Baca Artikel Lainnya
Terusir dari habitatnya, seekor Orangutan jantan yang masuk ke pemukiman
penduduk pun dihela. Ia akhirnya berhasil dievakuasi dalam kondisi
lemah, kesakitan, bulu juga kulit terkelupas akibat luka bakar dari api
yang disulut warga.
Pongo pygmaeus itu akhirnya menyerah setelah empat hari bertahan melawan segala upaya yang dilakukan untuk membuatnya turun dari pohon; bius, petasan, bahkan setelah pohon kelapa yang menjadi pijakannya dibakar. Lihat fotonya di tautan ini.
Warga pun melancarkan upaya terakhir: dukun. "Tadi ada ritual atau selamatan dengan maksud ingin menjinakkan orangutan. Kami mendatangkan dukun (orang pintar) bernama Iskandar dari kampung Bakau Mempawah. Ritual dilakukan selama 15 menit berjalan lancar, " kata Daeng Ramli, kepada VIVAnews.
Daeng Ramli mengatakan sebagai bagian dari ritual, warga mengumpulkan bahan-bahan di antaranya daun sirih 3 batang, telur ayam kampung 1 buah, dan sebatang rokok.
"Terus dukun jampi-jampi. Setelah ritual itu orangutan itu agak lemah. Setelah ditembak obat bius, lalu pingsan dan menjatuhkan diri," tutur Daeng Ramli.
Saat ini, Orangutan berusia sekitar 17 tahun itu dibawa ke Daops Manggala Agni Rasau Jaya, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat. Untuk menjalani pemulihan.
Orangutan pergi, wargapun lega."Karena warga juga takut dengan orangutan itu. Kami tidak bisa berladang," kata Daeng Ramli.
Orangutan diduga terpaksa masuk kampung karena hutan yang jadi habitat aslinya, demi perluasan perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri (HTI). Juga menjadi korban pembalakan liar hutan (ilegal logging).
Pongo pygmaeus itu akhirnya menyerah setelah empat hari bertahan melawan segala upaya yang dilakukan untuk membuatnya turun dari pohon; bius, petasan, bahkan setelah pohon kelapa yang menjadi pijakannya dibakar. Lihat fotonya di tautan ini.
Warga pun melancarkan upaya terakhir: dukun. "Tadi ada ritual atau selamatan dengan maksud ingin menjinakkan orangutan. Kami mendatangkan dukun (orang pintar) bernama Iskandar dari kampung Bakau Mempawah. Ritual dilakukan selama 15 menit berjalan lancar, " kata Daeng Ramli, kepada VIVAnews.
Daeng Ramli mengatakan sebagai bagian dari ritual, warga mengumpulkan bahan-bahan di antaranya daun sirih 3 batang, telur ayam kampung 1 buah, dan sebatang rokok.
"Terus dukun jampi-jampi. Setelah ritual itu orangutan itu agak lemah. Setelah ditembak obat bius, lalu pingsan dan menjatuhkan diri," tutur Daeng Ramli.
Saat ini, Orangutan berusia sekitar 17 tahun itu dibawa ke Daops Manggala Agni Rasau Jaya, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat. Untuk menjalani pemulihan.
Orangutan pergi, wargapun lega."Karena warga juga takut dengan orangutan itu. Kami tidak bisa berladang," kata Daeng Ramli.
Orangutan diduga terpaksa masuk kampung karena hutan yang jadi habitat aslinya, demi perluasan perkebunan kelapa sawit dan hutan tanaman industri (HTI). Juga menjadi korban pembalakan liar hutan (ilegal logging).
Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Barat akhirnya berhasil mengevakuasi orangutan yang masuk ke perkebunan warga di Pontianak, Kalbar, Senin kemarin. Kini orangutan itu berada di KSDA Kalbar, untuk mendapatkan perawatan.
Hingga Senin sore orangutan itu tidak juga turun dari pohon dan keluar dari perkebunan Orangutan itu hanya berpindah-pindah pohon, dan memakan buah rambutan milik warga. Setelah berjam-jam, petugas akhirnya berhasil mengevakuasi orangutan itu pada Senin malam, kemudian membawanya ke KSDA Kalbar.
