahkan, selama sepuluh hari
ini ia mengaku hanya tidur setiap hari tidak lebih dari dua jam. Itu pun
Soelistyo terpaksa harus tidur di kantornya.
Soelistyo menyebutkan, pola tidurnya berkurang selama proses
pencarian. Namun, ia tetap melaksanakan tugas dengan baik. Soelistyo
mengatakan ia baru bisa istirahat pada pukul 02.00 WIB karena terus
memantau perkembangan terkini di lapangan. Selain itu, ia harus
menyiapkan proses perencanaan untuk esok harinya setelah melakukan
evaluasi.
"Saya itu rata-rata selesai tugas malem itu antara jam 01.30 WIB dan
jam 02.00 WIB. Nanti jam 05.00 WIB atau setengah enam sudah bangun
lagi," cerita Soelistyo kepada wartawan di lantai 14 Kantor Basarnas,
Jakarta, Selasa (6/1/2015).
Selama proses pencarian, Soelistyo memilih tidur di kantor karena
tanggung jawab yang diembannya. Ia berupaya untuk memaksimalkan tugas
mulia tersebut agar operasi berjalan sukses. Saat ditanya awak media,
Soelistyo juga merasa kangen untuk berkumpul bersama keluarga.
"Ya pasti kangen dong, bapak ada anak, ada cucu ya pasti rasa itu ada
ya, meskipun saya militer tapi kalau keluarga ya ada rasa kangen,"jawab
Soelistyo.
Meski ia merasa kangen berkumpul bersama keluarga di rumah, rasa
kangennya sedikit terobati dengan kunjungan dari pihak keluarga. Dua
hari yang lalu keluarganya datang untuk melihat Soelistyo di lantai 14.
"Iyalah (terobati), karena saya udah punya cucu,"kata Soelistyo.
Selaman kunjungan, Soelistyo memanfaatkan waktu tersebut untuk
bersenda gurau bersama keluarga tercintanya. Bahkan, pihak keluarga
sangat memahai tugas yang diembannya dan mendukung Soelistyo untuk terus
menyelesaikan tugas.
UPDATE 9 JANUARI 2015
Cara Basarnas Angkat Ekor Pesawat AirAsia
Arus bawah laut yang mencapai 5 knot, menyulitkan Tim SAR untuk
mengangkat ekor pesawat AirAsia QZ 8501 yang berada di kedalaman 35
meter.
Sebab itu, Kepala Basarnas, Marsekal Madya, F Henry Bambang
Soelistyo, menyiapkan dua metode guna melakukan evakuasi. Teknik pertama
menggunakan floating balon, cara tersebut menurut Soelistyo, mampu
membuat ekor pesawat naik ke permukaan.
"Jadi nanti diikat agar bagian pesawat tersebut terangkat," jelasnya
di kantor Basarnas, Jalan Angkasa V, Kemayoran, Jakarta, Kamis
(8/1/2015).
Soelistyo menambahkan, cara lain yang bisa dipakai untuk mengangkat
badan pesawat adalah dengan menggunakan mesin crane yang dipasangkan di
salah satu kapal.
"Kita juga bisa pakai cara itu, kapalnya pakai milik TNI AL," imbuhnya.
Meski demikian, Soelistyo mengungkapkan bahwa ia menyerahkan
sepenuhnya cara pengambilan ekor pesawat pada tim di lapangan. Basarnas,
lanjut Soelistyo, sebisa mungkin menyiapkan peralatan serta
perlengkapan agar operasi berjalan cepat.
"Semua tergantung yang dilapangan, karena mereka yang tahu kebutuhannya," pungkasnya.
UPDATE 10 JANUARI 2015
Pengangkatan Ekor Pesawat AirAsia QZ8501
Hari ini Sabtu 10 Januari 2015, Tim gabungan TNI AL dan Basarnas akhirnya berhasil mengangkat sebagian ekor pesawat AirAsia QZ8501 dari dasar Selata Karimata. Penasaran dengan kronologis pengangkatan ekor pesawat AirAsia QZ8501 hari ini?
Tim gabungan menggunakan lifting bag atau semacam balon udara yang
diikatkan oleh para penyelam ke ekor pesawat, sehingga terangkat ke
atas.
Ekor AirAsia Diangkat, Ini Kronologis Pengangkatan Ekor Pesawat AirAsia QZ8501
Upaya tersebut telah dilakukan selama berhari-hari, namun baru sukses
dilakukan pagi tadi. Proses selanjutnya adalah pengangkatan ekor ke
kapal, lantas dibawa ke daratan. Berikut kronologi pengangkatan ekor
AirAsia yang dirilis Dinas Penerangan TNI AL:
06.00 WIB: Penyelaman mulai dilakukan. Tahap 1 hingga tahap 4.
10.12 WIB: Pengisian udara sebanyak 6 balon.
11.14 WIB: Penyelaman kelima pengangkatan ekor pesawat. Diver mulai menyelam.
11.31 WIB: Diver tiba di permukaan.
11.40 WIB: Penyelaman keenam pengangkatan ekor pesawat. Diver mulai menyelam.
11.48 WIB: Diver tiba di permukaan.
Ekor AirAsia Diangkat, Ini Kronologis Pengangkatan Ekor Pesawat AirAsia QZ8501
11.50 WIB: Lifting bag muncul ke permukaan dan puing ekor proses
terangkat ke permukaan sambil dibantu penarikan menggunakan tali tros
kapal.
