Baca Artikel Lainnya
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan hingga awal tahun 2017 cuaca ekstrem masih akan terjadi. Puncak musim hujan pun diperkirakan akan terjadi pada Januari-Februari 2017.
Potensi kejadian cuaca ekstrem ini patut diwaspadai karena akan meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor. Di samping itu, beberapa kejadian cuaca di sejumlah wilayah yang menimbulkan bencana selain disebabkan curah hujan tinggi karena konveksi yang bersifat lokal, pengaruh daya dukung dan kondisi lingkungan setempat juga turut mempengaruhi.
Kepala BMKG Andi Eka Sakya mengatakan, jika faktor monsun dingin, dipole mode dan suhu permukaan laut menghangat terjadi dan berkombinasi maka kondisi seperti yang terjadi di 2016 ini masih akan berlangsung di awal tahun mendatang. "Saat ini La Nina sesungguhnya berada dalam kondisi normal dan dampaknya tidak terlalu signifikan. Namun karena ada dipole mode, suhu laut kita panas dan badai tropis regional menambah hujan lebat bersifat lokal," katanya di Jakarta, Jumat (28/10).
Ia mengungkapkan, kejadian banjir bandang di Garut 20 September 2016, banjir di Bandung 24 Oktober 2016, dan banjir Gorontalo 25 Oktober 2016 umumnya dipicu hujan intensitas tinggi karena proses konvektif lokal. Kondisi atmosfer tidak stabil disebabkan masih hangatnya suhu muka laut, kelembaban udara tinggi, pertemuan dan belokan angin serta perlambatan kecepatan angin.
Andi menjelaskan pada akhir Oktober 2016, curah hujan tinggi berpeluang terjadi di wilayah pesisir selatan Sumatera, Kalimantan Barat bagian barat dan timur serta sebagian besar Papua. Sementara itu untuk hujan sedang hingga lebat masih berpeluang pada 28 Oktober-1 November 2016 di Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jabodetabek, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat dan Papua.
Aktifnya monsun dingin Asia pada akhir November menyebabkan potensi intensitas hujan meningkat di beberapa kawasan sekitar Indonesia.
Untuk mendekatkan informasi cuaca ke masyarakat, BMKG meluncurkan website BMKG yang telah diperbarui. Aplikasi ini dapat diunduh di App Store (iOS) dan Google Play Store (Android).
"BMKG melakukan inovasi untuk mempercepat akses dengan memperbaharui web. Website BMKG ini berpenampilan lebih dinamis dan disajikan dalam dua bahasa Indonesia dan Inggris," jelasnya.
Selain informasi cuaca, web BMKG juga menyajikan informasi gempa bumi terkini dan kualitas udara PM10.
references by beritasatu
Follow @A_BlogWeb
Potensi kejadian cuaca ekstrem ini patut diwaspadai karena akan meningkatkan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor. Di samping itu, beberapa kejadian cuaca di sejumlah wilayah yang menimbulkan bencana selain disebabkan curah hujan tinggi karena konveksi yang bersifat lokal, pengaruh daya dukung dan kondisi lingkungan setempat juga turut mempengaruhi.
Kepala BMKG Andi Eka Sakya mengatakan, jika faktor monsun dingin, dipole mode dan suhu permukaan laut menghangat terjadi dan berkombinasi maka kondisi seperti yang terjadi di 2016 ini masih akan berlangsung di awal tahun mendatang. "Saat ini La Nina sesungguhnya berada dalam kondisi normal dan dampaknya tidak terlalu signifikan. Namun karena ada dipole mode, suhu laut kita panas dan badai tropis regional menambah hujan lebat bersifat lokal," katanya di Jakarta, Jumat (28/10).
Ia mengungkapkan, kejadian banjir bandang di Garut 20 September 2016, banjir di Bandung 24 Oktober 2016, dan banjir Gorontalo 25 Oktober 2016 umumnya dipicu hujan intensitas tinggi karena proses konvektif lokal. Kondisi atmosfer tidak stabil disebabkan masih hangatnya suhu muka laut, kelembaban udara tinggi, pertemuan dan belokan angin serta perlambatan kecepatan angin.
Andi menjelaskan pada akhir Oktober 2016, curah hujan tinggi berpeluang terjadi di wilayah pesisir selatan Sumatera, Kalimantan Barat bagian barat dan timur serta sebagian besar Papua. Sementara itu untuk hujan sedang hingga lebat masih berpeluang pada 28 Oktober-1 November 2016 di Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jabodetabek, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku, Papua Barat dan Papua.
Aktifnya monsun dingin Asia pada akhir November menyebabkan potensi intensitas hujan meningkat di beberapa kawasan sekitar Indonesia.
Untuk mendekatkan informasi cuaca ke masyarakat, BMKG meluncurkan website BMKG yang telah diperbarui. Aplikasi ini dapat diunduh di App Store (iOS) dan Google Play Store (Android).
"BMKG melakukan inovasi untuk mempercepat akses dengan memperbaharui web. Website BMKG ini berpenampilan lebih dinamis dan disajikan dalam dua bahasa Indonesia dan Inggris," jelasnya.
Selain informasi cuaca, web BMKG juga menyajikan informasi gempa bumi terkini dan kualitas udara PM10.
references by beritasatu