Baca Artikel Lainnya
Setelah masa pemberian ASI eksklusif 6 bulan penuh, bayi sebaiknya diberi makanan tambahan selain ASI. Nah, terkadang para ibu membuat sendiri makanan tambahan bagi bayi mereka itu dengan menambahkan gula dan garam di dalamnya.
Padahal menurut seorang Konsultan pediatri dari Apollo Cradle, Bangalore, dr. Sowmya C.C, M.B.B.S, DNB, bayi tak seharusnya diberi perasa makanan terlalu awal.
Gula dan garam idealnya baru boleh diberikan jika usia bayi telah lebih dari 9 bulan. Alasan yang diungkap oleh dr. Sowmya, jika terlalu dini diberikan gula serta garam maka bayi beresiko terkena infeksi telinga, infeksi tenggorokan, serta berbagai masalah dengan giginya.
“Bayi sudah bisa makan makanan biasa setelah berusia sembilan bulan. Namun jika mengonsumsi gula dan garam terlalu awal dapat menyebabkan infeksi telinga, tenggorokan dan masalah gigi,” ujarnya dilansir oleh laman iDiva.
Bukankah pada saat mengonsumsi ASI pun bayi sesungguhnya tak mengindahkan rasanya, apakah manis atau asin? Sehingga dalam memperkenalkan dengan jenis makanan, ibu sebaiknya tak terlalu banyak memikirkan pemberian perasa makanan.
Ahli anak lainnya, Ashish Sahni dari Sri Balaji Action Medical Institute, Delhi bahkan menyebutkan risiko terjadinya gangguan kerja ginjal pada bayi jika terlalu dini diberikan makanan asin.
Untuk makanan manis, dirinya pun memberi peringatan mengenai bahayanya untuk gigi bayi. Gigi susu bayi bisa rusak jika makanan yang dikonsumsinya lebih dominan diberi gula.
Anjuran lain dari seorang dokter ahli nutrisi dari New Delhi, Lovneet Batra, malah lebih baik tak memberi bayi perasa seperti gula dan garam sampai usia 12 bulan atau 1 tahun pertama. Idealnya itu berjalan hingga 2 tahun.
“Gula bisa membuat kecanduan dan menyebabkan hiperaktif,” kata dia.
references by sidomi