Baca Artikel Lainnya
Mulut sebagai salah satu pintu masuk benda asing ke dalam tubuh amat
rentan terpapar kuman dan bakteri. Oleh sebab itu, banyak dokter
mengatakan menjaga kesehatan mulut berarti pula mencegah kuman penyakit
masuk ke tubuh.
kebanyakan orang sering salah mengartikan kesehatan mu lut dengan hanya menjaga kebersihan gigi.
Ketua Ikatan Periodontologi Indonesia (Iperi) Komisariat Jakarta Hari Sunarto menyatakan selain karies, masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat Indonesia yakni penyakit periodontal atau gusi.
Hari merujuk Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2011 Kementerian Kesehatan yang menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut, termasuk karies dan penyakit periodontal, tergolong cukup tinggi, yakni diderita sekitar 60% masyarakat.
“Hampir 98% masalah yang dialami masyarakat ialah penyakit jaringan periodontal atau jaringan penyangga. Kebanyakan giginya kuat, tapi jaringan penyangganya rusak. Gusi serta jaringan penyangga gigi sangat rentan terhadap infeksi dan peradangan,” kata Hari pada diskusi terkait kesehatan gigi dan mulut di Jakarta, pekan lalu.
Pada dasarnya, lanjut Hari, gusi serta jaringan penyangga gigi ialah rumah bagi gigi. Gusi yang sehat tentu akan menjaga kondisi gigi tetap sehat pula.
“Biasanya gejala awal yang kerap muncul terkait permasalahan gusi yaitu perdarahan. Itu terjadi karena terdapat karang gigi pada perbatasan gigi dan gusi. Namun, umumnya orang mengabaikan saja kondisi itu dan menganggapnya tidak akan mengakibatkan penyakit yang lebih serius,” papar Hari.
Padahal, lanjut Hari, berbagai permasalahan yang lebih besar dapat muncul bila permasalahan itu disepelekan. Salah satunya penjalaran infeksi hingga ke tulang penyokong gigi.
“Bila itu terjadi, dapat mengakibatkan gigi tanggal meski gigi tidak berlubang,” ucap Hari.
Selain itu, kesehatan gusi juga terkait dengan berbagai penyakit lainnya. Seperti penyakit jantung, stroke, bahkan risiko kelahiran bayi prematur pada ibu hamil.
“Bakteri yang mengendap di sekitar gigi bisa masuk melalui celah antara gigi dan gusi yang tidak sehat, lalu terbawa aliran pembuluh darah menuju berbagai organ termasuk jantung,” jelas Hari.
Tidak hanya itu, bakteri itu juga bisa mengiritasi dinding pembuluh darah.
Tidak mengherankan bila data penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara bakteri mulut dan penyumbatan pembuluh darah yang bisa memicu serangan jantung dan stroke.
“Bukti-bukti menunjukkan penderita penyakit gusi lebih sering menderita penyakit jantung dan stroke daripada mereka yang mulutnya sehat. Makin parah penyakit gusinya, makin tinggi risikonya.“
Hari memaparkan, merokok, jarang menyikat gigi, dan tidak memeriksakan kesehatan gigi secara teratur merupakan pemicu terjadinya penyakit gusi.
Penyakit gusi merupakan penyebab utama terjadinya gigi tanggal pada usia dewasa. Hal itu lebih sering terjadi pada gigi bagian depan.
Untuk menangani permasalahan pada gusi, menurut Hari, dibutuhkan penanganan yang tepat.
“Langkah pertama yakni mengetahui kondisi gusi yang sehat dengan memastikan warna gusi merah muda cerah, berbentuk stabil, tidak berdarah, serta tidak sakit,“ jelas Hari.
Sama halnya seperti gigi, gusi juga semestinya turut diperiksa oleh dokter gigi dengan rutin setiap enam bulan sekali.