Sebelumnya, sejak pagi, warga berusaha mengusir orangutan dengan menembakkan obat bius, tetapi tidak membuahkan hasil. Warga kemudian membakar pohon kelapa yang menjadi tempat mengungsi orangutan. Namun api malah membakar tubuh orangutan itu. Warga pun panik. Warga mengaku terpaksa membakar pohon kelapa yang ditempati orangutan untuk mengusirnya keluar dari perkebunan.
Setelah empat hari bertahan di sekitar pemukiman warga Parit Wak
Dongkak, Wajok Hilir, Siantan, Kabupaten Pontianak, orangutan jenis
pongo pygmaeus pygmaeus berhasil dievakuasi, Senin (27/8) sore. Pukul
15.25, orangutan jantan itu jatuh dari pohon setelah dibius. Tiga hari
sebelumnya warga bersama Balai Konservasi Sumberdaya Alam Kalbar, WWF
Indonesia, International Animal Rescue dan aktivis lingkungan serta
masyarakat gagal mengevakuasi orangutan tersebut. Baru pada hari
keempat (kemarin) mamalia itu berhasil dijinakan.
Proses evakuasi pada hari keempat tidak kalah alot dengan sebelumnya.
Orangutan yang diperkirakan berusia 17-18 tahun itu masih mampu
bertahan di atas pohon walau telah dibius dua kali. Beberapa kali
warga memanjat pohon, menggoyangkan dahannya agar orangutan mau
turun, namun upaya itu gagal. Pohon yang dipanjat orangutan lantas
ditebang. Warga, petugas dan aktivis lingkungan menyiapkan jaring di
bawahnya. Tetapi upaya itu kembali gagal karena sebelum pohon tumbang
orangutan berhasil berpindah ke pohon lainnya.
Susahnya proses evakuasi juga dipengaruhi ramainya warga mengerumuni
lokasi. Petugas BKSDA dan para aktivis lingkungan berulang kali meminta
warga menjauh dari lokasi agar orangutan tidak stres sehingga
memudahkan evakuasi. Para pengevakuasi kemudian menggelar rapat kecil
mencari solusi. Hasilnya, dosis bius yang akan ditembakan ke tubuh
orangutan ditingkatkan. Ditolong seorang warga dengan memanjat pohon,
suntikan bius berhasil ditembakan pada bagian paha orangutan.
Sekitar 30 menit kemudian orangutan itu tak kuasa menggenggam dahan,
tangan dan kakinya lunglai dan jatuh di atas jaring yang telah
dibentangkan.
Dalam pengaruh obat bius, orangutan itu dibawa ke tempat lapang untuk
mendapat pertolongan pertama. Beberapa luka dibaluri obat cair dan
dipasang selang infus. Setelah berhasil dijinakan, orangutan tersebut
dibawa Daops Manggala Agni, Rasau Jaya. Orangutan itu pertama kali
terlihat oleh Sudarlin (37) di kebun kelapa sawit miliknya yang
berjarak sekitar dua kilometer dari pemukiman, Jumat (24/8). Sudarlin
melihat orangutan itu berjalan di tanah di antara sawit. “Saya kaget
sekali melihat binatang sebesar itu. Waktu itu saya bawa anak yang
kecil jadi takut ganggu anak saya,” ujarnya.
Sudarlin tidak berani berbuat banyak, hanya memberi isyarat agar
orangutan itu menjauh darinya. Dia lantas pulang ke rumah memberitahu
hal tersebut pada warga. Tidak lama, pada siang harinya orangutan mulai
masuk ke kawasan pemukiman.Warga Wak Dongkak lainnya, H Ali (60)
mengaku baru kali ini melihat langsung orangutan. H Ali lahir di Wak
Dongkak, selama hidupnya tidak pernah melihat dan mendengar ada
orangutan di kampungnya. “Dari saya lahir baru kali ini ada orangutan
di sini,” katanya.
Ahli konservasi satwa WWF-Indonesia Albertus Tjiu memperkirakan
orangutan tersebut remaja menjelang dewasa atau berusia sekitar 17-18
tahun. Pipi orangutan yang baru melebar sebagai dasar Albertus
memperkirakan usianya.Setelah berhasil dijinakan orangutan harus
dilakukan pemeriksaan kesehatan, perawatan dan pemulihan. Hanya saja,
kata Albertus, akan ada kendala untuk pelepasliaran orangutan jenis
pongo pygmaeus-pygmaeus.
