Baca Artikel Lainnya
Pneumonia atau radang paru disebut
menjadi salah satu faktor utama tingginya angka kematian bayi dan balita
Indonesia. Kementerian Kesehatan mencatat setiap 2,6 menit ada 1 anak
yang meninggal akibat pneumonia.
Penyakit yang masuk lewat bakteri ini,
ditularkan melalui banyak faktor diantaranya bayi tidak mendapat ASI
eksklusif, imunisasi tidak lengkap, cuaca dingin, kepadatan penduduk,
lingkungan yang tidak heiginis, bahkan polusi udara, seperti asap rokok,
asap pabrik dan asap kebakaran hutan.
Menurut, Direktur Pengendalian Penyakit
Menular Langsung (PPML), Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, Sigit Priohutomo, sekira 309 ribu
anak terserang pneumonia tiap tahun di Indonesia. 197 ribu di antaranya
meninggal. Dengan nilai Rate tiap 1,7 menit ada 1 anak yang terserang
pneumonia dan tiap 2,6 menit ada yang meninggal.
"Ini angka yang cukup besar, di negara
berkembang seperti indonesia, meskipun masih banyak negara lain yang
sama," katanya, saat mengadakan seminar dan temu media, di Gedung
Kemenkes Jakarta, Selasa (4/11).
Meskipun masih menjadi penyebab kematian
nomor dua di Indonesia lanjutnya, namun, pneumonia termasuk penyebab
utama tingginya angka kematian bayi setelah diare.
"Penyebabnya hampir tidak jauh berbeda
dengan diare, dikarenakan lingkungan yang tidak sehat, polusi udara, dan
kesadaran orang tua untuk menjaga kebersihan kurang, seperti mencuci
tangan, merokok, dan kebersihan dapur," ujarnya.
Sementra itu, Ketua Unit Kelompok Kerja
(UKK) Respiro dari PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Nastiti
Kaswandani menyebutkan peran masyarakat sangat dibutuhkan untuk dapat
mencegah semakin meningkatnya angka kematian bayi Indonesia, dengan cara
pencegahan, artinya peran masyarakat untuk menghilangkan faktor resiko
pneumonia, Deteksi dini, mengenali gejala pneumonia, dan pengobatan,
artinya orang tua harus membawa balita ketempat yang tepat (dokter
anak).
"Untuk pencegahan, orang tua harus sadar
pentingnya ASI eksklusif, jangan merokok sembarangan, jaga kebersihan
lingkungan rumah, dan tangan sebelum menyentuh bayi. Deteksi dini, anak
gelisah, frekuensi nafas lebih cepat, usia 2 bulan frekunsi nafas sampai
60 tarikan, 2-12 bulan frekuensi nafas 50 tarikan, 1-5 tahun 40
tarikan, pengibatan, apabila ada indikasi, segera bawa balita ke
puskesmas atau RS, jangan membeli obat sembarangan," imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Sekjen Ikatan
Dokter Indonesia (IDI), Daeng Muhammad Faqih, menuturkan guna mencegah
penyakit tersebut IDI, mengajak masyarakat untuk selalu menjaga
lingkungan bersih terutama rumah tangga, dan untuk petugas kesehatan
agar selalu memberikan edukasi kepada keluarga pasien dalam mencegah dan
mengenalkan tanda pneumonia pada balita.
Sehubungan dengan peringatan Hari
Pneumonia sedunia, 15 November 2014, IDI mengajak masyarakat untuk
melakukan hal-hal sederhana guna mencegah penyakit tersebut.
"Lakukan ASI eksklusif selama 6 bulan,
bikin ventilasi rumah yang baik, cuci tangan dengan menggunakan sabun,
minum air bersih dan matang serta pelihara sanitasi keluarga, berikan
gizi yang seimbang pada bayi, dan ingat jangan merokok didepan bayi
anda," tuntasnya.
references by jpnn