Komposisi infrastruktur yang memadai diperlukan untuk menunjang aktifitas sebuah perusahaan. Apalagi untuk sebuah perusahaan jasa keuangan salah satunya adalah bank, hal ini tak bisa dianggap remeh. Perangkat yang dibutuhkan harus secanggih mungkin agak tak bisa dibobol.
Baca Artikel Lainnya
- Kronologi TNI Tembaki Polisi Lampung
- Jadwal Libur Panjang Idul Fitri 2025
- Sejak Kapan Gas Elpiji LPG 3KG Diberi Label Hanya Untuk Masyarakat Miskin?
- Data Angka Bunuh Diri Indonesia Terus Meningkat
- Bukalapak TutupLapak Karena Kalah Saing, Akankah Tokopedia Menyusul?
- ARTI CONSIGNEE REFUSE TO PAY COD SHIPMENT/SHIPMENT FEE JNE
- Velg Mutakin Buatan Mana?
- Terlalu Banyak Aturan, Penjual Seller Memilih Tak Berjualan Di Tokopedia
- Kenapa Shopee Tidak Bisa Ubah atau Ganti Jasa Kurir Ekspedisi?
- Windows 10 Pensiun 2025, Bersiap Beli PC/Laptop Baru Untuk Windows 11
- Penyebab Jumlah Penonton Live Shopee Menurun?
- Penyebab Akun Ini Tidak Dapat Lagi Menggunakan Whatsapp Karena Spam
- Facebook Meta Ramai-Ramai Jadi "Lapangan Kerja Baru", Data Apa Yang Sebenarnya Mereka Kumpulkan?
- Ridwan Kamil Difitnah Lisa Mariana Jadi Selingkuhannya
Namun tidak seperti yang tejadi di Bangladesh, dimana sebuah bank menggunakan router dengan harga tidak sampai Rp200 juta. Alhasil bank ini mengalami kerugian cukup besar. Dilansir dari BBC, Senin (25/4/2016), dikatakan bahwa bank sentral di Bangladesh merugi hingga Rp1 triliun. Hal ini karena bank tersebut menggunakan router murahan pada jaringan yang menghubungkan ke jaringan keuangan global. Bukan hanya menggunakan router murah, dikatakan juga bahwa router yang dibeli adalah bekas.
Kerugian yang mencapai Rp1 triliun disebabkan oleh para hacker. Kasus yang terjadi pada bulan Februari lalu, para hacker berhasil masuk ke jaringan utama bank sentral Bangladesh melalui router murahan tersebut. Lalu mereka mengirimkan sejumlah uang ke beberapa rekening.
Aksi hacker bisa ketahuan oleh pihak bank gara-gara salah dalam pengejaan nama saat hendak mengirimkan uang, sehingga membuat aksi ini diketahui oleh pihak bank. Kabarnya, para peretas ini mentargetkan pencurian hingga senilai 1 miliar USD, namun karena diketahui oleh pihak bank, mereka hanya mampu mengambil 81 juta USD atau setara dengan Rp1 triliun.
Setelah dilacak, uang yang dicuri tersebut kabarnya dikirimkan ke beberapa rekening di Filipina yang rata-rata menuju ke tempat judi atau kasino. Hingga saat ini, sebagian uang tersebut kabarnya belum pulih dan masih dalam tahap penyeledikan.
Pakar keamanan bank dari berbagai negara pun mengatakan hal yang sama, dimana seharusnya bank ini setidaknya menggunakan perangkat router yang lebih terjamin dengan mengeluarkan uang yang tidak seberapa.
Kerugian yang mencapai Rp1 triliun disebabkan oleh para hacker. Kasus yang terjadi pada bulan Februari lalu, para hacker berhasil masuk ke jaringan utama bank sentral Bangladesh melalui router murahan tersebut. Lalu mereka mengirimkan sejumlah uang ke beberapa rekening.
Aksi hacker bisa ketahuan oleh pihak bank gara-gara salah dalam pengejaan nama saat hendak mengirimkan uang, sehingga membuat aksi ini diketahui oleh pihak bank. Kabarnya, para peretas ini mentargetkan pencurian hingga senilai 1 miliar USD, namun karena diketahui oleh pihak bank, mereka hanya mampu mengambil 81 juta USD atau setara dengan Rp1 triliun.
Setelah dilacak, uang yang dicuri tersebut kabarnya dikirimkan ke beberapa rekening di Filipina yang rata-rata menuju ke tempat judi atau kasino. Hingga saat ini, sebagian uang tersebut kabarnya belum pulih dan masih dalam tahap penyeledikan.
Pakar keamanan bank dari berbagai negara pun mengatakan hal yang sama, dimana seharusnya bank ini setidaknya menggunakan perangkat router yang lebih terjamin dengan mengeluarkan uang yang tidak seberapa.
refverences by sindonews
