Baca Artikel Lainnya
Cinta adalah kesadaran diri, perasaan jiwa dan pendorong hati yang menyenangkan seseorang terpaut hatinya kepada apa yang dicintainya dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.
LAA YATASHOWWARU MAHABBATA ILLA BA'DA MA'RIFATIN WA 'IDROTIN
Insya-Allah, Allah Azza Wa jalla tidak akan mengecewakan hamba-Nya...
Bahkan Dia tidak akan memungkiri janji-Nya...
Follow @A_BlogWeb
ASAL CINTA MENURUT IMAM GHOZALI R.A.
Imam Ghozali R.A. di dalam kitab IHYA 'ULUUMUDDIN" jilid IV Bab HAQIQOTUL MAHABBAH (Bab Haqeqat cinta) Hl. 288-289 menerangkan :
LAA YATASHOWWARU MAHABBATA ILLA BA'DA MA'RIFATIN WA 'IDROTIN
Jadi sumbernya cinta menurut Imam Ghozali R.A. itu ada 3 perkara.
1.Mengenal dan bertemu
2.Setelah mengenal dan bertemu, lalu menimbulkan kecocokan (Bahasa Arabnya MUWAFFAQOH).
3.Setelah cocok lalu menimbulkan ketaatan (Bahasa Arabnya :LADDZATUN artinya Enak).
PENJELASAN ASAL CINTA (MENURUT IMAM GHOZALI R.A.)
1.Mengenal dan bertemu
2.Setelah mengenal dan bertemu, lalu menimbulkan kecocokan (Bahasa Arabnya MUWAFFAQOH).
3.Setelah cocok lalu menimbulkan ketaatan (Bahasa Arabnya :LADDZATUN artinya Enak).
PENJELASAN ASAL CINTA (MENURUT IMAM GHOZALI R.A.)
1. Asal cinta yang pertama (MENGENAL & BERTEMU)
Menurut Imam Ghozali R.A. asalnya cinta itu :
- Tidak terupa oleh Aqal
- Tidak tergambar oleh Aqal
- Tidak terupa di dalam Aqal fikiran, kecuali setelah "mengenal dan bertemu".
- Tidak terupa oleh Aqal
- Tidak tergambar oleh Aqal
- Tidak terupa di dalam Aqal fikiran, kecuali setelah "mengenal dan bertemu".
Dan tidak mungkin seseorang itu mencintai sesuatu kecuali terlebih dahulu orang itu mengenal dan bertemu akan sesuatu tersebut. Sebagaimana seseorang itu mencintai akan rupa yang indah, mencintai akan bentuk yang bagus, sudah tentu terlebih dahulu mengenal dan bertemu dengan rupa yang bagus itu.
Begitu juga seseorang itu mencintai akan manisnya gula, sudah tentu orang itu terlebih dahulu mengenal dan bertemu antara lidahnya dengan rasa manisnya gula. Seperti halnya juga orang mencintai bau harum, sudah tentu orang itu terlebih dahulu mengenal dan bertemu antara hidungnya dengan bau yang harum itu.
Inilah asalnya cinta yang pertama menurut Imam Ghozali R.A.
2. Asal Cinta yang ke dua (MUWAFAQOH / cocok / sesuai)
Segala apa yang telah diketahui dan dikenal serta bertemu (baik itu bentuk, rupa, rasa, bau, maupun suara) semuanya itu ada yang menimbulkan cocok di dalam hati. Dan ada yang menimbulkan rasa tidak cocok di dalam hati, dalam bahasa Arab disebut ada yang Muwaffaqoh ada yang tidak muwaffaqoh.
3. Asal cinta yang ke tiga (LADDZATUN – lezat /enak).
Bila sesuatu yang dikenal dan bertemu itu menimbulkan kecocokan di dalam hati, maka dari kecocokan itu menimbulkan LADZATUN (lezat /enak). Akan tetapi bila sesuatu yang dikenal dan bertemu itu tidak ada kecocokan di dalam hati, maka tidak akan menimbulkan enak, tidak menimbulkan Laddzatun, tapi menimbulkan NIQMAT (rasa yang tidak enak).
NIQMAT dengan NIKMAT itu lain, jadi jangan sampai keliru dan jangan dicampur.
Adanya tidak ada kecocokan di dalam hati itu disebabkan tidak semua rupa yang indah, suara yang indah itu bisa menimbulkan kecocokan di dalam hati.
Apa Makna Pernikahan dalam Islam?
Pernikahan merupakan salah satu praktik tertua yang dilakukan manusia. Pernikahan dilakukan para Nabi sejak Nabi Adam as. dan telah diajarkan secara turun temurun melalui tradisi keagamaan.
Islam memandang pernikahan sebagai sesuatu yang mulia dan menilai mereka yang menikah sebagai menjalankan ibadah. Bahkan dalam sebuah hadis, disebutkan bahwa “Menikah itu (menjalankan) setengah agama.”
Islam memandang pernikahan sebagai sesuatu yang mulia dan menilai mereka yang menikah sebagai menjalankan ibadah. Bahkan dalam sebuah hadis, disebutkan bahwa “Menikah itu (menjalankan) setengah agama.”
Bagaimanapun di masa sekarang ini, masyarakat yang cenderung sekuler secara berangsur-angsur mulai meremehkan dan meninggalkan lembaga pernikahan.
Apa sebenarnya urgensi dan makna pernikahan dalam Islam?
Bagaimana menghadapi tantangan zaman sekarang yang cenderung meremehkan pernikahan?
Kebanyakan daripada kita apabila berfikir soal jodoh, pasti akan tercetus rasa takut walaupun sedikit. Mana tidaknya, kita memikirkan tentang siapakah jodoh kita, bagaimana agamanya, akhlaknya, keluarganya, dan seribu macam persoalan lagi.
Dalam Islam tidak ada yg namanya pacaran..
berpacaran=zina
Ketika kamu menyukai seseorang, datangi orangtuanya..
nikahilah..
dan bertanggung jawab dunia & akhirat..
Jika kita mengidamkan pasangan yang baik dan sempurna, kita hendaklah memperbaiki diri kita ke arah yang lebih baik. Lengkapkan diri dengan segala kebaikan. Upgrade diri supaya lebih bagus dari hari ke hari.
berpacaran=zina
Ketika kamu menyukai seseorang, datangi orangtuanya..
nikahilah..
dan bertanggung jawab dunia & akhirat..
Jika kita mengidamkan pasangan yang baik dan sempurna, kita hendaklah memperbaiki diri kita ke arah yang lebih baik. Lengkapkan diri dengan segala kebaikan. Upgrade diri supaya lebih bagus dari hari ke hari.
Insya-Allah, Allah Azza Wa jalla tidak akan mengecewakan hamba-Nya...
Bahkan Dia tidak akan memungkiri janji-Nya...