12.20 WIB: Bangkai ekor pesawat muncul di permukaan. Proses penarikan mendekat buritan kapal Crest Onyx.
Kotak Hitam Tidak Ada di Tempatnya
Setelah dilakukan pemeriksaan ekor pesawat di atas kapal Crest Onyx, ternyata kotak hitam atau black box sudah tidak berada di tempatnya pada ekor pesawat.
"Sebenarnya kami tidak bisa membaca di mana posisi black box itu secara eksak," kata Panglima TNI, Jenderal Moeldoko dalam jumpa pers di Lanud Iskandar, Pangkalan Bun, Kalteng, Sabtu (10/1/2015) petang.
Moeldoko menyampaikan keterangan pers usai memimpin operasi pencarian dan pengangkatan ekor pesawat ke kapal Crest Onyx milik SKK Migas. Selain Moeldoko, turut hadir dalam jumpa pers, yakni Direktur Operasional Basarnas, Marsekal Pertama SB Supriyadi; Ketua KNKT Tatang Kurniadi dan beberapa pejabat TNI dan Polri.
Menurut Moeldoko, anak buahnya dari unsur TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara telah melaksanakan tugas bantuan pencarian korban dan ekor pesawat.
Setelah ekor pesawat ditemukan, maka komponen pesawat tersebut ia serahkan ke pihak Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). "Tadi telah dilakukan upacara kecil, penyerahan," ujarnya.
Meski ekor pesawat sudah terangkat dan tanpa ada temuan black box, Moeldoko meyakinkan anak buahnya akan tetap membantu proses pencarian black box, korban hingga badan utama pesawat.
"Saya sudah sampaikan ke Pangarmabar untuk memerintahkan kepada prajurit penyelam untuk mencari. Beberapa penyelam itu sudah ada yang 'nempel' di kapal KN Jadayat. Itu nanti bisa ditambahkan lagi, karena personel yang ada di sana sudah cukup istirahat," ujarnya.
Ekor pesawat AirAsia QZ8501 menjadi benda paling dicari karena didalamnya terdapat kotak hitam atau black box berisi data penerbangan pesawat tersebut sebelum jatuh di Selat Karimata pada 28 Desember 2014 lalu. Hari itu, pesawat dari maskapai penerbangan Malaysia itu mengangkut 162 orang tujuan Surabaya-Singapura.
Sementara itu, hasil informasi yang diterima Tatang Kurniadi dari pihak Basarnas, bahwa benar black box tidak ditemukan di ekor pesawat yang sudah dievakuasi ke atas kapal Crest Onyx. "Ternyata nggak ada. Berati black box itu di tempat lain," ujarnya. Supriyadi juga membenarkan informasi tersebutm "Pasti sudah tidak ada lagi," ujarnya.
Menurut Supriyadi, sinyal 'ping' dari ULB yang ada di black box tertangkap oleh pinger ditector dari kapal KN Jadayat yang berada di sekitar lokasi temuan ekor pesawat. Sinyal tersebut menjadi petunjuk kemungkinan black box masih ada di dasar laut. "Sumber ping itu ada di 1 Km arah Tenggara kapal KN Jadayat," ujarnya.
UPDATE 13 JANUARI 2015
Ditemukan dan Diangkatnya Black Box FDR AirAsia
Panglima TNI Jenderal Moeldoko menegaskan, black box atau kotak hitam pesawat AirAsia QZ8501
berhasil ditemukan. Namun, baru Flight Data Recorder (FDR) atau rekaman
data penerbangan saja, sedangkan Cockpit Voice Recorder (CVR) atau
rekaman suara di kokpit belum ditemukan.
Moeldoko mengungkap,
penemuan black box FDR AirAsia berawal dari pencarian Tim Penyelam TNI
AL sejak 2 hari lalu, atas penemuan sinyal oleh KN Jadayat. Kemudian
pada pencarian hari ke-3, penyelam akhirnya berhasil menemukan kotak
berwarna oranye itu.
"Saya akan jelaskan pada saat kita angkat
ekor ada informasi dari KN Jadayat bahwa ada frekuensi kuat bahwa di
lokasi black box sebenarnya," ujar Moeldoko di perairan Laut Jawa, Senin
(12/1/2015).
"Akhirnya kita lakukan pencarian dari titik KRI Banda Aceh ke lokasi itu dengan jarak 1,7 KM ke barat," sambung dia.
Setelah
itu, kata Moeldoko, pihaknya meminta pihak KN Jadayat mendalami sinyal
tersebut. Barulah TNI AL dikerahkan ke lokasi penemuan sinyal data
rekaman penerbangan ini.
"Setelah itu kita dalami ke sana,
kondisinya berada di puing-puing karena arus kuat kita tarik penyelam.
Informasi berikutnya sinyal lemah akhirnya prajurit kita cabut," ungkap
Moeldoko.
Sementara Komandan SAR Laut Laksamana Pertama Abdul
Rasyid melanjutkan, setelah KNKT memastikan bagian black box tersebut,
barulah penyelam pagi tadi mencari kembali dan menemukan barang
tersebut.