“Sampai saat ini di Kalbar tidak ada rehabilitasi untuk jenis pongo
pygmaeus-pygmaeus. Tempat terbaik pelepasliaran orangutan jenis ini
menurut saya di Kapuas Hulu karena di kabupaten itu habitat pongo
pygmaeus-pygmaeus terbesar di Kalbar. Kata Albertus yang juga Project
Leaders WWF Kapuas Hulu. Dokter hewan dari International Animal Rescue
Ahmad Syfa mengatakan orangutan yang baru saja dijinakan itu
berpeluang besar dilepasliarkan kembali. Kondisi fisiknya sangat
baik. “Sangat memungkinkan untuk dirilis di habitatnya. Lebih cepat
lebih baik,” ucapnya.
Berdasarkan pemeriksaan, Ahmad menyimpulkan tidak ada luka serius pada
fisik orangutan. Hanya ada luka bakar pada sebagian tubuhnya yang
perlu mengalami perawatan ringan. “Luka bakarnya pun tidak terlalu
parah. Bukan terpanggang, hanya kulit bagian luar melepuh,” katanya.
Luka bakar orangutan itu akibat api dari pembakaran warga yang hendak
mengusirnya. Saat itu, pada Jumat (26/8) orangutan tersebut bertengger
di pohon kelapa, warga berniat memaksanya turun dengan mengasapi dari
bawah. Ternyata api untuk mengasapi membakar daun kelapa dan
mengenai orangutan. (hen)
VIDEO ORANG UTAN YANG TERBAKAR OLEH WARGA
UPDATE 29 AGUSTUS 2012
Kondisi Orangutan yang Terbakar Membaik
Kondisi orangutan yang terbakar saat diusir warga, dilaporkan membaik.
Orangutan
itu telah dipindahkan ke fasilitas Pusat Rehabilitasi dan Konservasi
International Animal Rescou, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, untuk
mendapatkan perawatan lebih baik.
Seperti diketahui, warga Dusun
Parit Wa'dongka, Desa Wajok Hilir, di Pontianak, Kalimantan Barat,
berusaha mengusir orangutan yang memasuki perkebunan mereka.
Saat
diusir, orangutan itu malah berpindah ke pucuk tanaman kelapa. Warga
kembali berusaha mengusir dengan menggunakan api, satwa itu malah
membakar tanaman serta tubuh orangutan.
Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan merawatnya di DAOPS Manggala Agni, Rasau Jaya, Kubu Raya.
"Hanya
petugas medis, dokter hewan dan petugas BKSDA yang ditunjuk merawat
yang boleh mengunjungi satwa ini, " kata Parsaroan Samosir, Kepala Seksi
Konservasi Wilayah III, mewakili Kepala BKSDA Kalimantan Barat.
Menurut
Parsaroan, observasi medis pada Selasa kemarin menunjukkan bahwa
tingkat stres dan dehidrasi orangutan masih sangat tinggi, walaupun
menunjukkan tanda-tanda membaik. Luka bakar tidak terlalu parah, dan
orangutan sudah mulai makan buah-buahan jeruk, semangka, dan pepaya yang disiapkan petugas.
Kepala
BKSDA juga menegaskan bahwa proses evakuasi orangutan yang masuk ke
permukiman warga tersebut, berjalan sesuai protokol dan prosedur
penyelamatan satwa liar.
Penyelamatan melibatkan tim gabungan
petugas medis/dokter hewan dan mitra LSM Lingkungan seperti Yayasan
International Animal Rescue (IAR), WWF Indonesia, Gemawan, Perwakilan
Forum Konservasi Orangutan Kalimantan Barat (FOKKAB), dan Yayasan
Titian.
"Kami perlu menegaskan bahwa hingga saat ini
orangutan tersebut masih hidup. Upaya yang paling penting sekarang
adalah memastikan pemulihan orangutan. Dokter hewan merekomendasikan,
agar orangutan itu ditangani di pusat penyelamatan satwa di Yayasan IAR
di Ketapang. Setelah kondisinya pulih seperti semula, Balai KSDA
Kalimantan Barat akan segera melakukan koordinasi dengan berbagai pihak
dalam rangka pelepasliaran," katanya.
