Baca Artikel Lainnya
Apa sebenarnya makna kaya dan sukses menurut manusia?
Kekayaan merupakan tema yang menarik diperbincangkan. Sedikit sekali penghuni dunia bernama manusia ini yang tidak ingin kaya dalam hidupnya. Hidup kaya bisa dikatakan impian setiap orang. Kesuksesan orang baru diakui kalau dia sudah menjadi orang kaya. Keberhasilan pendidikan juga sering dilihat dari sejauh mana hasil pendidikan itu dapat mengantarkan peserta didiknya menjadi orang kaya.
Lawan dari kaya adalah miskin. Orang disebut kaya karena memiliki banyak harta. Yang minim harta, itu miskin namanya. Dengan begitu, kekayaan selalu identik dengan segala hal yang berbau materi atau benda. Memiliki rumah megah, uang banyak, mobil berderet, pakaian necis, dan tanah luas adalah di antara simbol orang kaya. Orang miskin berarti kebalikan dari semua itu.
Banyaknya harta tidak pernah akan ada puncaknya. Di atas orang kaya, selalu ada orang yang lebih kaya. Di sini berlaku rumus relativitas. Fulan yang tergolong orang kaya di sini, belum tentu kaya di sana. Fulanah yang termasuk miskin di suatu tempat, justru dia orang paling kaya di tempat lain. Demikian pula seterusnya. Tegasnya, tidak ada orang yang paling kaya, sebagaimana juga tidak ditemukan orang yang paling miskin
Imam As-Syafii rahimahullah berkata :
Qona'ah dalam bahasa kita adalah "nerimo" dengan apa yang ada. Yaitu sifat menerima semua keputusan Allah. Jika kita senantiasa merasa nerima dengan apa yang Allah tentukan buat kita, bahkan kita senantiasa merasa cukup, maka sesungguhnya apa bedanya kita dengan raja dunia. Kepuasan yang diperoleh sang raja dengan banyaknya harta juga kita peroleh dengan harta yang sedikit akan tetapi dengan hati yang qona'ah.
Bahkan bagitu banyak raja yang kaya raya ternyata tidak menemukan kepuasan dengan harta yang berlimpah ruah… oleh karenanya sebenarnya kita katakan "Jika Anda memiliki hati yang senantiasa qona'ah maka sesungguhnya Anda lebih baik dari seorang raja di dunia".
Kalimat qona'ah merupakan perkataan yang ringan di lisan akan tetapi mengandung makna yang begitu dalam. Sungguh Imam As-Syafi'i tatkala mengucapkan bait sya'ir diatas sungguh-sungguh dibangun di atas ilmu yang kokoh dan dalam.
Seseorang yang qona'ah dan senantiasa menerima dengan semua keputusan Allah menunjukkan bahwa ia benar-benar mengimani taqdir Allah yang merupakan salah satu dari enam rukun Iman.
Ibnu Batthool berkata
وَغِنَى النَّفْسِ هُوَ بَابُ الرِّضَا بِقَضَاءِ اللهِ تَعَالىَ وَالتَّسْلِيْم لأَمْرِهِ، عَلِمَ أَنَّ مَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ للأَبْرَارِ، وَفِى قَضَائِهِ لأوْلِيَائِهِ الأَخْيَارِ
Orang yang qona'ah benar-benar telah mengumpulkan banyak amalan-amalan hati yang sangat tinggi nilainya. Ia senantiasa berhusnudzon kepada Allah, bahwasanya apa yang Allah tetapkan baginya itulah yang terbaik baginya. Ia bertawakkal kepada Allah dengan menyerahkan segala urusannya kepada Allah, sedikitnya harta di tangannya tetap menjadikannya bertawakkal kepada Allah, ia lebih percaya dengan janji Allah daripada kemolekan dunia yang menyala di hadapan matanya.
Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata ;
إِنَّ مِنْ ضَعْفِ يَقِيْنِكَ أَنْ تَكُوْنَ بِمَا فِي يَدِكَ أَوْثَقُ مِنْكَ بِمَا فِي يَدِ اللهِ
"Sesungguhnya diantara lemahnya imanmu engkau lebih percaya kepada harta yang ada di tanganmu dari pada apa yang ada di sisi Allah" (Jami'ul 'Uluum wal hikam 2/147)
Orang yang qona'ah tidak terpedaya dengan harta dunia yang mengkilau, dan ia tidak hasad kepada orang-orang yang telah diberikan Allah harta yang berlimpah. Ia qona'ah… ia menerima semua keputusan dan ketetapan Allah. Bagaimana orang yang sifatnya seperti ini tidak akan bahagia..???!!!
Allah berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl : 97)
Ali bin Abi Tholib radhiallahu 'anhu dan Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :الحَيَاةُ الطَّيِّبَةُ الْقَنَاعَةُ Kehidupan yang baik adalah qona'ah (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir At-Thobari dalam tafsirnya 17/290)
Renungkanlah bagaimana kehidupan orang yang paling bahagia yaitu Nabi kita shallallahu 'alahi wa sallam…sebagaimana dituturkan oleh Aisyah radhiallahu 'anhaa:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ لِعُرْوَةَ ابْنَ أُخْتِي إِنْ كُنَّا لَنَنْظُرُ إِلَى الْهِلَالِ ثُمَّ الْهِلَالِ ثَلَاثَةَ أَهِلَّةٍ فِي شَهْرَيْنِ وَمَا أُوقِدَتْ فِي أَبْيَاتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَارٌ فَقُلْتُ يَا خَالَةُ مَا كَانَ يُعِيشُكُمْ قَالَتْ الْأَسْوَدَانِ التَّمْرُ وَالْمَاءُ إِلَّا أَنَّهُ قَدْ كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِيرَانٌ مِنْ الْأَنْصَارِ كَانَتْ لَهُمْ مَنَائِحُ وَكَانُوا يَمْنَحُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَلْبَانِهِمْ فَيَسْقِينَا
Aisyah berkata kepada 'Urwah, "Wahai putra saudariku, sungguh kita dahulu melihat hilal kemudian kita melihat hilal (berikutnya) hingga tiga hilal selama dua bulan, akan tetapi sama sekali tidak dinyalakan api di rumah-rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam". Maka aku (Urwah) berkata, "Wahai bibiku, apakah makanan kalian?", Aisyah berkata, "Kurma dan air", hanya saja Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki tetangga dari kaum Anshoor, mereka memiliki onta-onta (atau kambing-kambing) betina yang mereka pinjamkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk diperah susunya, maka Rasulullahpun memberi susu kepada kami dari onta-onta tersebut" (HR Al-Bukhari no 2567 dan Muslim no 2972)
Dua bulan berlalu di rumah Rasulullah akan tetapi tidak ada yang bisa dimasak sama sekali di rumah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam. Makanan beliau hanyalah kurma dan air.