"Setelah KNKT memastikan, kami kemudian melakukan
pendalaman. Setelah pendalaman, penyelaman yang dikerahkan tadi pagi
pada pukul 05.33, penyelam pada pukul 07.55 menemukan apa yang kita cari
(black box FDR AirAsia)," pungkas Rasyid
Kepala Basarnas Akan Temui Keluarga Penumpang AirAsia di Surabaya
Untuk pertama kali FHB Soelistyo akan keluar dari kantornya di Jalan
Angkasa, Jakarta Pusat. Kepala Basarnas itu rencananya akan meluncur ke
Surabaya untuk bertemu keluarga penumpang AirAsia QZ 8501.
"Ke Surabaya besok jam setengah dua siang. Sore hari kami akan bertemu
dengan keluarga penumpang," kata FHB Soelistyo saat ditemui wartawan di
kantor Basarnas Jalan Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin
(12/1/2015).
Kata Soelistyo, maksud dari tujuannya menyambangi keluarga penumpang
sebagai bentuk pertanggungjawaban Basarnas kepada keluarga korban.
Selain itu juga ia akan menjelaskan kondisi dan hasil pencarian yang
telah berlangsung selama dua pekan ini.
Namun, sebelum terbang ke Surabaya ia dijadwalkan menyambangi Gedung DPR untuk melakukan pertemuan dengam Komisi V DPR RI.
"Pagi jam 09.30 bertemu dengan Komisi V untuk bahas progres pencarian dan evakuasi yang tengah dilakukan," ungkapnya.
ALB
Basarnas Tetap Lanjutkan Pencarian Penumpang AirAsia dalam Operasi Harian
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya FH Bambang
Soelistyo mengatakan operasi pencarian korban pesawat AirAsia QZ 8501
tetap akan dilakukan meski Basarnas nantinya menghentikan operasi
pencarian ini.
Menurut Soelistyo, sesuai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Pencarian dan Pertolongan, batas waktu pencarian korban dalam suatu
bencana atau kecelakaan adalah tujuh hari. Namun, batas waktu tersebut
bisa diperpanjang sesuai dengan hasil analisis dan evaluasi yang
dilakukannya.
"Kalau di UU pencarian korban itu operasi pokoknya tujuh hari, tapi
setelah itu saya bisa mengevaluasi memperpanjang. Itu analisa kami,"
ujar Soelistyo saat jumpa pers di Kantor Basarnas, Kemayoran, Jakarta
Pusat, Senin (12/1/2015).
Soelistyo mengungkapkan sebelum menghentikan operasi pencarian
korban, pihaknya akan berbicara terlebih dahulu dengan keluarga korban.
Basarnas, lanjut Prasetyo tidak ingin menyakiti hati para keluarga
korban yang hilang sejak pesawat itu jatuh pada 28 Desember 2014.
"Ya sebenarnya ya (sebelum) langkah itu (penghentian operasi)
dilakukan, saya harus ketemu keluarga korban dulu. Berbicara dengan
mereka pakai hati, kemudian baru kami koordinasi," ungkap Soelistyo.
Sebelumnya, hingga hari ke-16 operasi pencarian dan evakuasi korban,
tim SAR gabungan baru berhasil mengevakuasi 48 jenazah dari 155
penumpang dan tujuh awak pesawat.
Di mana sebanyak 32 jenazah berhasil diidentifikasi oleh tim DVI
Polri dan sudah diserahkan ke pihak keluarga, kecuali dua warga negara
Korea Selatan yang masih berada di kontainer pendingin.
Keluarga Mulai Stress Mayoritas Penumpang AirAsia Belum Ditemukan
Tim family asistensi bentukan Polda Jawa Timur mengatakan kondisi
keluarga korban AirAsia QZ 8501 saat ini mulai mengalami stress dengan
tak kunjung ditemukannya seluruh keluarga mereka. Apalagi, black box
yang menjadi kunci dari tragedi ini juga tak kunjung bisa diangkat.
"Seluruh keluarga saat ini masih menunggu dan masih dalam pantauan kami,
kita juga selalu antisipasi karena memang ada beberapa yang mulai stres
dan frustasi," kata Ajun Komisaris Polisi M Mujib Ridwan, koordinator
Family Asistensi Keluarga Penumpang AirAsia, Senin (12/1/2015).
Menurut dia, beberapa psikolog saat ini juga terus diterjunkan untuk
memberikan pendampingan. Para psikolog ini menjaga agar stres dan
frustasi yang mulai dialami keluarga tidak berujung pada depresi.
Untuk menjaga para keluarga agar tak depresi, kepolisian juga selalu
berhati-hati memberikan setiap perkembangan proses pencarian bagi
keluarga mereka.
Secara bertahap, basarnas juga selalu memberikan ubdate proses pencarian
dan memastikan hingga saat ini masih ada harapan untuk bisa menemukan
keluarga mereka.
Sementara itu, hingga saat ini, dari 155 penumpang dan 7 kru AirAsia QZ
8501, memang baru 48 yang sudah ditemukan. Dari jumlah ini, yang sudah
teridentifikasi dan sudah diserahkan pada pihak keluarga sebanyak 32
orang.
update 14 januari 2015
Misteri Penyebab Jatuhnya AirAsia QZ8501 Segera Terkuak
Misteri penyebab jatuhnya Pesawat AirAsia QZ 8501 di Selat Karimata akan segera terkuak.