Orangutan jantan jenis Pongo pygmaeus pygmaeus
berusia sekitar 16-17 tahun dengan berat sekitar 70 kg itu,
diperkirakan masuk ke kawasan sekitar permukiman warga untuk mencari
makanan. Penyebabnya, habitat satwa itu yang terdegradasi dan tidak lagi
mampu menyediakan pakan alami.
UPDATE 30 AGUSTUS 2012
Orangutan Yang Terbakar di Wajok Kalimantan Akhirnya Mati :(
SETELAH dikabarkan kondisi orangutan yang mengalami luka bakar
membaik, Rabu(29/8/12), sekitar pukul 22.30, satwa dilindungi ini
tewas. Orangutan ini dalam perjalanan ke Pusat Rehabilitasi &
Konservasi International Animal Rescue (IAR) Ketapang untuk mendapatkan
fasilitas perawatan lebih baik.
Niken
Wuri Handayani, Koordinator Pengendali Ekosistem Hutan Balai Konservasi
Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat, mengatakan, saat perjalanan
ke Ketapang, orangutan jantan itu mati. “Orangutan ini akan dibawa
kembali ke Pontianak untuk diotopsi,” katanya.
Sebelum itu, BKSDA
menyatakan, kondisi orangutan yang dievakuasi selama dua hari,
(26-27/8/12) dari Dusun Parit Wa’dongka, Desa Wajok Hilir, Kabupaten
Pontianak, berangsur membaik. Berdasarkan hasil observasi tim medis
selama tiga hari terakhir, perkiraan waktu untuk pemulihan sekitar dua
sampai tiga minggu.
Parsaroan
Samosir, Kepala Seksi Konservasi Wilayah III BKSDA Kalbar mengatakan,
dalam waktu ini tidak boleh ada kunjungan dari siapapun. “Ini untuk
menghindari stres. Hanya petugas medis, dokter hewan dan petugas BKSDA
yang ditunjuk merawat yang boleh mengunjungi satwa ini, “ katanya Rabu
siang(29/8/12).
Menurut dia, observasi medis pada Selasa(28/8/12)
menunjukkan tingkat stres dan dehidrasi orangutan ini masih sangat
tinggi, walaupun menunjukkan tanda-tanda membaik. “Luka bakar tidak
terlalu parah dan orangutan sudah mulai makan buah-buahan jeruk,
semangka, dan pepaya yang disiapkan petugas.”
Parsaroan
mengatakan, proses evakuasi orangutan yang masuk ke pemukiman warga
berjalan sesuai protokol dan prosedur penyelamatan satwa liar . Tim
gabungan melibatkan berbagai pihak terkait, termasuk petugas medis,
dokter hewan. Juga mitra LSM lingkungan seperti Yayasan IAR, WWF
Indonesia, Gemawan, Perwakilan Forum Konservasi Orangutan Kalimantan
Barat (FOKKAB), Yayasan Titian, dan pengawasan dari masyarakat serta
jurnalis.
Orangutan jantan jenis Pongo pygmaeus pygmaeus ini
berusia sekitar 16-17 tahun dengan berat sekitar 70 kilogram. Ia
diperkirakan masuk ke kawasan sekitar pemukiman warga untuk mencari
makanan akibat habitat yang terdegradasi dan tidak lagi mampu
menyediakan pakan alami.
Laporan proses evakuasi orangutan bisa dilihat di sini
Kalau saran saya jadikan ini sebagai pelajaran, manusia perilakunya jangan seperti Binatang, Hutan ditebangi demi uang. Jadi jangan salahkan mereka kalau binatang seperti orang utan itu masuk ke perkampungan warga.
Tidak kasihan kah kalian pada hewan seperti mereka yang memiliki anak ?
Bayangin kalau rumah atau tempat tinggal kalian digusur tanpa sebab yang jelas oleh petugas, pasti kalian akan marah bukan ?
Bayangin kalau sumber Air di rumah kalian habis ? pasti kalian akan mencari air tersebut sampai dapat bukan ?
Orang utan tersebut pun sama halnya dengan kita sebagai manusia, mereka hanya mencari makanan untuk dapat bertahan hidup
Cobalah mulai rubah perilaku dari diri sendiri dulu untuk mulai mencintai lingkungan....
references by viva news, metro tv , pontianak post, kompas, mongabay.co.id
edited by agunkzscreamo