Rumah
beliau sangatlah sempit sekitar 3,5 kali 5 meter dan sangat sederhana.
'Athoo' Al-Khurosaani rahimahullah berkata : "Aku melihat rumah-rumah
istri-istri Nabi terbuat dari pelepah korma, dan di pintu-pintunya ada
tenunan serabut-serabut hitam. Aku menghadiri tulisan (keputusan)
Al-Waliid bin Abdil Malik (khalifah tatkala itu) dibaca yang
memerintahkan agar rumah istri-istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
dimasukan dalam areal mesjid Rasululullah. Maka aku tidak pernah melihat
orang-orang menangis sebagaimana tangisan mereka tatkala itu (karena
rumah-rumah tersebut akan dipugar dan dimasukan dalam areal mesjid-pen).
Aku mendengar Sa'iid bin Al-Musayyib berkata pada hari itu :
واللهِ لَوَدِدْتُ أَنَّهُمْ تَرَكُوْهَا عَلَى حَالِهَا يَنْشَأُ نَاشِيءٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ وَيَقْدُمُ الْقَادِمُ مِنَ الأُفُقِ فَيَرَى مَا اكْتَفَى بِهِ رَسُوْلُ اللهِ فِي حَيَاتِهِ فَيَكُوْنُ ذَلِكَ مِمَّا يُزَهِّدُ النَّاسَ فِي التَّكَاثُرِ وَالتَّفَاخُرِ
"Sungguh demi Allah aku sangat berharap mereka membiarkan rumah-rumah Rasulullah sebagaimana kondisinya, agar jika muncul generasi baru dari penduduk Madinah dan jika datang orang-orang dari jauh ke kota Madinah maka mereka akan melihat bagaimana kehidupan Rasulullah, maka hal ini akan menjadikan orang-orang mengurangi sikap saling berlomba-lomba dalam mengumpulkan harta dan sikap saling bangga-banggaan" (At-Tobaqoot Al-Kubroo li Ibn Sa'ad 1/499)
Orang-orang mungkin mencibirkan mulut tatkala memandang seorang yang qona'ah yang berpenampilan orang miskin.., karena memang ia adalah seorang yang miskin harta. Akan tetapi sungguh kebahagiaan telah memenuhi hatinya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
Ibnu Battool rahimahullah berkata, "Karena banyak orang yang dilapangkan hartanya oleh Allah ternyata jiwanya miskin, ia tidak nerimo dengan apa yang Allah berikan kepadanya, maka ia senantiasa berusaha untuk mencari tambahan harta, ia tidak perduli dari mana harta tersebut, maka seakan-akan ia adalah orang yang kekurangan harta karena semangatnya dan tamaknya untuk mengumpul-ngumpul harta. Sesungguhnya hakekat kekayaan adalah kayanya jiwa, yaitu jiwa seseorang yang merasa cukup (nerimo) dengan sedikit harta dan tidak bersemangat untuk menambah-nambah hartanya, dan nafsu dalam mencari harta, maka seakan-akan ia adalah seorang yang kaya dan selalu mendapatkan harta" (Syarh Ibnu Batthool terhadap Shahih Al-Bukhari)
Abu Dzar radhiallahu 'anhu menceritakan bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berkata kepadanya:
يَا أَبَا ذَر، أَتَرَى كَثْرَةَ الْمَالِ هُوَ الْغِنَى؟ قُلْتُ : نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ : أَفَتَرَى قِلَّةِ الْمَالِ هُوَ الْفَقْرُ؟ قُلْتُ : نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قال : إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْبِ وَالْفَقْرُ فَقْرُ الْقَلْبِ
"Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang banyaknya harta merupakan kekayaan?". Aku (Abu Dzar) berkata : "Iya Rasulullah". Rasulullah berkata : "Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta merupakan kemiskinan?", Aku (Abu Dzar ) berkata, "Benar Rasulullah". Rasulullahpun berkata : "Sesungguhnya kekayaan (yang hakiki-pen) adalah kayanya hati, dan kemisikinan (yang hakiki-pen) adalah miskinnya hati" (HR Ibnu Hibbaan dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam shahih At-Targiib wa At-Tarhiib no 827)
Imam Syafi’i adalah seorang yang sangat zuhud (cara hidup yang tidak tamak kepada keduniaan, seperti kemegahan, kekayaan, harta, dan sebagainya). Pernah sekembalinya beliau dari Yaman dan membawa uang sebanyak sepuluh ribu dirham, sebelumnya memasuki kota Makkah uang tersebut telah dibagi-bagikan beliau kepada orang yang memerlukannya.
Pernah terjadi ketika beliau duduk diatas seekor keledai lalu cambuknya terjatuh ketanah. Ada orang memungutnya dan menyerahkan kembali kepada Imam Syafi’i, kepada orang itu telah dihadiahkan uang sebanyak lima puluh dinar, sebagai tebusan, bahwa beliau duduk di atas keledai sedangkan orang lain berjalan dibawah, beliau menganggap takabbur duduk diatas keledai sedangkan orang lain berada di bawah.
Pernah juga terjadi, Imam Syafi’i melihat seorang pemuda mengambil wudhu kurang sempurna. Anak muda itu ditegur oleh Imam Syafi’i dengan kata-kata:
“Wahai anak! Jika engkau mengambil wudhu’, lakukanlah dengan baik supaya Allah mengkaruniakan kepadamu dunia dan akhirat!”
Anak muda itu mengikuti nasihat Imam Syafi’i, setelah itu ia mengejar Imam Syafi dari belakang dan ingin mengetahui siapakah orang yang menasihatinya itu. Imam menoleh kepadanya sambil bertanya, “apa hal”? Anak itu menyatakan kepada Imam Syafi’i keinginannya untuk belajar lebih lanjut dan memberikan apa-apa nasihat kepadanya.
Imam Syafi’i mengingatkan sang pemuda dengan kata-kata nasihat selanjutnya:
“Barangsiapa mengenal Allah ia akan jaya. Barang siapa memuliakan agamanya ia akan selamat dari kehinaaan dan bahaya, barang siapa zuhud di dunia pasti ia akan melihat balasan Allah yang mulia.”