Misteri
itu diyakini dapat diungkap dengan dua alat canggih yang ada dalam
kotak hitam AirAsia QZ 8501 dan telah berhasil ditemukan serta
diserahkan ke Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).
Dua alat canggih itu bernama
Flight Data Recorder (FDR) dan
Cockpit Voice Recorder (CVR).
FDR
AirAsia yang berisi data-data penerbangan ditemukan pada Minggu 11
Januari 2015 lalu, di sekitar lokasi ditemukannya sayap Pesawat Air Asia
di koordinat 3 derajat 37'43" S 109 derajat 42' 40.8T Selat Karimata,
Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.
Sementara itu, CVR yang berisi
rekaman percakapan ditemukan pada kordinat 03 derajat, 20 menit, 33
detik, lintang selatan dan 109 derajat, 42 menit, 71 derajat bujur
timur.
Posisi CVR saat ditemukan berdekatan dengan mesin pesawat dan di antara puing pesawat yang sudah tertutup lumpur.
Kedua
benda yang ditemukan tim penyelam TNI AL itu kini sudah berada di
Kantor KNKT untuk dibuka dan diproses guna mendapatkan hasil rekaman
data dan suara FDR dan CVR.
Ketua Tim Penyidik KNKT, Mardjono
Siswosuwarno, menjelaskan CVR AirAsia QZ8501 adalah alat perekam antara
kapten pilot dengan kopilot.
"Untuk CVR, merekam suara kapten dan kopilot, kokpit dengan
Air Trafic Controller
(Pemandu Lalu Lintas Udara), suara-suara yang terdengar di kokpit, dan
pengumuman pramugari kepada penumpang," kata Mardjono dalam konferensi
pers di kantor KNKT di Jakarta, Senin 12 Januari 2015 lalu.
Dia
memaparkan, CVR berfungsi merekam suara-suara di kokpit selama dua jam
perjalanan pesawat AirAsia QZ8501. "Jadi, semua terekam di situ,"
ujarnya.
Ia menambahkan, kedua data dari CVR dan
flight data recorder (FDR)
dicocokkan untuk mengetahui isi pembicaraannya. "Misalnya, kita ketemu
lintasan terbang, di situ kita bisa mensinkronisasi apa yang sedang
dibicarakan. Kita tidak boleh meleset satu detik pun," tuturnya.
Sedangkan FDR merupakan bagian dari kotak hitam pesawat yang berfungsi merekam seluruh data penerbangan.
Namun, untuk mendapatkan hasil dari proses data FDR dan CVR
membutuhkan waktu cukup lama. Meski demikian, dipastikan data FDR dan
CVR dapat menjadi bahan untuk mengungkap penyebab jatuhnya AirAsia
QZ8501.
Badan AirAsia QZ8501 Ditemukan
Setelah lebih dari dua pekan dicari, badan
Pesawat AirAsia QZ8501 ditemukan di dasar laut Selat Karimata, dekat
Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Kepastian ditemukannya badan AirAsia
QZ 8501 didapatkan dari hasil rekaman foto yang berhasil diabadikan alat
canggih bernama ROV (remotely operated vehicle) milik Kapal Angkatan
Laut Singapura, MV Swift Rescue.
Sebuah tulisan dalam gambar yang
didapatkan dan dijadikan patokan bahwa itu adalah badan AirAsia QZ8501
ialah tulisan berukuran besar bertuliskan "Now Everyone...".
Tulisan itu merupakan bagian dari moto yang selalu diterakan pada semua badan Pesawat AirAsia, Now Everyone Can Fly (Kini Semua Orang Bisa Terbang).
Badan
pesawat AirAsia QZ8501 ditemukan bersama dengan salah satu sayapnya di
dasar laut berkedalaman lebih dari 30 meter di Perairan Selat Karimata.
"Sayapnya
masih menempel pada bagian bodi. Ukuran badan pesawat yang ditemukan
berdimensi 30x10x3 meter," kata Kepala Badan SAR Nasional, FHB Soelistyo
kemarin sore, Rabu 14 Januari 2015.
Penemuan badan pesawat ini sudah ditunggu-tunggu keluarga korban dan masyarakat Indonesia.
Sebab, Basarnas sempat mengeluarkan dugaan bahwa masih ada korban yang terjebak dalam badan pesawat.
"Kita menduga masih ada korban yang berada di bagian besar badan pesawat," papar Kabarsarnas.
Hingga
hari ini, Kamis 15 Januari 2015, masih terdapat 112 orang yang belum
ditemukan dalam tragedi jatuhnya AirAsia QZ 8501 rute Surabaya-Singapura
itu.
Sejauh ini, tim SAR gabungan baru berhasil menemukan 50 korban dalam kondisi meninggal.
Kini
masyarakat Indonesia berharap, 112 orang yang hilang bisa ditemukan di
badan pesawat sesuai dengan arti dari petunjuk yang tertera di badan
pesawat "Now Everyone" yang berarti dalam bahasa Indonesia "Kini Semua
Orang".
UPDATE 16 JANUARI 2015
Kokpit AirAsia Ditemukan 500 Meter dari Badan Pesawat
Side scene sonar kapal riset MGS Geosurvey menangkap objek kokpit pesawat AirAsia QZ8501 di Laut Jawa dekat Selat Karimata, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, Jumat (16/1/2015).
