Baca Artikel Lainnya
Shaum dan Shiyam, yang keduanya merujuk pada bahasa Arab. Dua kata itu terdapat di dalam Al Quran. Shaum Ramadahan sudah Allah SWT perintahkan kepada para Nabi-Nabi sebelum Nabi Penutup akhir Zaman yaitu Nabi Muhammad SAW,
sedang kata puasa berasal dari bahasa Sanskerta, yakni upawasa yang bermakna "ritual untuk 'masuk' ke sang Hyang " Sanskerta adalah bahasa kesusastraan Hindu Kuno yang berasal dari Asia Selatan (India). Sanskerta dipakai di Jawa dan wilayah Nusantara lainnya pada masa kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha atau sebelum masuknya agama Islam ke Indonesia. Istilah upawasa dalam bahasa Sanskerta pada akhirnya diadaptasi oleh istilah lokal (Jawa) yakni pasa yang kemudian berkembang menjadi puasa.
Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqi di dalam Kitab al-Mu'jam al-Mufahras li Alfadzil Quranil Karim misalnya, menyebut bahwa di dalam Al Quran kata 'Shaum' disebutkan satu kali, yakni di Surat Maryam ayat 26. Sementara kata 'Shiyam' disebutkan delapan kali di dalam Al Quran.
Adapun perbedaan shaum, shiyam dan puasa menurut "Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah" oleh Akhyar As-Shiddiq Muhsin, Lc & Dahlan menjelaskan, kata shaum dengan segala bentuknya dalam bahasa Arab disebut 13 kali dalam Al-Qur'an. Kata yang paling sering digunakan adalah kata shiyam dan hanya disebut satu kali dengan kata shaum.
Kata shaum mengandung makna lebih daripada kata shiam. Kata shiam hanya berarti berpuasa dengan menahan diri untuk tidak makan, minum dan bergaul dengan istri/suami sejak fajar sampai maghrib.
Sementara itu, shaum tidak hanya mencegah makan, minum dan bergaul dengan istri/suami tetapi juga harus mencegah bicara, mendengar, melihat dan bahkan pikiran dari hal-hal yang merusak ibadah puasa. Menurut Imam Al-Ghazali di dalam Kitab Ihya 'Ulumiddin inilah bentuk puasa sesungguhnya yang akan mengantarkan manusia kepada derajat takwa.
Sementara itu, puasa adalah bahasa Indonesia dari padanan shaum atau shiam. Puasa adalah tidak makan dan tidak minum dengan sengaja. Dalam buku '125 Masalah Puasa' oleh Muhammad Anis Sumaji, puasa adalah bentuk terjemahan dari kata shaum atau shiyam yang memiliki kata dasar sama yaitu sha-wa-ma, secara etiomologi berarti menahan dan tidak bepergian dari satu tempat ke tempat yang lain.
MELATIH MENJAGA MATA SAAT SHAUM RAMADHAN
Era teknologi dimana setiap orang-orang lebih mudah memegang smartphone dan tak sengaja maupun sengaja melihat hal-hal yang bisa membatlkan atau mengurangi shaum ramadhannya. Orang-orang luar pun berlomba-lomba menampilkan dan meneyediakan tempat, sosial media baik berupa gambar atau video yang tak seharusnya dilihat oleh seorang Muslim
Selain menahan haus dan lapar, juga mendidik matanya atau pandangannya .Matanya selalu dipelihara agar tidak memandang apa-apa yang diharamkan oleh Allah swt, sehingga dia selalu menutup rapat-rapat pandangannya dari hal-hal yang dilarang.
Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Alquran Surah An-Nuur ayat 30-31 yang artinya, “Katakanlah kepada laki-laki yang beriman hendaklah meraka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah maha mengetahui apa-apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.”
Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Sayyidina Ali ra pernah bertanya kepada Rasulullah saw tentang pandangan. Rasulullah bersabda, “Kendalikan pandanganmu.”
Para pembaca yang dirahmati Allah. Ada lima hikmah dari menahan pandangan. Pertama, akan menimbulkan ketaatan kepada Allah, terutama berkenaan dengan perintah mengendalikan pandangan.
Kedua, hati menjadi bersih, tenang, tenteram, ceria, dan gembira. Ketiga, jauh dari petaka, aman dari bahaya, dan berhati-hati untuk tidak terjerumus dalam kesalahan.
Keempat, Allah akan memberikan hamba-Nya yang mampu menjaga pandangannya, berupa ilmu makrifah, taufik, dan kebenaran sebagai balasan atas ketakwaannya. Kelima, Allah akan memberikan kekuatan untuk mampu membedakan perkara yang hak dan yang batil serta memancarkan cahaya keimanan dan ketakwaan.
Masih banyak di antara orang-orang yang menahan haus dan lapar, akan tetapi dia tidak mampu menjaga matanya dari memandang pekara-perkara yang diharamkan. Sungguh orang seperti ini belum memahami hakikat dari shaum yang sebenarnya.
Para pembaca yang dirahmati Allah, bagi orang-orang yang sudah memahami hakikat shaum , dia tidak akan hanya menjaga pandangannya, tetapi juga pendengarannya. Menjaga dari suara-suara yang tidak membawa manfaat, bahkan akan menjerumuskan ke dalam kemaksiatan.
Allah berfirman dalam Alquran Surah Al-Isra ayat 36 yang artinya, “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan semuanya itu akan dimintai petanggungjawabannya.” Seluruh anggota badan, termasuk telinga akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah tentang apa-apa yang ia dengar.
Telinga orang-orang yang saleh selalu digunakan untuk mendengarkan perkataan-perkataan yang bersifat nasihat atau petunjuk untuk lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Telinga orang-orang yang shaum selalu berpaling dari suara-suara kotor dan jahat.
Orang lalai
Banyak manusia yang tidak mampu memanfaatkan anggota badan yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya. Mengenai hal ini Allah berfirman dalam Surah Al-A’raaf ayat 179 yang artinya, “Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari golongan jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka mempunyai mata, tetapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah. Mereka mempunyai telinga, tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai.”
Benar mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar nasihat, tidak mampu mendengar yang disertai renungan dan pemahaman tentang keagungan Allah swt. Yakni cara mereka mendengar seperti cara binatang, yang tidak mampu mengambil pelajaran dan manfaat dari apa-apa yang mereka dengar.
Ia seolah-olah telah menutup telinganya dari suara lantunan ayat-ayat Alquran, anjuran-anjuran syariah dan sunnah nabi, serta nasihat-nasihat para ulama. Padahal, jika telinganya digunakan untuk mendengar lantunan ayat-ayat Alquran, akan membuahkan semakin kokohnya keimanan dan akan menimbulkan kedamaian serta ketenangan.
Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqi di dalam Kitab al-Mu'jam al-Mufahras li Alfadzil Quranil Karim misalnya, menyebut bahwa di dalam Al Quran kata 'Shaum' disebutkan satu kali, yakni di Surat Maryam ayat 26. Sementara kata 'Shiyam' disebutkan delapan kali di dalam Al Quran.
Adapun perbedaan shaum, shiyam dan puasa menurut "Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah" oleh Akhyar As-Shiddiq Muhsin, Lc & Dahlan menjelaskan, kata shaum dengan segala bentuknya dalam bahasa Arab disebut 13 kali dalam Al-Qur'an. Kata yang paling sering digunakan adalah kata shiyam dan hanya disebut satu kali dengan kata shaum
Baca artikel detiknews, "Arti Shaum, Bedanya dengan Shiyam dan Puasa" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-5186703/arti-shaum-bedanya-dengan-shiyam-dan-puasa.
Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/