Lalu imam Syafi’i bertanya lagi kepada pemuda itu apakah ia masih memerlukan tambahan pelajaran, anak muda itu menjawab tolong tambah lagi pengajaran beliau, maka Imam Syafi’i melanjutkan:
“Barangsiapa selalu mengerjakan tiga pekerjaan ini, maka akan sempurna imannya yaitu:”Barangsiapa yang menyuruh orang lain berbuat baik dan dia sendiri juga berbuat baik. Barang siapa mencegah orang berbuat jahat,dan dia sendiri menjauhkan dirinya dari kejahatan dan barangsiapa yang menjaga batas-batas hukum Allah.”
Imam Syafi’i bertanya lagi kepada pemuda itu, apa masih perlu ditambah lagi? Anak muda itu menjawab, “ya”. Imam Syafi’i meneruskan:”Hendaklah engkau zuhud didunia, dan hendaklah engkau suka kepada amalan akhirat. Hendaklah engkau berlaku jujur dalam menjalankan segala perintah Allah, niscaya engkau termasuk orang-orang yang berjaya“.
Kemudian anak muda itu bertanya, siapakah Tuan Guru yang yang sangat bermurah hati itu yang telah sudi mengajarnya meskipun didalam perjalanan. Lalu orang disekitarnya mengatakan yang dihadapinya itu adalah Imam Syafi’i. Imam Syafi’i adalah seorang Imam yang bersedia mencurahkan Ilmunya kepada siapa saja yang memerlukannya dengan tidak suka bermegah-megah. Semua itu dilakukannya karena Allah, semata -mata.
ZUHUD (Al-Imam Asy-Syafi’i)
Hendaknya engkau bertaqwa kepada Allah jika engkau lalai
Pasti Dia membawa rezeki tanpa kau sadari
Bagaimana engkau takut miskin padahal Allah Sang Pemberi Rezeki
Dia telah memberi rezeki burung dan ikan hiu di laut
Siapa yang mengira rezeki hanya didapat dengan kekuatan
Semestinya burung pipit tidak dapat makan karena takut pada elang
Turun dari dunia (mati), tidak tahu engkau kapan
Bila sudah malam, apakah engkau akan hidup hingga fajar?
Berapa banyak orang yang segar-bugar mati tanpa sakit dan berapa banyak orang yang sakit hidup sekian tahunan
Nasehat dari Al-Imam Asy-Syafi’i
Kulupakan dadaku dan kubelenggu penyakit tamakku, karena aku sadar bahwa sifat tamak bisa melahirkan kehinaan. (Imam Syafi’í).
Aku tidak pernah berdialog dengan seseorang dengan tujuan aku lebih senang jika ia berpendapat salah. (Imam Syafi’í)
Setiap manusia mempunyai orang yang dicintai dan yang dibenci. Tapi bagimu, jika ada maka berkumpullah kamu dengan orang-orang yang bertaqwa. (Imam Syafi’í).
Akan kuberikan ilmu yang kumiliki kepada siapapun, asal mereka mau memanfaatkan ilmu yang telah kuberikan itu. (Imam Syafi’i)
Teman yang tidak membabantu kesulitan seperti halnya musuh. Tanpa saling membantu maka hubungan teman tak akan lama. Telah kucari teman sejati dalam setiap masa, akan tetapi usahaku itu sia sia belaka. (Imam Syafi’í).
Orang yang hanya sehari-harinya hanya sibuk mencari uang untuk kesejahteraan keluarganya, maka mustahil ia mendapat ilmu pengetahuan. (Imam Syafi’í).
Saya ingin manusia itu mempelajari Ilmu ini, tetapi janganlah menyebut-nyebut namaku, dengan sepatah kata juapun. (Imam Syafi’í).
Orang yang zalim kepada dirinya, ialah
Jikalau kuketahui bahwa ia dengan itu dapat mengurangi kehormatanku, meskipun aku haus, aku tidak akan meminumnya. (Imam Syafi’i)
Diantara tanda-tanda benar dalam Ukhuwah ialah menerima kritikan teman, menutupi aib teman, dan mengampuni kesalahannya. (Imam Syafi’i)
tidak selalu harta benda yang banyak itu mendatangkan kebahagian, kebaikan dan kesenangan bagi pemiliknya. Kekayaan yang sebenarnya adalah sesuatu yang manusia rasakan dalam hatinya. Hatilah yang menentukan seorang manusia menjadi senang atau sengsara, kaya atau miskin dan bahagia atau sedih. Pangkalnya ada dalam hati.
Hati yang takut kepada azab Allah, beriman, penuh rasa syukur dan cinta kepada Pemilik dan Pemberi rizki sebenarnyalah yang akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan dari harta yang dimilikinya, sebesar apapun harta tersebut.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang dunia adalah ambisinya, maka Allah akan menghancurkan kekuatannya, menjadikan kemiskinan di depan matanya dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali apa yang telah Allah takdirkan. Dan barangsiapa akhirat adalah tujuannya, maka Allah akan menguatkan urusannya, menjadikan kekayaannya pada hatinya dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk.” (HR Ibnu Majah)
Ada tiga perkara, bila kau memilikinya, kau bagaikan Raja yang paling kaya di dunia ini:
۞ PERTAMA : Aman Perasaan aman yang meliputi jiwa dan membalut hati, aman karena kau beriman dan takut pada Ilahi, hingga Allah menjagamu. Ia merasa aman, karena ia tidak suka menyakiti tetangganya, temannya, orang-orang Islam, tidak suka mengadu domba, bahkan menjaga lisannya dengan baik maka jiwanya aman.
Bukan aman karena rumah dijaga oleh 4 satpam, 5 anjing galak atau aman, karena pasang CCTV dan alarm yang setiap saat bisa berbunyi. Bukan itu, justru itu semua tanda-tanda jika kau tidak aman.
۞ KEDUA : Afiah Tubuhmu sehat wal’afiat Tak penyakitan, tak ada pantangan, tak boleh ini, tak boleh itu. Padahal cari duit 'tuk makan ini dan itu. Sekarang, tak boleh di gunakan untuk makan ini dan itu.
۞ KETIGA: Memiliki makanan hari itu. Bukan brankas (peti besi) yang berisi fulus. Bukan ATM yang penuh.
Bukan tabungan yang cukup untuk 7 keturunan. Cukup memiliki makanan hari ini. Besok gimana? Serahkan pada Allah. Yang tiada bisa diadakan, kalau Allah berkehendak dan kita mau berusaha.
Yang ada bisa hilang dan musnah dalam sekejap mata. Maka yakinlah dengan apa yang berada disisi Allah dari pada dengan yang ada di tanganmu.
