Baca Artikel Lainnya
Di bulan Ramadhan, begitu tampat perubahan semua orang ke arah yang positif. Orang berpuasa merasa malu untuk berbohong. Bila ada yang menyampaikan berita, pasti semua orang akan berkata, “Jangan bohong lho, ini bulan puasa”.
Pembawa acara/presenter televisi mulai memakai pakaian panjang dan lebar, tidak ketat, menutup aurat walaupun masih kurang maksimal. Karyawan rumah makan, baju, Pegawai supermarket juga dapat intruksi dari boss untuk memakai jilbab. Untuk menghormati bulan Ramadhan, katanya.
Malam hari, orang berbondong-bondong sholat ‘Isya berjamaah. Dilanjutkan kemudian dengan sholat tarawih dan witir. Kemudian tadarus pun ditumbuhkan di masjid dan surau.
Intinya, banyak orang tergerak hatinya untuk menyemarakkan suasana ibadah di bulan Ramadhan. Dan tidak sedikit yang menjadi pengingat temannya agar meninggalkan maksiat di bulan Ramadhan.
Suasana ini secara otomatis membantu kita untuk menjadi sholeh, karena kita dikelilingi oleh orang-orang yang berniat baik menjadi sholeh di bulan Ramadhan. Sehingga muncul rasa malu jika kita ketahuan tidak puasa pasti ada rasa malu; bila kita kedapatan memaki dan berbohong; jika kita absen sholat tarawih di masjid pasti akan ditanyakan oleh tetangga; jika kita tidak ikut andil dalam acara amal acara buka puasa bersama dhuafa, dan masih banyak hal lainnya. Semua ini karena pengaruh oragn sekitar kita yang sibuk dalam ibadah.
Inilah yang kita rasakan di bulan Ramadhan. Mudah menjalankan ibadah karena banyak dukungan dari lingkungan sekitar.
Pintar memilih teman: Pilih yang sholeh, jangan tukang maksiat
Inilah yang diperintahkan Rasulullah. Yaitu, untuk memilih teman dari orang-orang yang sholeh. Rasulullah mengibaratkan teman bagaikan penjual minyak wangi atau pandai besi. Siapapun yang bergaul dengan mereka berdua, pasti akan ada pengaruhnya pada pakaian atau tubuh kita. Dari penjual minyak wangi akan terciprat aroma harum. Sedangkan dari pandai besi akan terpercik bara api membakar baju kita, atau akan membuat baju kita beraroma tidak sedap akibat pengaruh asapnya.
Ada yang mengibaratkan bahwa “teman adalah magnet”. Begitu gampang ia akan menarik kita. Kalau mereka orang sholeh, kita akan ditarik untuk ikut sholeh. Jika mereka orang nakal, maka kita akan tertular kenakalan mereka tanpa disadari.
Dalam Al Quran, Allah Ta’ala kisahkan ahwal hari kiamat. Ketika seorang mukmin penghuni surga sedang mencari teman dekatnya dulu waktu di dunia. Temannya tersebut orang yang mengingkari, mengolok-olok, tidak atau tidak mentaai ajaran Islam, ia mengingkari akan hari kiamat dan hari kebangkitan manusia dari kuburnya. Si mukmin ini bertanya-tanya di manakah gerangan temannya itu kini. Ternyata didapatlah teman berada di tengah api neraka. Langsung si mukmin ini berkata, “Demi Allah, hampir saja dulu di dunia kamu menyesatkan aku. Seandainya bukan karena Rahmat Allah. Niscaya aku akan bersamamu juga di azab neraka”. (Baca Al Quran. surat As Shoffat: 51-57)
Dalam ayat itu Allah Ta’ala menyampaikan pada kita bahwa teman bisa berbahaya, karena pengaruhnya bisa menarik kita ke pintu neraka.
Lihatlah, berapa banyak kasus tawuran antar pelajar; kasus narkoba di kalangan pemuda; kasus pesta miras; kasus pesta sex. Semua itu akibat pengaruh pergaulan. Yang berawal ikutan teman karena merasa nggak enak kalau berbeda dengan komplotan geng.
Kaum Muslimin. Jadikanlah suasana Ramadhan yang penuh berkah ini sebagai langkah awal kita untuk menyeleksi teman yang pantas bergabung dengan kita. Mari kita berani memilih teman yang sholeh, dan berani pula untuk menolak berteman dengan orang bermaksiat.
Penulis: Ustadz Muhammad Yassir, Lc
(Dosen STDI Imam Syafi’i Jember)
modified by agunkzscreamo
Follow @A_BlogWeb
Pembawa acara/presenter televisi mulai memakai pakaian panjang dan lebar, tidak ketat, menutup aurat walaupun masih kurang maksimal. Karyawan rumah makan, baju, Pegawai supermarket juga dapat intruksi dari boss untuk memakai jilbab. Untuk menghormati bulan Ramadhan, katanya.
