Baca Artikel Lainnya
Kini masih banyak yang menyepelekan pentingnya cuci tangan, baik saat di rumah, dalam berkegiatan, maupun saat berada di rumah sakit, baik pengunjung maupun tenaga kesehatannya.
Padahal, di daerah sekitar tangan banyak kuman bersarang yang bisa menyebabkan infeksi, salah satunya infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial atau disebut health care-associated infections (HCAIs) merupakan infeksi yang menjangkit tubuh pasien pada saat berada di rumah sakit dan dapat berkembang menjadi infeksi yang parah.
HCAI merupakan ancaman besar bagi keselamatan pasien karena dapat memperpanjang masa rawat inap dan merupakan salah satu penyebab utama kematian.
Di negara berkembang, termasuk Indonesia, prevalensi penularan infeksi meningkat hingga 40%. Bahkan, 50% bayi baru lahir yang terjangkit infeksi nosokomial memiliki tingkat probabilitas kematian lebih tinggi hingga 12%-52%. Penelitian lebih lanjut mengemukakan bahwa infeksi nosokomial di rumah sakit diakibatkan kurangnya kepatuhan para tenaga kesehatan.
“Praktiknya, 90% masih lupa cuci tangan, misalnya kita makan di tempat makan, karena lapar dan ingin cepat, kita langsung saja cuci tangan tanpa memakai sabun. Cuci tangan itu butuh usaha sedikit, sering juga di toilet wanita mereka hanya cuci tangan biasa dengan air tanpa memakai sabun,” kata Medical Science Liaison Mundipharma Indonesia dr Anna Mesiana di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dia menegaskan, sangat penting cuci tangan dengan sabun karena kuman penyebab penyakit ada di sekitar kita dan masih menempel selama 24 jam.
Banyak orang yang mengira penyebaran kuman itu hanya melalui udara, padahal tidak selalu dan sering melalui tangan, karena semua kegiatan banyak dilakukan dengan tangan, seperti memegang ponsel.
“Ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa kuman di ponsel 18 kali lebih banyak dari kuman yang ada di kloset toilet. Akibatnya, banyak keluhan seperti sakit perut, gatal, flu, dan sakit tenggorokan. Itu hal minimal yang sebenarnya penularannya dapat kita putus dengan cuci tangan dengan sabun.
Tangan yang basah juga menularkan kuman 1.000 kali lebih banyak dari tangan yang kiri. Karena itu, banyak di tempat cuci tangan disiapkan juga pengering tangan karena tangan yang basah kontaminasinya lebih banyak,” papar dr Anna.
Menurutnya, di sela-sela jari atau di kuku banyak sekali kuman dan sering terlewatkan. Untuk memutus rantai penularan penyakit itu, harus terus cuci tangan. Menurut WHO, cara pencegahan penyakit bisa dimulai dengan mencuci tangan.
“Kuman penyebab penyakit ada juga dari virus, wabah, penyakit yang terdapat di negara lain, contohnya virus Sars, gejalanya sangat biasa, seperti demam, pegalpegal, sesak napas, perbedaannya ada di penularan. Angka insiden Sars mencapai 15% dan cukup tinggi, dan paling arah adalah virus Mers yang mencapai 60% dari total kasus,” ujar dr Anna.
Dia menambahkan, flu juga disebabkan virus dan banyak wabah di seluruh dunia yang penyebabnya berasal dari hewan. Sementara itu, pengobatan untuk wabah itu masih jarang. Obat pertamanya adalah pencegahan. Untuk cuci tangan, dr Anna menuturkan bahwa sabun biasa dan antiseptik dapat digunakan untuk mencuci tangan.
“Antiseptik adalah satu bahan kimia yang dapat membunuh kuman penyakit. Apabila rentan terkena penyakit dan takut mendapatkan infeksi, boleh memaki antiseptik, misalnya kita sedang buru-buru, traveling , susah mencari tempat cuci tangan, bisa memakai hand sanitizer ,” bebernya.
Dr Anna melanjutkan, dalam menjaga kebersihan diri dan keluarga, masyarakat juga harus mengedukasi anak-anak bagaimana cara mencegah penyakit.