Bila 3 hal itu kau miliki, kau adalah Raja.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Siapa diantara kalian yang memasuki waktu pagi hari dalam keadaan aman pada dirinya, sehat jasmaninya dan dia memiliki makanan pada hari itu, maka seolah-olah dia diberi dunia dengan berbagai kenikmatannya.” (HR Bukhari)
Subhanalllah…
Jagalah Allah, niscaya kau akan aman. Jagalah hubunganmu dengan hamba Allah. Niscaya hidupmu tentram. Sayangi tubuhmu dengan hidup sehat dan olahraga teratur.
Jangan menanti sakit. Berdo'alah minta sehat pagi sore. Bunuh ambisimu mengejar dunia, semakin dikejar ia semakin jauh. Bersyukurlah dengan yang ada. Kebutuhanmu sebenarnya tak banyak, tapi nafsu yang selalu mendikte (dictate).
Semoga ALLAH senantiasa memberikan kita semua kenikmatan jasmani dan rohani sehingga kita bisa mencari rizki ALLAH yang tanpa batas. Aamiin
Sumber: https://rumaysho.com/296-lihatlah-orang-di-bawahmu-dalam-masalah-harta-dan-dunia.html
Apalah artinya kaya harta, banyak rumah/tanah, punya mobil, kaya ilmu, memiliki istri/anak
namun bernilai NOL dihadapan ALLAH SWT jika bangga diri, sombong, tidak beriman dan melanggar semua ketentuan yg dilarang didalam Al-Quran dan Hadits,
Tidak mau mengeluarkan zakat (zakat harta, zakat penghasilan, zakat fitrah, bersedekah maupun menolong orang yg kurang mampu disekitarnya)
namun ia malah sombong dan bahkan cenderung pamer dihadapan mahluk lainnya merasa harta/ilmu yg ia dapatkan tersebut adalah miliknya..
Harta titipan tersebut tidak akan berkah dunia akhirat..
malah akan diminta pertanggungjawabannya kelak di padang mahsyar,,
Tak sedikit banyak orang berlomba-lomba agar terlihat kaya dan sukses..
Entah dengan mencicil, bergaya hidup bermegah-megahan..
references by
http://adf.ly/1AlqIb
http://adf.ly/1Am99a
Follow @A_BlogWeb
Kekayaan merupakan tema yang menarik diperbincangkan. Sedikit sekali penghuni dunia bernama manusia ini yang tidak ingin kaya dalam hidupnya. Hidup kaya bisa dikatakan impian setiap orang. Kesuksesan orang baru diakui kalau dia sudah menjadi orang kaya. Keberhasilan pendidikan juga sering dilihat dari sejauh mana hasil pendidikan itu dapat mengantarkan peserta didiknya menjadi orang kaya.
Lawan dari kaya adalah miskin. Orang disebut kaya karena memiliki banyak harta. Yang minim harta, itu miskin namanya. Dengan begitu, kekayaan selalu identik dengan segala hal yang berbau materi atau benda. Memiliki rumah megah, uang banyak, mobil berderet, pakaian necis, dan tanah luas adalah di antara simbol orang kaya. Orang miskin berarti kebalikan dari semua itu.
Banyaknya harta tidak pernah akan ada puncaknya. Di atas orang kaya, selalu ada orang yang lebih kaya. Di sini berlaku rumus relativitas. Fulan yang tergolong orang kaya di sini, belum tentu kaya di sana. Fulanah yang termasuk miskin di suatu tempat, justru dia orang paling kaya di tempat lain. Demikian pula seterusnya. Tegasnya, tidak ada orang yang paling kaya, sebagaimana juga tidak ditemukan orang yang paling miskin
Imam As-Syafii rahimahullah berkata :
إِذَا مَا كُنْتَ ذَا قَلْبٍ قَنُوْعٍ ..... فَأَنْتَ وَمَالِكُ الدُّنْيَا سَوَاءُ
Jika engkau memiliki hati yang selalu qona'ah …
maka sesungguhnya engkau sama seperti raja dunia
Qona'ah dalam bahasa kita adalah "nerimo" dengan apa yang ada. Yaitu sifat menerima semua keputusan Allah. Jika kita senantiasa merasa nerima dengan apa yang Allah tentukan buat kita, bahkan kita senantiasa merasa cukup, maka sesungguhnya apa bedanya kita dengan raja dunia. Kepuasan yang diperoleh sang raja dengan banyaknya harta juga kita peroleh dengan harta yang sedikit akan tetapi dengan hati yang qona'ah.
Bahkan bagitu banyak raja yang kaya raya ternyata tidak menemukan kepuasan dengan harta yang berlimpah ruah… oleh karenanya sebenarnya kita katakan "Jika Anda memiliki hati yang senantiasa qona'ah maka sesungguhnya Anda lebih baik dari seorang raja di dunia".
Kalimat qona'ah merupakan perkataan yang ringan di lisan akan tetapi mengandung makna yang begitu dalam. Sungguh Imam As-Syafi'i tatkala mengucapkan bait sya'ir diatas sungguh-sungguh dibangun di atas ilmu yang kokoh dan dalam.
Seseorang yang qona'ah dan senantiasa menerima dengan semua keputusan Allah menunjukkan bahwa ia benar-benar mengimani taqdir Allah yang merupakan salah satu dari enam rukun Iman.
Ibnu Batthool berkata
وَغِنَى النَّفْسِ هُوَ بَابُ الرِّضَا بِقَضَاءِ اللهِ تَعَالىَ وَالتَّسْلِيْم لأَمْرِهِ، عَلِمَ أَنَّ مَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ للأَبْرَارِ، وَفِى قَضَائِهِ لأوْلِيَائِهِ الأَخْيَارِ
"Dan kaya jiwa (qona'ah) merupakan pintu keridhoan atas keputusan Allah dan menerima (pasrah) terhadap ketetapanNya, ia mengetahui bahwasanya apa yang di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang baik, dan pada ketetapan Allah lebih baik bagi wali-wali Allah yang baik" (Syarh shahih Al-Bukhari)
Orang yang qona'ah benar-benar telah mengumpulkan banyak amalan-amalan hati yang sangat tinggi nilainya. Ia senantiasa berhusnudzon kepada Allah, bahwasanya apa yang Allah tetapkan baginya itulah yang terbaik baginya. Ia bertawakkal kepada Allah dengan menyerahkan segala urusannya kepada Allah, sedikitnya harta di tangannya tetap menjadikannya bertawakkal kepada Allah, ia lebih percaya dengan janji Allah daripada kemolekan dunia yang menyala di hadapan matanya.
Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata ;
إِنَّ مِنْ ضَعْفِ يَقِيْنِكَ أَنْ تَكُوْنَ بِمَا فِي يَدِكَ أَوْثَقُ مِنْكَ بِمَا فِي يَدِ اللهِ
"Sesungguhnya diantara lemahnya imanmu engkau lebih percaya kepada harta yang ada di tanganmu dari pada apa yang ada di sisi Allah" (Jami'ul 'Uluum wal hikam 2/147)
Orang yang qona'ah tidak terpedaya dengan harta dunia yang mengkilau, dan ia tidak hasad kepada orang-orang yang telah diberikan Allah harta yang berlimpah. Ia qona'ah… ia menerima semua keputusan dan ketetapan Allah. Bagaimana orang yang sifatnya seperti ini tidak akan bahagia..???!!!
Allah berfirman :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl : 97)
Ali bin Abi Tholib radhiallahu 'anhu dan Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :الحَيَاةُ الطَّيِّبَةُ الْقَنَاعَةُ Kehidupan yang baik adalah qona'ah (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir At-Thobari dalam tafsirnya 17/290)
Renungkanlah bagaimana kehidupan orang yang paling bahagia yaitu Nabi kita shallallahu 'alahi wa sallam…sebagaimana dituturkan oleh Aisyah radhiallahu 'anhaa:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ لِعُرْوَةَ ابْنَ أُخْتِي إِنْ كُنَّا لَنَنْظُرُ إِلَى الْهِلَالِ ثُمَّ الْهِلَالِ ثَلَاثَةَ أَهِلَّةٍ فِي شَهْرَيْنِ وَمَا أُوقِدَتْ فِي أَبْيَاتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَارٌ فَقُلْتُ يَا خَالَةُ مَا كَانَ يُعِيشُكُمْ قَالَتْ الْأَسْوَدَانِ التَّمْرُ وَالْمَاءُ إِلَّا أَنَّهُ قَدْ كَانَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جِيرَانٌ مِنْ الْأَنْصَارِ كَانَتْ لَهُمْ مَنَائِحُ وَكَانُوا يَمْنَحُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ أَلْبَانِهِمْ فَيَسْقِينَا
Aisyah berkata kepada 'Urwah, "Wahai putra saudariku, sungguh kita dahulu melihat hilal kemudian kita melihat hilal (berikutnya) hingga tiga hilal selama dua bulan, akan tetapi sama sekali tidak dinyalakan api di rumah-rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam". Maka aku (Urwah) berkata, "Wahai bibiku, apakah makanan kalian?", Aisyah berkata, "Kurma dan air", hanya saja Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki tetangga dari kaum Anshoor, mereka memiliki onta-onta (atau kambing-kambing) betina yang mereka pinjamkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam untuk diperah susunya, maka Rasulullahpun memberi susu kepada kami dari onta-onta tersebut" (HR Al-Bukhari no 2567 dan Muslim no 2972)
Dua bulan berlalu di rumah Rasulullah akan tetapi tidak ada yang bisa dimasak sama sekali di rumah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam. Makanan beliau hanyalah kurma dan air.
واللهِ لَوَدِدْتُ أَنَّهُمْ تَرَكُوْهَا عَلَى حَالِهَا يَنْشَأُ نَاشِيءٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِيْنَةِ وَيَقْدُمُ الْقَادِمُ مِنَ الأُفُقِ فَيَرَى مَا اكْتَفَى بِهِ رَسُوْلُ اللهِ فِي حَيَاتِهِ فَيَكُوْنُ ذَلِكَ مِمَّا يُزَهِّدُ النَّاسَ فِي التَّكَاثُرِ وَالتَّفَاخُرِ
"Sungguh demi Allah aku sangat berharap mereka membiarkan rumah-rumah Rasulullah sebagaimana kondisinya, agar jika muncul generasi baru dari penduduk Madinah dan jika datang orang-orang dari jauh ke kota Madinah maka mereka akan melihat bagaimana kehidupan Rasulullah, maka hal ini akan menjadikan orang-orang mengurangi sikap saling berlomba-lomba dalam mengumpulkan harta dan sikap saling bangga-banggaan" (At-Tobaqoot Al-Kubroo li Ibn Sa'ad 1/499)
Orang-orang mungkin mencibirkan mulut tatkala memandang seorang yang qona'ah yang berpenampilan orang miskin.., karena memang ia adalah seorang yang miskin harta. Akan tetapi sungguh kebahagiaan telah memenuhi hatinya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
لَيْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرَضِ وَلَكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ
"Bukanlah kekayaan dengan banyaknya harta benda, akan tetapi kekayaan yang haqiqi adalah kaya jiwa (hati)" (HR Al-Bukhari no 6446 dan Muslim no 1050)
Ibnu Battool rahimahullah berkata, "Karena banyak orang yang dilapangkan hartanya oleh Allah ternyata jiwanya miskin, ia tidak nerimo dengan apa yang Allah berikan kepadanya, maka ia senantiasa berusaha untuk mencari tambahan harta, ia tidak perduli dari mana harta tersebut, maka seakan-akan ia adalah orang yang kekurangan harta karena semangatnya dan tamaknya untuk mengumpul-ngumpul harta. Sesungguhnya hakekat kekayaan adalah kayanya jiwa, yaitu jiwa seseorang yang merasa cukup (nerimo) dengan sedikit harta dan tidak bersemangat untuk menambah-nambah hartanya, dan nafsu dalam mencari harta, maka seakan-akan ia adalah seorang yang kaya dan selalu mendapatkan harta" (Syarh Ibnu Batthool terhadap Shahih Al-Bukhari)
Abu Dzar radhiallahu 'anhu menceritakan bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berkata kepadanya:
يَا أَبَا ذَر، أَتَرَى كَثْرَةَ الْمَالِ هُوَ الْغِنَى؟ قُلْتُ : نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ، قَالَ : أَفَتَرَى قِلَّةِ الْمَالِ هُوَ الْفَقْرُ؟ قُلْتُ : نَعَمْ يَا رَسُوْلَ اللهِ. قال : إِنَّمَا الْغِنَى غِنَى الْقَلْبِ وَالْفَقْرُ فَقْرُ الْقَلْبِ
"Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang banyaknya harta merupakan kekayaan?". Aku (Abu Dzar) berkata : "Iya Rasulullah". Rasulullah berkata : "Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta merupakan kemiskinan?", Aku (Abu Dzar ) berkata, "Benar Rasulullah". Rasulullahpun berkata : "Sesungguhnya kekayaan (yang hakiki-pen) adalah kayanya hati, dan kemisikinan (yang hakiki-pen) adalah miskinnya hati" (HR Ibnu Hibbaan dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam shahih At-Targiib wa At-Tarhiib no 827)
Imam Syafi’i adalah seorang yang sangat zuhud (cara hidup yang tidak tamak kepada keduniaan, seperti kemegahan, kekayaan, harta, dan sebagainya). Pernah sekembalinya beliau dari Yaman dan membawa uang sebanyak sepuluh ribu dirham, sebelumnya memasuki kota Makkah uang tersebut telah dibagi-bagikan beliau kepada orang yang memerlukannya.
