Baca Artikel Lainnya
Awal bulan berikutnya Sang Ibu memikul
sekantong beras dan masuk kedalam kantin. Pegawas seperti biasanya
mengambil sekantong beras dan menimbangnya dan dengan alis mengerut
seraya berkata "Masih dengan beras yang sama, tak peduli jenis beras
apapun yang ibu berikan kami akan terima tapi jenisnya harus dipisah".
"Jangan dicampur bersama, kalau tidak maka beras yang dimasak tidak bisa
matang sempurna". "Selanjutnya kalau begini lagi, maka saya tidak bisa
menerimanya".
Sang Ibu sedikit takut dan berkata "Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini, jadi harus bagaimana"?
Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata "Ibu punya beberapa hektar tanah, sehingga bisa menamam bermacam-macam jenis beras". Menerima pertanyaan seperti itu Sang Ibu tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Awal bulan ketiga, Sang Ibu datang kembali kesekolah dengan membawa sekantong beras lagi. Sang pegawas kembali marah-marah dengan kata2 kasar "Kamu sebagai Ibu, mengapa begitu keras kepala, kenapa membawa beras yang sama lagi, bawa pulang saja berasmu itu!".
Dengan berlinang air mata Sang Ibu pun berlutut didepan pengawas tersebut dan berkata "Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapatkan dari mengemis". Setelah mendengar kata Sang Ibu, pengawas itu kaget dan tak bisa berkata apa2 lagi. Sang Ibu terzebut duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.
Sang Ibu berkata lagi "Saya menderita rematik stadium akhir, bahkan untuk berjalan aja susah apalagi untuk bercocok tanam". Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja di sawah". Tapi saya melarang dan memintanya bersekolah lagi".
"Setiap hari pagi2 buta, dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi ke kampung sebelah untuk mengemis". Sampai hari sudah gelap, pelan2 kembali kerumah". Sampai awal bulan, semua beras yang terkumpul saya serahkan ke sekolah ini".
Tanpa disadari air mata pengawas itu pun mulai mengalir, kemudian menuntun Sang Ibu dari lantai dan berkata "Bu, sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan bagi keluarga ibu". Sang Ibu buru2 menolak dan berkata "Jangan, kalau anakku tahu, bahwa Ibunya pergi mengemis untuk sekolahnya, maka itu menghancurkan harga dirinya dan itu akan menggangu sekolahnya". Saya sangat terharu atas kebaikan ibu, tapi tolong jaga rahasia ini baik2".
Sang Ibu sedikit takut dan berkata "Ibu pengawas, beras dirumah kami semuanya seperti ini, jadi harus bagaimana"?
Pengawas itu pun tidak mau tahu dan berkata "Ibu punya beberapa hektar tanah, sehingga bisa menamam bermacam-macam jenis beras". Menerima pertanyaan seperti itu Sang Ibu tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Awal bulan ketiga, Sang Ibu datang kembali kesekolah dengan membawa sekantong beras lagi. Sang pegawas kembali marah-marah dengan kata2 kasar "Kamu sebagai Ibu, mengapa begitu keras kepala, kenapa membawa beras yang sama lagi, bawa pulang saja berasmu itu!".
Dengan berlinang air mata Sang Ibu pun berlutut didepan pengawas tersebut dan berkata "Maafkan saya bu, sebenarnya beras ini saya dapatkan dari mengemis". Setelah mendengar kata Sang Ibu, pengawas itu kaget dan tak bisa berkata apa2 lagi. Sang Ibu terzebut duduk diatas lantai, menggulung celananya dan memperlihatkan kakinya yang sudah mengeras dan membengkak.
Sang Ibu berkata lagi "Saya menderita rematik stadium akhir, bahkan untuk berjalan aja susah apalagi untuk bercocok tanam". Anakku sangat mengerti kondisiku dan mau berhenti sekolah untuk membantuku bekerja di sawah". Tapi saya melarang dan memintanya bersekolah lagi".
"Setiap hari pagi2 buta, dengan kantong kosong dan bantuan tongkat pergi ke kampung sebelah untuk mengemis". Sampai hari sudah gelap, pelan2 kembali kerumah". Sampai awal bulan, semua beras yang terkumpul saya serahkan ke sekolah ini".
Tanpa disadari air mata pengawas itu pun mulai mengalir, kemudian menuntun Sang Ibu dari lantai dan berkata "Bu, sekarang saya akan melapor kepada kepala sekolah, supaya bisa diberikan sumbangan bagi keluarga ibu". Sang Ibu buru2 menolak dan berkata "Jangan, kalau anakku tahu, bahwa Ibunya pergi mengemis untuk sekolahnya, maka itu menghancurkan harga dirinya dan itu akan menggangu sekolahnya". Saya sangat terharu atas kebaikan ibu, tapi tolong jaga rahasia ini baik2".
