Baca Artikel Lainnya
Seberapa besar pun gaji, selalu saja habis di tengah bulan. Padahal
idealnya gaji semestinya cukup sampai gaji berikutnya tiba. Sebelum
minta naik gaji, berikut beberapa kemungkinan mengapa gaji tidak pernah
cukup.
1. Gaya hidup meningkat.
Waktu pertama kali bekerja transportasi andalan adalah bis, kereta api, setelah bekerja beberapa tahun, beralih menjadi taksi. Bila dulu tidak suka ngopi, sekarang hangout di coffee shop bersama teman-teman adalah jadwal rutin setiap Jum'at. Ini yang terjadi pada banyak orang.
Cyril Northcote Parkinson penulis buku Parkinson's Law mengatakan semakin besar penghasilan seseorang maka dia cenderung meningkatkan cara dan gaya hidupnya.
Akibatnya, pengeluaran pun bertambah seiring dengan peningkatan penghasilan. Apalagi jika peningkatan pengeluaran melebihi kenaikan gaji. Misalnya gaji hanya naik 10 persen sementara pengeluaran bertambah menjadi 10-20 persen. Bila kondisinya seperti ini, seberapa besar pun gaji Anda, tidak akan pernah cukup.
2. Tiba-tiba menjadi penting.
Saat terjadi kenaikan gaji biasanya yang juga naik adalah keinginan terhadap sesuatu. Padahal, ketika gaji belum naik, keinginan itu tidak muncul.
Misal, saat gaji Rp 3 juta Anda tak melirik gadget tertentu karena menganggap tidak butuh dan tidak ada dana. Tapi begitu gaji naik dua kali lipat, tiba-tiba saja Anda merasa gadget tersebut menjadi penting. Mengapa? Karena ada dana yang memungkinkan untuk membelinya. Padahal itu hanya keinginan bukan kebutuhan. Kebutuhan adalah kita tidak bisa produktif bila tidak memiliki suatu benda tertentu. Bila dengan gadget tersebut bisa memudahkan pekerjaan dan membuat Anda lebih produktif, boleh saja mengalokasikan dana untuk memilikinya.
3. Lebih enak dibelanjakan daripada ditabung.
Niat sebelum mendapat gaji adalah menabung dan investasi, namun niat ini menguap begitu gaji sudah di tangan. Tiba-tiba saja Anda merasa sayang mengeluarkan uang untuk menyiapkan masa depan. Mau menabung? Nanti deh kalau ada sisa. Mau investasi? Sayang, bulan depan saja. Selalu ada alasan untuk menunda niat ini.
Mengapa berubah pikiran? Karena belanja jauh lebih menyenangkan daripada menabung. Ketika belanja, Anda akan mendapatkan tas, sepatu, baju dan pernak pernik lainnya. Sedangkan kalau ditabung, Anda tak melihat barangnya.
Memilih barang saat belanja juga memberikan kenikmatan tersendiri. Begitu menyenangkan sampai kerap tak sadar telah menghabiskan uang di dompet. Akhirnya ketika ada kebutuhan yang benar-benar penting, keuangan menipis dan merasa gaji tak pernah mencukupi kebutuhan.
4. Dihabiskan di depan.
Begitu semua kewajiban atau tagihan rutin sudah dibayarkan, Anda lantas asal mengeluarkan uang. Atau begitu menerima gaji, kendali belanja jadi longgar. Di tengah bulan, Anda bisa tutup mata melihat tawaran sale, tapi begitu terima gaji, selalu ada alasan untuk membeli apa saja di depan mata. Karena harga murah, barangnya koleksi terbatas, modelnya menarik. Jika ini terjadi pada Anda, jangan heran jika gaji tidak cukup hingga ke gaji berikutnya.
5. Kenaikan tak sebanding dengan inflasi.
Kalau sudah berhemat dan mengencangkan ikat pinggang tapi gaji tak cukup juga, kemungkinan besar karena kenaikan gaji tak sebanding dengan kenaikan inflasi. Kalau kenaikan inflasi saja misalnya 15 persen, kenaikan gaji per tahunnya hanya 10 persen, jelas tidak akan mengejar kebutuhan.
Misalnya, gaji yang diterima Rp 2 juta per bulan, sementara biaya hidup juga Rp 2 juta. Begitu tahun depan harga naik, termasuk biaya transportasi, biaya hidup meningkay menjadi Rp 2,3 juta per bulan. Sementara kenaikan gaji hanya Rp 2,2 juta. Pantas saja jika gaji tak cukup.
