Baca Artikel Lainnya
Ahli kesehatan mengingatkan agar kita tidak mengabaikan saat mengalami
sakit kepala berdenyut-denyut berulang di lokasi tubuh yang sama, karena
bisa berisiko stroke.
"Sakit kepala berdenyut-denyut itu bisa jadi gejala aneurisma (kelainan pembuluh darah dimana pembuluh darah melenting seperti balon atau kelainan bentuk pembuluh darah berupa tonjolan abnormal di pembuluh darah)," ujar Spesialis Saraf RSPI-Pondok Indah, dr. Rubiana Nurhayati,Sp.S., di Jakarta, Rabu (24/6).
"Kondisi ini jangan diabaikan karena pembuluh darah bisa pecah dan terjadi stroke," tambah dia. Rubiana mengatakan, tingkat nyeri akan semakin menyakitkan seiring berjalannya waktu (progresif).
Oleh karena itu, menurut dia saat mengalami kondisi ini penderita dianjurkan melakukan pemeriksaan salah satunya MRA (Magnetic Resonance Angiography). MRA merupakan pemeriksaan non-invasive yang dapat memberikan gambaran pencitraan pembuluh darah tanpa menggunakan menggunaan radiasi sinar X.
"Kalau sudah diperiksa menggunakan MRA lalu diameternya (pembuluh darah) 2,5 mm, maka dibiarkan. Tetapi jika sudah membesar dilakukan beberapa tindakan seperti coiling dan cliping agar pembuluh darah tidak pecah," tutur Rubiana.
Menurut dia, aneurisma hingga kini belum dapat diketahui penyebabnya. Namun, faktor kogenital atau bawaan saat bayi lahir ditenggarai menjadi salah satu penyebab aneurisma.
references by republika
Follow @A_BlogWeb
"Sakit kepala berdenyut-denyut itu bisa jadi gejala aneurisma (kelainan pembuluh darah dimana pembuluh darah melenting seperti balon atau kelainan bentuk pembuluh darah berupa tonjolan abnormal di pembuluh darah)," ujar Spesialis Saraf RSPI-Pondok Indah, dr. Rubiana Nurhayati,Sp.S., di Jakarta, Rabu (24/6).
"Kondisi ini jangan diabaikan karena pembuluh darah bisa pecah dan terjadi stroke," tambah dia. Rubiana mengatakan, tingkat nyeri akan semakin menyakitkan seiring berjalannya waktu (progresif).
Oleh karena itu, menurut dia saat mengalami kondisi ini penderita dianjurkan melakukan pemeriksaan salah satunya MRA (Magnetic Resonance Angiography). MRA merupakan pemeriksaan non-invasive yang dapat memberikan gambaran pencitraan pembuluh darah tanpa menggunakan menggunaan radiasi sinar X.
"Kalau sudah diperiksa menggunakan MRA lalu diameternya (pembuluh darah) 2,5 mm, maka dibiarkan. Tetapi jika sudah membesar dilakukan beberapa tindakan seperti coiling dan cliping agar pembuluh darah tidak pecah," tutur Rubiana.
Menurut dia, aneurisma hingga kini belum dapat diketahui penyebabnya. Namun, faktor kogenital atau bawaan saat bayi lahir ditenggarai menjadi salah satu penyebab aneurisma.
references by republika