Malam hari, orang berbondong-bondong sholat ‘Isya berjamaah. Dilanjutkan kemudian dengan sholat tarawih dan witir. Kemudian tadarus pun ditumbuhkan di masjid dan surau.
Intinya, banyak orang tergerak hatinya untuk menyemarakkan suasana ibadah di bulan Ramadhan. Dan tidak sedikit yang menjadi pengingat temannya agar meninggalkan maksiat di bulan Ramadhan.
Suasana ini secara otomatis membantu kita untuk menjadi sholeh, karena kita dikelilingi oleh orang-orang yang berniat baik menjadi sholeh di bulan Ramadhan. Sehingga muncul rasa malu jika kita ketahuan tidak puasa pasti ada rasa malu; bila kita kedapatan memaki dan berbohong; jika kita absen sholat tarawih di masjid pasti akan ditanyakan oleh tetangga; jika kita tidak ikut andil dalam acara amal acara buka puasa bersama dhuafa, dan masih banyak hal lainnya. Semua ini karena pengaruh oragn sekitar kita yang sibuk dalam ibadah.
Inilah yang kita rasakan di bulan Ramadhan. Mudah menjalankan ibadah karena banyak dukungan dari lingkungan sekitar.
Pintar memilih teman: Pilih yang sholeh, jangan tukang maksiat
Inilah yang diperintahkan Rasulullah. Yaitu, untuk memilih teman dari orang-orang yang sholeh. Rasulullah mengibaratkan teman bagaikan penjual minyak wangi atau pandai besi. Siapapun yang bergaul dengan mereka berdua, pasti akan ada pengaruhnya pada pakaian atau tubuh kita. Dari penjual minyak wangi akan terciprat aroma harum. Sedangkan dari pandai besi akan terpercik bara api membakar baju kita, atau akan membuat baju kita beraroma tidak sedap akibat pengaruh asapnya.
Ada yang mengibaratkan bahwa “teman adalah magnet”. Begitu gampang ia akan menarik kita. Kalau mereka orang sholeh, kita akan ditarik untuk ikut sholeh. Jika mereka orang nakal, maka kita akan tertular kenakalan mereka tanpa disadari.
Dalam Al Quran, Allah Ta’ala kisahkan ahwal hari kiamat. Ketika seorang mukmin penghuni surga sedang mencari teman dekatnya dulu waktu di dunia. Temannya tersebut orang yang mengingkari, mengolok-olok, tidak atau tidak mentaai ajaran Islam, ia mengingkari akan hari kiamat dan hari kebangkitan manusia dari kuburnya. Si mukmin ini bertanya-tanya di manakah gerangan temannya itu kini. Ternyata didapatlah teman berada di tengah api neraka. Langsung si mukmin ini berkata, “Demi Allah, hampir saja dulu di dunia kamu menyesatkan aku. Seandainya bukan karena Rahmat Allah. Niscaya aku akan bersamamu juga di azab neraka”. (Baca Al Quran. surat As Shoffat: 51-57)
Dalam ayat itu Allah Ta’ala menyampaikan pada kita bahwa teman bisa berbahaya, karena pengaruhnya bisa menarik kita ke pintu neraka.
Lihatlah, berapa banyak kasus tawuran antar pelajar; kasus narkoba di kalangan pemuda; kasus pesta miras; kasus pesta sex. Semua itu akibat pengaruh pergaulan. Yang berawal ikutan teman karena merasa nggak enak kalau berbeda dengan komplotan geng.
Kaum Muslimin. Jadikanlah suasana Ramadhan yang penuh berkah ini sebagai langkah awal kita untuk menyeleksi teman yang pantas bergabung dengan kita. Mari kita berani memilih teman yang sholeh, dan berani pula untuk menolak berteman dengan orang bermaksiat.
Jadi..
Apakah sholeh dan sholehah mu cukup di bulan Ramadhan saja ?
Apakah sholeh dan sholehah mu cukup di bulan Ramadhan saja ?
Lupakah bahwa malaikat maut selalu mengawasimu?
Apa sudah merasa diri ini membawa perbekalan yg cukup untuk alam kubur dan padang mahsyar kelak?
Apa sudah merasa diri ini membawa perbekalan yg cukup untuk alam kubur dan padang mahsyar kelak?
Penulis: Ustadz Muhammad Yassir, Lc
(Dosen STDI Imam Syafi’i Jember)
modified by agunkzscreamo