"Baru hasil side scene sonar, hasilnya mungkin diperkirakan itu
kokpot. Posisinya menancap di lumpur, sebagian body-nya (kokpit)
menancap," ujar Direktur Operasional Basarnas Marsekal Pertama SB
Supriyadi di Posko Pencarian dan Evakuasi, Lanud Iskandar, Pangkalan
Bun.
Menurutnya, temuan side scene sonar kapal ini belum bisa
terkonfirmasi selama belum terlihat kasat mata. Karena ini, saat ini tim
penyelam tengah melakukan penyelaman menuju lokasi temuan kokpit.
"Posisinya 500 meter dari lokasi temuan badan pesawat," terangnya.
Evakuasi jasad-jasad yang diduga terjebak di dalam badan Pesawat AirAsia QZ 8501 dipastikan tidak semudah yang diperkirakan.
Karena
penyelam yang nantinya dikerahkan untuk mengevakuasi jasad harus
menghadapi berbagai rintangan yang dapat membahayakan nyawa mereka.
Rintangan
yang bakal dihadapi penyelam di antaranya: arus bawah laut yang kuat,
benda tajam yang ada di badan pesawat serta keterbatasan waktu
penyelaman.
Kepala Satuan Kelaikan Material dari Komando Armada
RI Kawasan Timur, Kolonel Laut Birawa Budi Juana memaparkan, ada
beberapa rencana yang telah disiapkan tim penyelam dalam proses
evakuasi.
"Evakuasi jasad dari badan pesawat tidak mudah dan
berbahaya untuk itu kita siapkan tiga rencana evakuasi," kata Kolonel
Birawa saat diwawancarai tvOne, Jumat 16 Januari 2015.
Rencana pertama yaitu, mengevakuasi satu per satu jasad yang ditemukan di badan pesawat ke permukaan laut.
"Penyelam turun dan masuk ke badan pesawat lalu membawa satu demi satu jasad," katanya.
Cara
ini sangat mungkin dilakukan, tapi cukup sulit karena diperkirakan
lubang untuk evakuasi jasad di badan pesawat cukup kecil.
"Bisa
saja kita perbesar lubang tapi kita terbatas waktu karena penyelam tidak
bisa terlalu lama berada di dasar laut," kata dia.
Rencana
kedua, mengapungkan badan pesawat ke permukaan laut seperti yang
dilakukan saat mengevakuasi ekor pesawat beberapa waktu lalu.
"Penyelam
memasang balon dan semua alat untuk mengapungkan badan pesawat, tapi
sebelumnya dibutuhkan evaluasi bobot dan kondisi badan pesawat,"
ujarnya.
Rencana ketiga, evakuasi dari lubang di tengah badan
pesawat. "Bagian tengah badan pesawat dilubangi untuk memudahkan
mengevakuasi jasad yang terjebak di tengah badan pesawat," tuturnya.
Ketiga rencana ini akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi di lokasi badan pesawat.
Badan Pesawat AirAsia Diangkat, Akan Banyak Jenazah Ditemukan
Memasuki hari ke-19 operasi pencarian
korban dan bangkai pesawat Air Asia masih belum juga berhasil menemukan
jenazah baru. Hal yang sama sudah terjadi sejak tiga hari terakhir.
Pencarian korban psesawat Air Asia QZ8501 oleh tim Badan SAR Nasional
(Basarnas) masih tetap nihil.
Kondisi ini membuat ruang Posko
identifikasi Dokkes DVI yang berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Sultan Imanuddin Pangkalan Bun kembali sepi. Kendati sepi aktivitas,
pihak RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan Bun kembali menetapkan status
siaga satu mulai sejak kemarin.
Pasalnya, direncanakan hari ini badan
pesawat yang diduga didalamnya berisi jenazah korban akan diangkat
kedaratan oleh Basarnas.
Direktur RSUD Sultan Imanuddin Pangkalan
Bun dr Suyuti Syamsul mengakui, jika saat ini pihaknya kembali
menetapkan status siaga satu untuk penanganan kedatangan jenazah baru.
Karena sesuai informasi dari Basarnas,
kata dia, dalam waktu dekat diperkirakan akan banyak ditemukan jenazah
korban di dalam badan pesawat yang kondisinya saat ini masih berada di
dasar laut.
“Adanya informasi itu lah, kami bersama
tim DVI Polda Kalteng kembali mempersiapkan diri. Untuk stanby menerima
jenazah baru itu jika nanti telah dievakuasi kemudian dibawa ke RSUD
Sultan Imanuddin ini,” kata Suyuti seperti yang dilansir Kalteng Pos
UPDATE 18 JANUARY 2015
Evakuasi Badan Pesawat Libatkan TNI - AL
Upaya
pengangkatan badan pesawat AirAsia QZ8501 mulai dilaksanakan kemarin
(17/1). Pengangkatan tampaknya menggunakan opsi pertama. Yakni,
melibatkan TNI-AL seperti proses pengangkatan ekor pesawat.
Sabtu
kemarin peralatan pendukung dikirim ke KRI Banda Aceh yang berada di
Selata Karimata. Ada juga tiga helikopter milik TNI-AL yang siaga di
Pangkalan Udara Iskandar.