Pernah terjadi ketika beliau duduk diatas seekor keledai lalu cambuknya terjatuh ketanah. Ada orang memungutnya dan menyerahkan kembali kepada Imam Syafi’i, kepada orang itu telah dihadiahkan uang sebanyak lima puluh dinar, sebagai tebusan, bahwa beliau duduk di atas keledai sedangkan orang lain berjalan dibawah, beliau menganggap takabbur duduk diatas keledai sedangkan orang lain berada di bawah.
Pernah juga terjadi, Imam Syafi’i melihat seorang pemuda mengambil wudhu kurang sempurna. Anak muda itu ditegur oleh Imam Syafi’i dengan kata-kata:
“Wahai anak! Jika engkau mengambil wudhu’, lakukanlah dengan baik supaya Allah mengkaruniakan kepadamu dunia dan akhirat!”
Anak muda itu mengikuti nasihat Imam Syafi’i, setelah itu ia mengejar Imam Syafi dari belakang dan ingin mengetahui siapakah orang yang menasihatinya itu. Imam menoleh kepadanya sambil bertanya, “apa hal”? Anak itu menyatakan kepada Imam Syafi’i keinginannya untuk belajar lebih lanjut dan memberikan apa-apa nasihat kepadanya.
Imam Syafi’i mengingatkan sang pemuda dengan kata-kata nasihat selanjutnya:
“Barangsiapa mengenal Allah ia akan jaya. Barang siapa memuliakan agamanya ia akan selamat dari kehinaaan dan bahaya, barang siapa zuhud di dunia pasti ia akan melihat balasan Allah yang mulia.”
Lalu imam Syafi’i bertanya lagi kepada pemuda itu apakah ia masih memerlukan tambahan pelajaran, anak muda itu menjawab tolong tambah lagi pengajaran beliau, maka Imam Syafi’i melanjutkan:
“Barangsiapa selalu mengerjakan tiga pekerjaan ini, maka akan sempurna imannya yaitu:”Barangsiapa yang menyuruh orang lain berbuat baik dan dia sendiri juga berbuat baik. Barang siapa mencegah orang berbuat jahat,dan dia sendiri menjauhkan dirinya dari kejahatan dan barangsiapa yang menjaga batas-batas hukum Allah.”
Imam Syafi’i bertanya lagi kepada pemuda itu, apa masih perlu ditambah lagi? Anak muda itu menjawab, “ya”. Imam Syafi’i meneruskan:”Hendaklah engkau zuhud didunia, dan hendaklah engkau suka kepada amalan akhirat. Hendaklah engkau berlaku jujur dalam menjalankan segala perintah Allah, niscaya engkau termasuk orang-orang yang berjaya“.
Kemudian anak muda itu bertanya, siapakah Tuan Guru yang yang sangat bermurah hati itu yang telah sudi mengajarnya meskipun didalam perjalanan. Lalu orang disekitarnya mengatakan yang dihadapinya itu adalah Imam Syafi’i. Imam Syafi’i adalah seorang Imam yang bersedia mencurahkan Ilmunya kepada siapa saja yang memerlukannya dengan tidak suka bermegah-megah. Semua itu dilakukannya karena Allah, semata -mata.
ZUHUD (Al-Imam Asy-Syafi’i)
Hendaknya engkau bertaqwa kepada Allah jika engkau lalai
Pasti Dia membawa rezeki tanpa kau sadari
Bagaimana engkau takut miskin padahal Allah Sang Pemberi Rezeki
Dia telah memberi rezeki burung dan ikan hiu di laut
Siapa yang mengira rezeki hanya didapat dengan kekuatan
Semestinya burung pipit tidak dapat makan karena takut pada elang
Turun dari dunia (mati), tidak tahu engkau kapan
Bila sudah malam, apakah engkau akan hidup hingga fajar?
Berapa banyak orang yang segar-bugar mati tanpa sakit dan berapa banyak orang yang sakit hidup sekian tahunan
Nasehat dari Al-Imam Asy-Syafi’i
Kulupakan dadaku dan kubelenggu penyakit tamakku, karena aku sadar bahwa sifat tamak bisa melahirkan kehinaan. (Imam Syafi’í).
Aku tidak pernah berdialog dengan seseorang dengan tujuan aku lebih senang jika ia berpendapat salah. (Imam Syafi’í)
Setiap manusia mempunyai orang yang dicintai dan yang dibenci. Tapi bagimu, jika ada maka berkumpullah kamu dengan orang-orang yang bertaqwa. (Imam Syafi’í).
Akan kuberikan ilmu yang kumiliki kepada siapapun, asal mereka mau memanfaatkan ilmu yang telah kuberikan itu. (Imam Syafi’i)
Teman yang tidak membabantu kesulitan seperti halnya musuh. Tanpa saling membantu maka hubungan teman tak akan lama. Telah kucari teman sejati dalam setiap masa, akan tetapi usahaku itu sia sia belaka. (Imam Syafi’í).
Orang yang hanya sehari-harinya hanya sibuk mencari uang untuk kesejahteraan keluarganya, maka mustahil ia mendapat ilmu pengetahuan. (Imam Syafi’í).
Saya ingin manusia itu mempelajari Ilmu ini, tetapi janganlah menyebut-nyebut namaku, dengan sepatah kata juapun. (Imam Syafi’í).
Orang yang zalim kepada dirinya, ialah
- Orang yang merendahkan dirinya kepada orang yang tidak memuliakannya
- Orang yang menyukai sesuatu benda yang tidak memberi manfaat kepadanya,
- Orang yang menerima sesuatu pujian dari seseorang yang lain yang tidak mengenalnya, dengan sesungguh-sungguhnya. (Imam Syafi’í).
Jikalau kuketahui bahwa ia dengan itu dapat mengurangi kehormatanku, meskipun aku haus, aku tidak akan meminumnya. (Imam Syafi’i)
Diantara tanda-tanda benar dalam Ukhuwah ialah menerima kritikan teman, menutupi aib teman, dan mengampuni kesalahannya. (Imam Syafi’i)
tidak selalu harta benda yang banyak itu mendatangkan kebahagian, kebaikan dan kesenangan bagi pemiliknya. Kekayaan yang sebenarnya adalah sesuatu yang manusia rasakan dalam hatinya. Hatilah yang menentukan seorang manusia menjadi senang atau sengsara, kaya atau miskin dan bahagia atau sedih. Pangkalnya ada dalam hati.