“Namun, upaya pencegahan yang dilakukan sehari-hari tetap lebih penting. Misalnya, menyikat gigi di waktu yang tepat dengan cara yang benar, menggunakan pasta gigi yang dapat mengendalikan pertumbuhan bakteri di mulut, serta membersihkan sela-sela gigi secara maksimal.
Ketua Ikatan Periodontologi Indonesia (Iperi) Komisariat Jakarta Hari Sunarto menyatakan selain karies, masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat Indonesia yakni penyakit periodontal atau gusi.
Hari merujuk Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2011 Kementerian Kesehatan yang menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut, termasuk karies dan penyakit periodontal, tergolong cukup tinggi, yakni diderita sekitar 60% masyarakat.
“Hampir 98% masalah yang dialami masyarakat ialah penyakit jaringan periodontal atau jaringan penyangga. Kebanyakan giginya kuat, tapi jaringan penyangganya rusak. Gusi serta jaringan penyangga gigi sangat rentan terhadap infeksi dan peradangan,” kata Hari pada diskusi terkait kesehatan gigi dan mulut di Jakarta, pekan lalu.
Pada dasarnya, lanjut Hari, gusi serta jaringan penyangga gigi ialah rumah bagi gigi. Gusi yang sehat tentu akan menjaga kondisi gigi tetap sehat pula.
“Biasanya gejala awal yang kerap muncul terkait permasalahan gusi yaitu perdarahan. Itu terjadi karena terdapat karang gigi pada perbatasan gigi dan gusi. Namun, umumnya orang mengabaikan saja kondisi itu dan menganggapnya tidak akan mengakibatkan penyakit yang lebih serius,” papar Hari.
Padahal, lanjut Hari, berbagai permasalahan yang lebih besar dapat muncul bila permasalahan itu disepelekan. Salah satunya penjalaran infeksi hingga ke tulang penyokong gigi.
“Bila itu terjadi, dapat mengakibatkan gigi tanggal meski gigi tidak berlubang,” ucap Hari.
Selain itu, kesehatan gusi juga terkait dengan berbagai penyakit lainnya. Seperti penyakit jantung, stroke, bahkan risiko kelahiran bayi prematur pada ibu hamil.
“Bakteri yang mengendap di sekitar gigi bisa masuk melalui celah antara gigi dan gusi yang tidak sehat, lalu terbawa aliran pembuluh darah menuju berbagai organ termasuk jantung,” jelas Hari.
Tidak hanya itu, bakteri itu juga bisa mengiritasi dinding pembuluh darah.
Tidak mengherankan bila data penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara bakteri mulut dan penyumbatan pembuluh darah yang bisa memicu serangan jantung dan stroke.
“Bukti-bukti menunjukkan penderita penyakit gusi lebih sering menderita penyakit jantung dan stroke daripada mereka yang mulutnya sehat. Makin parah penyakit gusinya, makin tinggi risikonya.“
Hari memaparkan, merokok, jarang menyikat gigi, dan tidak memeriksakan kesehatan gigi secara teratur merupakan pemicu terjadinya penyakit gusi.
Penyakit gusi merupakan penyebab utama terjadinya gigi tanggal pada usia dewasa. Hal itu lebih sering terjadi pada gigi bagian depan.
Untuk menangani permasalahan pada gusi, menurut Hari, dibutuhkan penanganan yang tepat.
“Langkah pertama yakni mengetahui kondisi gusi yang sehat dengan memastikan warna gusi merah muda cerah, berbentuk stabil, tidak berdarah, serta tidak sakit,“ jelas Hari.
Sama halnya seperti gigi, gusi juga semestinya turut diperiksa oleh dokter gigi dengan rutin setiap enam bulan sekali.
“Namun, upaya pencegahan yang dilakukan sehari-hari tetap lebih penting. Misalnya, menyikat gigi di waktu yang tepat dengan cara yang benar, menggunakan pasta gigi yang dapat mengendalikan pertumbuhan bakteri di mulut, serta membersihkan sela-sela gigi secara maksimal.
references by metrotv