Panglima Armada RI Kawasan Barat (Armabar) Laksamana Muda (Laksda) TNI
Widodo langsung turun ke lokasi. Dia tiba di Lanud Iskandar sekitar
pukul 11.55 dengan disambut petinggi jajaran TNI. Termasuk jajaran dari
Basarnas yang siaga di posko tersebut.
Sesampai di Lanud Iskandar, Widodo langsung masuk ke ruangan perwira. Di
tempat tersebut terjadi perbincangan antara Widodo dan pejabat tinggi
TNI serta Basarnas. Tidak lebih dari 15 menit kemudian, Widodo bersama
beberapa anggota TNI-AL keluar ruangan dan menuju helikopter Bell-412.
Turut mengantar, antara lain, Direktur Operasional Basarnas Supriyadi,
Komandan Pusat Penerbangan Angkatan Laut Laksamana Pertama Sigit
Setiyanta, serta perwakilan dari Lanud Iskandar. Widodo berangkat ke KRI
Banda Aceh untuk menyaksikan langsung proses penyelaman dan
pengangkatan logam yang diduga kuat badan pesawat.
Direktur Operasional Basarnas Supriyadi mengatakan, pengangkatan
dilakukan dengan menyelam ke bawah dan menaikkan pesawat dengan
menggunakan balon udara. Penyelaman dilaksanakan dengan mempertimbangkan
cuaca. "Kami belum tahu hasil terakhir dari tim di lapangan," ucapnya.
Memang, berdasar prosedur yang ditetapkan, penyelaman dimulai pukul
06.00 hingga 11.00. Namun, informasi dari kru di KRI Banda Aceh, tidak
ada penyelaman sama sekali. Ketinggian ombak mencapai 2 meter. Kecepatan
arus di bawah laut 1,7 knot hingga 2 knot. "Kami di sini hanya
melakukan koordinasi," ucap salah seorang perwira di kapal tersebut.
Hingga tadi malam, Widodo masih bermalam di KRI Banda Aceh. Menurut
rencana, hari ini dilakukan penyelaman kembali. Kini lebih dari 110
penyelam dari TNI-AL, Basarnas, dan relawan siaga di KRI tersebut. "Kami
sudah siaga sejak awal. Tinggal pelaksanaan saja," imbuh Supriyadi.
Sebelumnya, Kabasarnas F.H.B. Soelistiyo mengatakan, ada tiga opsi untuk
pengangkatan badan pesawat. Yakni, melibatkan TNI-AL seperti
pengangkatan ekor, menggunakan crane dan kapal tunda sekaligus ponton,
serta mendatangkan balon udara. Untuk penggunaan crane dan kapal tunda,
Basarnas akan dibantu penyelam tradisional.
UPDATE 19 JANUARY 2015
Dua Mayat Ditemukan di Dekat Bodi AirAsia QZ 8501
Dua penumpang AirAsia QZ8501 kembali ditemukan oleh tim gabungan Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas).
Hal ini disampaikan oleh Kepala Humas Basarnas, Dianta Bangun, di Kantor Basarnas, Jakarta, Minggu (18/1/2015).
"Berdasarkan informasi di lapangan tadi pagi ketemu dua penumpang di area dekat pencarian bodi pesawat," kata Bangun.
Hingga saat ini, dua penumpang yang berhasil ditemukan oleh tim
gabungan telah berada di KRI Sibolga. Sebelumnya, tim gabungan berusaha
untuk memindahkan dua penumpang dengan menggunakan helicopter.
Namun, cuaca buruk membuat tim belum bisa memindahkan dua penumpang tersebut ke pangkalan terdekat.
"Tadi siang coba mengevakuasi pakai helikopter, namun terkendala cuaca buruk," kata Bangun.
Bangun menegaskan, saat ini tim gabungan belum bisa memastikan adanya penumpang di sekitar badan pesawat.
Menurut dia, adanya penumpang lain di sekitar badan pesawat masih sebatas dugaan.
Hingga
berita ini diturunkan, total penumpang yang berhasil dipindahkan oleh
tim gabungan berjumlah 53 penumpang selama 22 hari operasi pencarian.
Dari total itu, tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim telah berhasil mengindentifikasi 45 jenazah
UPDATE 26 JANUARI 2015
[UPDATE HARI KE 29] Jumlah Total Jenazah #AirAsia #QZ8501Teridentifikasi~
Penyelam Sulit Hitung Sisa Jenazah AirAsia, Berdasarkan laporan tim penyelam, bagian badan pesawat terlihat sudah hancur dan banyak kabel berserakan. "Penyelam juga berusaha menyingkirkan serpihan dan rongsokan yang ada di kabin sehingga nantinya bagian dalam badan pesawat bisa terlihat, termasuk kemungkinan adanya jenazah lain," kata dia.
tim evakuasi akan kembali melakukan penyelaman besok pagi untuk mencari sisa korban. Sejauh ini, kata dia, proses pengangkatan pesawat yang jatuh di perairan Selat Karimata pada 28 Desember 2014 itu masih tetap akan diupayakan.
"Tim penyelam di KRI Banda Aceh sudah minta disiapkan kapal tongkang. Mungkin tidak lama lagi mereka akan mengangkat badan pesawat," kata Supriyadi.