Hati yang takut kepada azab Allah, beriman, penuh rasa syukur dan cinta kepada Pemilik dan Pemberi rizki sebenarnyalah yang akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan dari harta yang dimilikinya, sebesar apapun harta tersebut.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang dunia adalah ambisinya, maka Allah akan menghancurkan kekuatannya, menjadikan kemiskinan di depan matanya dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali apa yang telah Allah takdirkan. Dan barangsiapa akhirat adalah tujuannya, maka Allah akan menguatkan urusannya, menjadikan kekayaannya pada hatinya dan dunia datang kepadanya dalam keadaan tunduk.” (HR Ibnu Majah)
KEBUTUHANMU SEBENARNYA TAK BANYAK, TAPI NAFSU YANG SELALU MENDIKTE (DICTATE)
Ada tiga perkara, bila kau memilikinya, kau bagaikan Raja yang paling kaya di dunia ini:
۞ PERTAMA : Aman Perasaan aman yang meliputi jiwa dan membalut hati, aman karena kau beriman dan takut pada Ilahi, hingga Allah menjagamu. Ia merasa aman, karena ia tidak suka menyakiti tetangganya, temannya, orang-orang Islam, tidak suka mengadu domba, bahkan menjaga lisannya dengan baik maka jiwanya aman.
Bukan aman karena rumah dijaga oleh 4 satpam, 5 anjing galak atau aman, karena pasang CCTV dan alarm yang setiap saat bisa berbunyi. Bukan itu, justru itu semua tanda-tanda jika kau tidak aman.
۞ KEDUA : Afiah Tubuhmu sehat wal’afiat Tak penyakitan, tak ada pantangan, tak boleh ini, tak boleh itu. Padahal cari duit 'tuk makan ini dan itu. Sekarang, tak boleh di gunakan untuk makan ini dan itu.
۞ KETIGA: Memiliki makanan hari itu. Bukan brankas (peti besi) yang berisi fulus. Bukan ATM yang penuh.
Bukan tabungan yang cukup untuk 7 keturunan. Cukup memiliki makanan hari ini. Besok gimana? Serahkan pada Allah. Yang tiada bisa diadakan, kalau Allah berkehendak dan kita mau berusaha.
Yang ada bisa hilang dan musnah dalam sekejap mata. Maka yakinlah dengan apa yang berada disisi Allah dari pada dengan yang ada di tanganmu.
Bila 3 hal itu kau miliki, kau adalah Raja.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Siapa diantara kalian yang memasuki waktu pagi hari dalam keadaan aman pada dirinya, sehat jasmaninya dan dia memiliki makanan pada hari itu, maka seolah-olah dia diberi dunia dengan berbagai kenikmatannya.” (HR Bukhari)
Subhanalllah…
Jagalah Allah, niscaya kau akan aman. Jagalah hubunganmu dengan hamba Allah. Niscaya hidupmu tentram. Sayangi tubuhmu dengan hidup sehat dan olahraga teratur.
Jangan menanti sakit. Berdo'alah minta sehat pagi sore. Bunuh ambisimu mengejar dunia, semakin dikejar ia semakin jauh. Bersyukurlah dengan yang ada. Kebutuhanmu sebenarnya tak banyak, tapi nafsu yang selalu mendikte (dictate).
Semoga ALLAH senantiasa memberikan kita semua kenikmatan jasmani dan rohani sehingga kita bisa mencari rizki ALLAH yang tanpa batas. Aamiin
Sebagian orang salah paham dengan istilah zuhud. Dikira zuhud adalah hidup tanpa harta. Dikira zuhud adalah hidup miskin. Lalu apa yang dimaksud dengan zuhud yang sebenarnya? Semoga tulisan berikut bisa memberikan jawaban berarti.
Mengenai zuhud disebutkan dalam sebuah hadits,
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِىِّ قَالَ أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ دُلَّنِى عَلَى عَمَلٍ إِذَا أَنَا عَمِلْتُهُ أَحَبَّنِىَ اللَّهُ وَأَحَبَّنِىَ النَّاسُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « ازْهَدْ فِى الدُّنْيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ وَازْهَدْ فِيمَا فِى أَيْدِى النَّاسِ يُحِبُّوكَ ».
Dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, ia berkata ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamlantas berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah padaku suatu amalan yang apabila aku melakukannya, maka Allah akan mencintaiku dan begitu pula manusia.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Zuhudlah pada dunia, Allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di sisi manusia, manusia pun akan mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah dan selainnya. An Nawawi mengatakan bahwa dikeluarkan dengan sanad yang hasan)
Dalam hadits di atas terdapat dua nasehat, yaitu untuk zuhud pada dunia, ini akan membuahkan kecintaan Allah, dan zuhud pada apa yang ada di sisi manusia, ini akan mendatangkan kecintaan manusia
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم
“Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Al Munawi –rahimahullah- mengatakan,
“Jika seseorang melihat orang di atasnya (dalam masalah harta dan dunia), dia akan menganggap kecil nikmat Allah yang ada pada dirinya dan dia selalu ingin mendapatkan yang lebih. Cara mengobati penyakit hati semacam ini, hendaklah seseorang melihat orang yang berada di bawahnya (dalam masalah harta dan dunia). Dengan melakukan semcam ini, seseorang akan ridho dan bersyukur, juga rasa tamaknya (terhadap harta dan dunia) akan berkurang. Jika seseorang sering memandang orang yang berada di atasnya, dia akan mengingkari dan tidak puas terhadap nikmat Allah yang diberikan padanya. Namun, jika dia mengalihkan pandangannya kepada orang di bawahnya, hal ini akan membuatnya ridho dan bersyukur atas nikmat Allah padanya.”
“Jika seseorang melihat orang di atasnya (dalam masalah harta dan dunia), dia akan menganggap kecil nikmat Allah yang ada pada dirinya dan dia selalu ingin mendapatkan yang lebih. Cara mengobati penyakit hati semacam ini, hendaklah seseorang melihat orang yang berada di bawahnya (dalam masalah harta dan dunia). Dengan melakukan semcam ini, seseorang akan ridho dan bersyukur, juga rasa tamaknya (terhadap harta dan dunia) akan berkurang. Jika seseorang sering memandang orang yang berada di atasnya, dia akan mengingkari dan tidak puas terhadap nikmat Allah yang diberikan padanya. Namun, jika dia mengalihkan pandangannya kepada orang di bawahnya, hal ini akan membuatnya ridho dan bersyukur atas nikmat Allah padanya.”