“Cara cuci tangan yang benar dimulai dengan membasahi seluruh area tangan dengan air bersih. Gunakan cairan pembersih antiseptik secukupnya dan cucilah telapak tangan, jari-jemari, punggung tangan, dan ujung kuku dengan saksama selama 20 detik. Kemudian, sabun dibilas kembali menggunakan air bersih. Setelah cuci tangan, masyarakat diingatkan untuk mengeringkan tangan dengan baik sebelum kembali melakukan aktivitas. Cuci tangan wajib dilakukan setelah beraktivitas di luar ruang,” papar dr Anna.
references by sindonews
Follow @A_BlogWeb
HCAI merupakan ancaman besar bagi keselamatan pasien karena dapat memperpanjang masa rawat inap dan merupakan salah satu penyebab utama kematian.
Di negara berkembang, termasuk Indonesia, prevalensi penularan infeksi meningkat hingga 40%. Bahkan, 50% bayi baru lahir yang terjangkit infeksi nosokomial memiliki tingkat probabilitas kematian lebih tinggi hingga 12%-52%. Penelitian lebih lanjut mengemukakan bahwa infeksi nosokomial di rumah sakit diakibatkan kurangnya kepatuhan para tenaga kesehatan.
“Praktiknya, 90% masih lupa cuci tangan, misalnya kita makan di tempat makan, karena lapar dan ingin cepat, kita langsung saja cuci tangan tanpa memakai sabun. Cuci tangan itu butuh usaha sedikit, sering juga di toilet wanita mereka hanya cuci tangan biasa dengan air tanpa memakai sabun,” kata Medical Science Liaison Mundipharma Indonesia dr Anna Mesiana di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dia menegaskan, sangat penting cuci tangan dengan sabun karena kuman penyebab penyakit ada di sekitar kita dan masih menempel selama 24 jam.
Banyak orang yang mengira penyebaran kuman itu hanya melalui udara, padahal tidak selalu dan sering melalui tangan, karena semua kegiatan banyak dilakukan dengan tangan, seperti memegang ponsel.
“Ada beberapa penelitian menunjukkan bahwa kuman di ponsel 18 kali lebih banyak dari kuman yang ada di kloset toilet. Akibatnya, banyak keluhan seperti sakit perut, gatal, flu, dan sakit tenggorokan. Itu hal minimal yang sebenarnya penularannya dapat kita putus dengan cuci tangan dengan sabun.
Tangan yang basah juga menularkan kuman 1.000 kali lebih banyak dari tangan yang kiri. Karena itu, banyak di tempat cuci tangan disiapkan juga pengering tangan karena tangan yang basah kontaminasinya lebih banyak,” papar dr Anna.
Menurutnya, di sela-sela jari atau di kuku banyak sekali kuman dan sering terlewatkan. Untuk memutus rantai penularan penyakit itu, harus terus cuci tangan. Menurut WHO, cara pencegahan penyakit bisa dimulai dengan mencuci tangan.
“Kuman penyebab penyakit ada juga dari virus, wabah, penyakit yang terdapat di negara lain, contohnya virus Sars, gejalanya sangat biasa, seperti demam, pegalpegal, sesak napas, perbedaannya ada di penularan. Angka insiden Sars mencapai 15% dan cukup tinggi, dan paling arah adalah virus Mers yang mencapai 60% dari total kasus,” ujar dr Anna.
Dia menambahkan, flu juga disebabkan virus dan banyak wabah di seluruh dunia yang penyebabnya berasal dari hewan. Sementara itu, pengobatan untuk wabah itu masih jarang. Obat pertamanya adalah pencegahan. Untuk cuci tangan, dr Anna menuturkan bahwa sabun biasa dan antiseptik dapat digunakan untuk mencuci tangan.
“Antiseptik adalah satu bahan kimia yang dapat membunuh kuman penyakit. Apabila rentan terkena penyakit dan takut mendapatkan infeksi, boleh memaki antiseptik, misalnya kita sedang buru-buru, traveling , susah mencari tempat cuci tangan, bisa memakai hand sanitizer ,” bebernya.
Dr Anna melanjutkan, dalam menjaga kebersihan diri dan keluarga, masyarakat juga harus mengedukasi anak-anak bagaimana cara mencegah penyakit.
“Cara cuci tangan yang benar dimulai dengan membasahi seluruh area tangan dengan air bersih. Gunakan cairan pembersih antiseptik secukupnya dan cucilah telapak tangan, jari-jemari, punggung tangan, dan ujung kuku dengan saksama selama 20 detik. Kemudian, sabun dibilas kembali menggunakan air bersih. Setelah cuci tangan, masyarakat diingatkan untuk mengeringkan tangan dengan baik sebelum kembali melakukan aktivitas. Cuci tangan wajib dilakukan setelah beraktivitas di luar ruang,” papar dr Anna.
references by sindonews