Di wilayah evakuasi, telah disiagakan empat kapal yaitu KRI Banda Aceh, KRI Teluk Sibolga, KRI Soputan, dan Crest Onyx. Sebanyak 73 penyelam juga diterjunkan dalam selama evakuasi berlangsung.
-Jumlah Total teridentifikasi adalah 50 jenazah
-Jumlah Jenazah ditemukan 70
dari 162 orang yang berada di pesawat.
Dengan demikian, masih ada 92 penumpang dan awak pesawat AirAsia QZ8501 yang belum diketahui keberadaan dan nasibnya.
Basarnas memperkirakan sebagian besar korban masih berada di dalam badan pesawat nahas tersebut.
Jenazah Korban AirAsia Nyaris Sulit Dikenali
Tim Disaster Victim Identification (DVI) Kepolisian Daerah Jawa Timur (Polda Jatim) bekerja ekstra keras mengungkap identitas korban Air Asia QZ 8501. Pasalnya, jenazah yang diterima nyaris dalam kondisi sulit dikenali.
"Hampir semua korban yang kita terima dalam beberapa hari ini kondisi rusak parah, korban tidak bisa dikenali lagi," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Awi Setiyono di Surabaya, Minggu (25/1/2015).
Pada Sabtu (24/1/2015) kemarin, RS Bhayangkara Polda Jatim menerima enam jenazah korban AirAsia yang diterbangkan dari Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Namun kondisi fisik keenam jenazah itu rusak parah.
Awi mengaku kondisi itu mempersulit DVI untuk mengidentifikasi keenam jenazah. Sebab data primer jenazah minim, misalnya gigi. Lantaran itu, DVI mengandalkan pemeriksaan melalui sampel DNA.
"Sudah tidak ada jalan lain kecuali hanya mengandalkan DNA untuk mengungkap identitas korban," katanya.
Memasuki hari ke 29 pascakecelakaan AirAsia QZ8501, jenazah yang baru datang kemarin, akan dilakukan pemeriksaan metode primer dan sekunder, yaitu ante mortem dan post mortem. Namun itu tak mudah dilakukan pada satu keluarga yang meninggal dalam kecelakaan tersebut.
Tapi, Awi menegaskan DVI terus bekerja keras melakukan identifikasi mencari jejak DNA sebagai pembanding pada pihak keluarga korban. "Kalau bagian tubuh itu masih menyisakan sidik jari, bisa dikenali identititasnya termasuk untuk gigi. Kalau rambut masih belum rontok itu bisa dilakukan pemeriksaan postmortem," ujarnya.
Untuk mempermudah melakukan identifikasi, tim DVI Polda Jatim menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, baik itu Puskesmas, rumah sakit, dokter gigi maupun Pemerintah Kota Surabaya untuk mencari jejak keluarga korban.
Hingga berita ini diturunkan, DVI sudah mengidentifikasi 50 jenazah dan menyerahkannya ke keluarga korban. Masih ada 19 jenazah yang tengah diidentifikasi. Sementara 193 penumpang dan kru pesawat masih dalam proses pencarian di lokasi AirAsia QZ8501 jatuh di Selat Karimata, Kalimantan Tengah.
Update 3 February 2015
Lima jasad korban AirAsia QZ8501 ditemukan di badan pesawat
Kepala Basarnas Bambang Soelistyo mengatakan lima jenazah dalam kondisi terjebak di badan pesawat.
"Ada
empat yang ditemukan, kemudian ada satu lagi yang ditemukan, total
jenazah yang sudah ditemukan mencapai 82 jenazah," jelas Bambang kepada
BBC Indonesia.
Bambang mengatakan upaya pencarian masih akan terus
dilakukan di lokasi badan pesawat dan juga di perairan Majene Sulawesi
Barat.
"Seperti yang sudah saya sampaikan pencarian akan terus
dievaluasi per minggu, apakah akan diteruskan atau tidak," jelas
Bambang.
Sekitar enam jenazah telah ditemukan di lokasi yang
berjarak sekitar 400 kilometer dari badan pesawat di Selat Karimata
Kalimantan Tengah.
Kenapa Jenasah Korban AirAsia #QZ8501 Mengapung Hingga Majene, Selat Makassar ?~
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Majene, Sulawesi Barat
menyebutkan bahwa angin monsun yang bertiup kencang dari barat ke timur
peraiaran Indonesia menyebabkan jenazah dan serpihan pesawat AirAsia
terseret gelombang hingga menyebar ke perairan Teluk Mandar dan Selat
Makassar.
Dugaan tersebut disampaikan setelah
melihat adanya tujuh jenazah dan puluhan serpihan pesawat yang
ditemukan warga di perairan Mamuju Tengah, Mamuju, Majene, Pinrang
hingga ke Parepare sejak lima hari terakhir.
Kepala BMKG Majene
Setiawan mengatakan angin monsun yang bertiup kencang dari barat ke
timur menyebabkan jenazah dan serpihan pesawat AirAsia QZ8501 dengan
cepat terseret gelombang.
"Jenazah dan serpihan AirAsia
terseret akibat pertemuan angin monsun dan gelombang di perairan
Baturoro hingga jenazah dengan cepat terdorong angin dan gelombang
hingga ke perairan Majene dan sekitarnya," kata Setiawan, Minggu
(1/2/2015).