Al Ghozali –rahimahullah- mengatakan,
“Setan selamanya akan memalingkan pandangan manusia pada orang yang berada di atasnya dalam masalah dunia. Setan akan membisik-bisikkan padanya: ‘Kenapa engkau menjadi kurang semangat dalam mencari dan memiliki harta supaya engkau dapat bergaya hidup mewah[?]’ Namun dalam masalah agama dan akhirat, setan akan memalingkan wajahnya kepada orang yang berada di bawahnya (yang jauh dari agama). Setan akan membisik-bisikkan, ‘Kenapa dirimu merasa rendah dan hina di hadapan Allah[?]” Si fulan itu masih lebih berilmu darimu’.” (Lihat Faidul Qodir Syarh Al Jaami’ Ash Shogir, 1/573)
“Setan selamanya akan memalingkan pandangan manusia pada orang yang berada di atasnya dalam masalah dunia. Setan akan membisik-bisikkan padanya: ‘Kenapa engkau menjadi kurang semangat dalam mencari dan memiliki harta supaya engkau dapat bergaya hidup mewah[?]’ Namun dalam masalah agama dan akhirat, setan akan memalingkan wajahnya kepada orang yang berada di bawahnya (yang jauh dari agama). Setan akan membisik-bisikkan, ‘Kenapa dirimu merasa rendah dan hina di hadapan Allah[?]” Si fulan itu masih lebih berilmu darimu’.” (Lihat Faidul Qodir Syarh Al Jaami’ Ash Shogir, 1/573)
Sumber: https://rumaysho.com/296-lihatlah-orang-di-bawahmu-dalam-masalah-harta-dan-dunia.html
Apalah artinya kaya harta, banyak rumah/tanah, punya mobil, kaya ilmu, memiliki istri/anak
namun bernilai NOL dihadapan ALLAH SWT jika bangga diri, sombong, tidak beriman dan melanggar semua ketentuan yg dilarang didalam Al-Quran dan Hadits,
Tidak mau mengeluarkan zakat (zakat harta, zakat penghasilan, zakat fitrah, bersedekah maupun menolong orang yg kurang mampu disekitarnya)
namun ia malah sombong dan bahkan cenderung pamer dihadapan mahluk lainnya merasa harta/ilmu yg ia dapatkan tersebut adalah miliknya..
Harta titipan tersebut tidak akan berkah dunia akhirat..
malah akan diminta pertanggungjawabannya kelak di padang mahsyar,,
Tak sedikit banyak orang berlomba-lomba agar terlihat kaya dan sukses..
Entah dengan mencicil, bergaya hidup bermegah-megahan..
Di antara pemicu siksa kubur adalah sikap angkuh, bangga diri dan sombong, sebagaimana sabda Nabi صلي الله عليه وسلم:
Ketika seseorang sedang berjalan, mengenakan pakaian yang merasa bangga diri dan rambut tersisir dengan baik, tiba-tiba Allah tenggelamkan ke bumi dan dia dalam keadaan sekarat hingga Hari Kiamat.
(HR. Bukhari)
Apabila engkau melihat manusia menyaingimu dalam hal dunia, saingilah mereka dalam hal akhirat.
Sungguh, dunia mereka akan hilang
dan akhirat akan kekal.
(Mawa’izh al-Imam al-Hasan al-Bashri, hlm. 57—58)
HARTA KITA YANG SESUNGGUHNYA ADALAH HARTA YANG DISEDEKAHKAN/DIBERIKAN KEPADA ORANG YANG MEMBUTUHKAN TERJEPI MASALAH
"Apa yang sedikit tapi mencukupi, lebih baik daripada banyak tapi melalaikanmu”
Jika ingin kaya..
Jadilah Kaya namun sholeh/sholehah..
Tau bahwa harta yg ada ditangannya adalah titipan ALLAH SWT
untuk diberikan kepada & juga membantu yatim piatu, fakir miskin juga orang-orang yg berhak menerimanya esuai ketentuan Allah SWT
bukan dengan memamerkan apa yg ia titipkan dengan tujuan tertentu..
agar melatih kepekaan hati kalian..
cobalah kalian sering jalan kaki dengan uang yg kurang dikantong/dompet kalian
atau cobalah kalian kurangi uang kalian yg biasa dimiliki dalam sebulan
sedikit demi sedikit..
lalu rasakan bagaimana rasanya tidak memiliki uang untuk makan/memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya..
Harta dunia ibarat tubuh kita..
Istri, keluarga, anak kesayangan kita pun tidak mau mendekat ketika sudah mati..
Tubuh kita ini akan membusuk menegeluarkan bau busuk yg tidak enak bagi kepala, otak perut kita
Sama seperti hari Hisab kelak..
akan diminta pertanggungjawabannya untuk apa digunakan
Foya-foya? sombong, pamer dihadapan manusia ?
Hingga mencicil/kredit melakukan transaksi Riba?
Riba itu dosa besar, dimana dosa terkecilnya setara dgn menzinahi ibu kandung sendiri, na'udzubillah. Sebab itu jauhi riba sejauh2nya dari harta dan kehidupan kita. Riba artinya bertambah. Pelaku riba mengira hartanya bertambah, punya rumah megah, mobil mewah, padahal keberkahannya dicabut oleh Allah Ta'ala.
Harta dunia ibarat tubuh kita..
Istri, keluarga, anak kesayangan kita pun tidak mau mendekat ketika sudah mati..
Tubuh kita ini akan membusuk menegeluarkan bau busuk yg tidak enak bagi kepala, otak perut kita
Sama seperti hari Hisab kelak..
akan diminta pertanggungjawabannya untuk apa digunakan
Foya-foya? sombong, pamer dihadapan manusia ?
Hingga mencicil/kredit melakukan transaksi Riba?
Riba itu dosa besar, dimana dosa terkecilnya setara dgn menzinahi ibu kandung sendiri, na'udzubillah. Sebab itu jauhi riba sejauh2nya dari harta dan kehidupan kita. Riba artinya bertambah. Pelaku riba mengira hartanya bertambah, punya rumah megah, mobil mewah, padahal keberkahannya dicabut oleh Allah Ta'ala.
Bagaimana bisa sombongnya seorang hamba berani menantang Allah SWT dan para RasulNya dengan melakukan aktifitas #Riba? Na'udzubillah.
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
(Q.S. Al Baqarah ayat 278 - 279).
Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
(Q.S. Al Baqarah ayat 278 - 279).
tambahan ilmu:
(Login facebook dulu, refresh halaman ini)
Nanti akan dilanjutkan lagi kalau ada inspirasi ... ^-^
references by
http://adf.ly/1AlqIb
http://adf.ly/1Am99a