Baca Artikel Lainnya
Google kini memanfaatkan data offline pengguna. Sesuai laporan Daily Mail, data-data ini nantinya digunakan untuk iklan mereka. Bagaimana privasi pengguna yang seakan kian tergerus?
Sebelumnya Google memanfaatkan data online pengguna. Seperti apa yang mereka telusuri di Google Search, email apa yang mereka terima di inbox (Gmail), atau video apa yang mereka tonton di Youtube.
Dengan data-data tersebut Google bisa menyarankan iklan yang sesuai dengan konten yang sedang pengguna nikmati. Misalkan saja Anda menelusuri konten jual beli ponsel bekas, maka bisa dipastikan iklan dari Toko Bagus atau Berniaga akan nongol.
Nah kini Google tengah menyasar ke data offline pengguna. Apa saja yang mereka beli di ‘darat’, Google saat ini tengah mencoba untuk menelusuri datanya. Pertanyaanya sekarang, dari mana Google memeroleh data-data tersebut?
Ternyata Google mendapatkannya dari data yang diunggah oleh para retailer (pengecer) tentang pembelian offline konsumen. Rencananya Google akan menggunakan data-data ini untuk menampilkan iklan yang lebih bertarget.
Dengan demikian Google bisa mengetahui atau lebih ekstrim mengawasi tingkah laku apa saja yang dilakukan pengguna di keyboard maupun di mall. Google mengistilahkan dengan tingkat penggabungan informasi konsumen offline dengan kecerdasan online.
“Metrik digital bulanan pengguna telah dilakukan secara online adalah sebuah gambaran yang tak lengkap bilamana tanpa didukung data dari dunia nyata (offline). Untuk menangkap koversi yang ‘hilang’ tersebut, kami mengumumkan versi beta terbuka Conversion API untuk mengunggah konversi offlie secara otomatis,” tulis Google di Google DoubleClick Bog.
Jim Edwards dari Business Insider memberikan sebuah pengandaian. Bilamana pengguna membeli sebuah kaos di mall menggunakan kartu kredit, maka ia akan melihat iklan-iklan kaos serupa di Google beberapa hari kemudian.
“Misalkan saja Anda membeli T-Shirt GAP di mall. Mungkin lusa Anda akan melihat iklan-iklan online GAP di Google,” ujarnya.
Lantas bagaimana dengan privasi pengguna? Apakah tak tersandera dengan fitur ini? Sayangnya Google tak menjelaskan lebih lanjut. Jangankan Google, pemerintah AS pun bahkan pernah meminta paksa 8.000 data informasi pengguna di awal tahun ini pada raksasa internet tersebut. (sidomi)
Dengan data-data tersebut Google bisa menyarankan iklan yang sesuai dengan konten yang sedang pengguna nikmati. Misalkan saja Anda menelusuri konten jual beli ponsel bekas, maka bisa dipastikan iklan dari Toko Bagus atau Berniaga akan nongol.
Nah kini Google tengah menyasar ke data offline pengguna. Apa saja yang mereka beli di ‘darat’, Google saat ini tengah mencoba untuk menelusuri datanya. Pertanyaanya sekarang, dari mana Google memeroleh data-data tersebut?
Ternyata Google mendapatkannya dari data yang diunggah oleh para retailer (pengecer) tentang pembelian offline konsumen. Rencananya Google akan menggunakan data-data ini untuk menampilkan iklan yang lebih bertarget.
Dengan demikian Google bisa mengetahui atau lebih ekstrim mengawasi tingkah laku apa saja yang dilakukan pengguna di keyboard maupun di mall. Google mengistilahkan dengan tingkat penggabungan informasi konsumen offline dengan kecerdasan online.
“Metrik digital bulanan pengguna telah dilakukan secara online adalah sebuah gambaran yang tak lengkap bilamana tanpa didukung data dari dunia nyata (offline). Untuk menangkap koversi yang ‘hilang’ tersebut, kami mengumumkan versi beta terbuka Conversion API untuk mengunggah konversi offlie secara otomatis,” tulis Google di Google DoubleClick Bog.
Jim Edwards dari Business Insider memberikan sebuah pengandaian. Bilamana pengguna membeli sebuah kaos di mall menggunakan kartu kredit, maka ia akan melihat iklan-iklan kaos serupa di Google beberapa hari kemudian.
“Misalkan saja Anda membeli T-Shirt GAP di mall. Mungkin lusa Anda akan melihat iklan-iklan online GAP di Google,” ujarnya.
Lantas bagaimana dengan privasi pengguna? Apakah tak tersandera dengan fitur ini? Sayangnya Google tak menjelaskan lebih lanjut. Jangankan Google, pemerintah AS pun bahkan pernah meminta paksa 8.000 data informasi pengguna di awal tahun ini pada raksasa internet tersebut. (sidomi)