Gelombang tinggi disertai angin kencang menyebabkan
muara angin dan gelombang bertemu di perairan Baturoro hingga mendorong
jenazah dan serpihan pesawat.
BMKG memperkirakan seluruh jenazah maupun serpihan pesawat yang sudah sebulan lebih itu telah merapat ke pantai.
UPDATE 13 FEBRUARY 2014
Untuk Optimalkan Pencarian, Basarnas Mendirikan Posko di Tujuh Daerah di Sulawesi
Basarnas mendirikan posko di tujuh daerah di tiga provinsi di Pulau
Sulawesi. Dari sejumlah posko tersebut, ada posko baru yaitu Kabupaten
Donggala, Sulawesi Tengah. Pendirian posko baru ini dilakukan setelah
banyaj ditemukan serpihan pesawat di perairan wilayah tersebut.
Enam
posko lainnya tersebar di Sulawesi Barat yaitu di Kabupaten Polman,
Kota Mamuju, Kabupaten Majene, dan Kabupaten Mamuju Tengah. Dua posko
lainnya terletak di Sulawesi Selatan yaitu Kota Makassar dan Kota
Parepare.
“Total posko kini ada tujuh,” ujar Kepala Seksi Operasi Basarnas Makassar, Deden Ridwansyah, Selasa (10/2/2015).
Sementara
posko induk yang semula ada di Kabupaten Majene menjadi ke Kota
Parepare. Langkah ini diambil karena dalam beberapa hari terakhir jasad
korban serta puing pesawat Air Asia QZ8501 banyak ditemukan di pesisir
pantau Kabupaten Barru, Kabupaten Pinrang, dan Kota Parepare.
“Tapi, tidak berarti pencarian di Kabupaten Majene berhenti, operasi tetap dilakukan,” jelas Deden menegaskan.
UPDATE 07 MARET 2015
UPDATE 01 DESEMBER 2015
Hasil Akhir Investigasi KNKT Soal Jatuhnya AirAsia QZ8501
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengumumkan hasil investigasi jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di perairan Selat Karimata, dekat Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, pada 28 Desember 2014.
Ketua Tim Investigasi AirAsia QZ8501, Marjono Siswosuwarno menjelaskan kronologi jatuhnya pesawat yang menangkut 162 penumpang dengan dua pilot, empat awak kabin, dan 156 penumpang termasuk seorang engineer.
“Pada 28 Desember 2014, sebuah pesawat Airbus A320 yang dioperasikan PT. Indonesia AirAsia dalam penerbangan dari Bandara Juanda, Surabaya berangkat pukul 05.35 WIB menuju Bandara Changi, Singapura dengan ketinggian jelajah 32 ribu kaki di atas permukaan laut,” ujarnya di Kantor KNKT, Gedung Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat, Selasa (1/12).
Dalam penerbangan pimpinan penerbangan (captain pilot) yang bertindak sebagai pilot monitoring dan Co-pilot bertindak sebagai Pilot Flying ini diperkirakan tiba di Singapura pada pukul 08.36 waktu setempat (07.36 WIB).
Marjono menjelaskan, sejak pukul 06.01 WIB, Flight Data Recorder (FDR) mencatat terjadi 4 kali aktivasi tanda peringatan yang disebabkan terjadinya gangguan pada sistem Rudder Travel Limiter (RTL). Gangguan ini mengaktifkan Electronic Centralized Aircraft Monitoring (ECAM).
Tiga gangguan awal yang muncul pada sistem RTL, lanjutnya, ditangani awak pesawat sesuai dengan intruksi ECAM, dan gangguan pada sisten RTL bukanlah suatu yang membahayakan penerbangan. Usai tiga gangguan awal yang muncul, terjadi gangguan keempat yang terjadi pada pukul 06.15 WIB. FDR, kata dia,
mencatat penunjukan berbeda dengan tiga gangguan sebelumnya, namun masih menunjukan kesamaan dengan kejaidan pada 25 Desember 2014 saat pesawat masih di darat ketika Circuit Breaker (CB) dari Flight Augmentation Computer (FAC) direse
Hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan pesawat AirAsia QZ8501 Surabaya-Singapura yang ditemukan jatuh ke laut pada Desember 2014, mengalami stall berkepanjangan.“Arus listrik putus, menyebabkan autopilot disengage, flight control logic berubah dari normal lawke alternate law. Kondisi ini mengakibatkan pesawat berguling (roll) mencapai sudut 54 derajat,” kata Kepala Subkomite Kecelakaan Udara KNKT Kapten Nurcahyo Utomo dalam konferensi pers di Gedung Kementerian perhubungan, Jakarta, Selasa (1/12).“Pengendalian pesawat selanjutnya secara manual pada alternate law oleh awak pesawat telah menempatkan pesawat dalam kondisi ‘upset’ dan ‘stall’ secara berkepanjangan sehingga berada di luar batas-batas penerbangan yang dapat dikendalikan oleh awak pesawat,” ujar Tatang.
references by:
kompas, viva, metrotvnews, tribun news, bangka pos, sindonews, detik, medan bisnis, liputan6, suara pembaruan, tempo, medan daily, timlo, viva, CNN indonesia, jpnn, jawapos, aktual pos, republika