(Majalah Chic/Ika Nurul Syifaa), kompas
Follow @A_BlogWeb
1. Gaya hidup meningkat.
Waktu pertama kali bekerja transportasi andalan adalah bis, kereta api, setelah bekerja beberapa tahun, beralih menjadi taksi. Bila dulu tidak suka ngopi, sekarang hangout di coffee shop bersama teman-teman adalah jadwal rutin setiap Jum'at. Ini yang terjadi pada banyak orang.
Cyril Northcote Parkinson penulis buku Parkinson's Law mengatakan semakin besar penghasilan seseorang maka dia cenderung meningkatkan cara dan gaya hidupnya.
Akibatnya, pengeluaran pun bertambah seiring dengan peningkatan penghasilan. Apalagi jika peningkatan pengeluaran melebihi kenaikan gaji. Misalnya gaji hanya naik 10 persen sementara pengeluaran bertambah menjadi 10-20 persen. Bila kondisinya seperti ini, seberapa besar pun gaji Anda, tidak akan pernah cukup.
2. Tiba-tiba menjadi penting.
Saat terjadi kenaikan gaji biasanya yang juga naik adalah keinginan terhadap sesuatu. Padahal, ketika gaji belum naik, keinginan itu tidak muncul.
Misal, saat gaji Rp 3 juta Anda tak melirik gadget tertentu karena menganggap tidak butuh dan tidak ada dana. Tapi begitu gaji naik dua kali lipat, tiba-tiba saja Anda merasa gadget tersebut menjadi penting. Mengapa? Karena ada dana yang memungkinkan untuk membelinya. Padahal itu hanya keinginan bukan kebutuhan. Kebutuhan adalah kita tidak bisa produktif bila tidak memiliki suatu benda tertentu. Bila dengan gadget tersebut bisa memudahkan pekerjaan dan membuat Anda lebih produktif, boleh saja mengalokasikan dana untuk memilikinya.
3. Lebih enak dibelanjakan daripada ditabung.
Niat sebelum mendapat gaji adalah menabung dan investasi, namun niat ini menguap begitu gaji sudah di tangan. Tiba-tiba saja Anda merasa sayang mengeluarkan uang untuk menyiapkan masa depan. Mau menabung? Nanti deh kalau ada sisa. Mau investasi? Sayang, bulan depan saja. Selalu ada alasan untuk menunda niat ini.
Mengapa berubah pikiran? Karena belanja jauh lebih menyenangkan daripada menabung. Ketika belanja, Anda akan mendapatkan tas, sepatu, baju dan pernak pernik lainnya. Sedangkan kalau ditabung, Anda tak melihat barangnya.
Memilih barang saat belanja juga memberikan kenikmatan tersendiri. Begitu menyenangkan sampai kerap tak sadar telah menghabiskan uang di dompet. Akhirnya ketika ada kebutuhan yang benar-benar penting, keuangan menipis dan merasa gaji tak pernah mencukupi kebutuhan.
4. Dihabiskan di depan.
Begitu semua kewajiban atau tagihan rutin sudah dibayarkan, Anda lantas asal mengeluarkan uang. Atau begitu menerima gaji, kendali belanja jadi longgar. Di tengah bulan, Anda bisa tutup mata melihat tawaran sale, tapi begitu terima gaji, selalu ada alasan untuk membeli apa saja di depan mata. Karena harga murah, barangnya koleksi terbatas, modelnya menarik. Jika ini terjadi pada Anda, jangan heran jika gaji tidak cukup hingga ke gaji berikutnya.
5. Kenaikan tak sebanding dengan inflasi.
Kalau sudah berhemat dan mengencangkan ikat pinggang tapi gaji tak cukup juga, kemungkinan besar karena kenaikan gaji tak sebanding dengan kenaikan inflasi. Kalau kenaikan inflasi saja misalnya 15 persen, kenaikan gaji per tahunnya hanya 10 persen, jelas tidak akan mengejar kebutuhan.
Misalnya, gaji yang diterima Rp 2 juta per bulan, sementara biaya hidup juga Rp 2 juta. Begitu tahun depan harga naik, termasuk biaya transportasi, biaya hidup meningkay menjadi Rp 2,3 juta per bulan. Sementara kenaikan gaji hanya Rp 2,2 juta. Pantas saja jika gaji tak cukup.
(Majalah Chic/Ika Nurul Syifaa), kompas