Baca Artikel Lainnya
Yahoo pernah di-hack secara besar-besaran pada tahun 2014 dan mempengaruhi sekitar 500 juta pengguna. Hacker yang terlibat dalam masalah ini telah ditangkap dan kini sudah dijatuhi hukuman selama lima tahun penjara.
Hacker dilaporkan mencuri data pengguna merupakan seorang mata-mata Rusia. Diketahui dari Ubergizmo, Kamis (31/5), dia bernama Karim Baratov. Karim mengaku tidak mengetahui siapa yang memintanya mencuri data pengguna.
Dua warga Rusia awalnya memberi Karim data yang kemudian digunakannya untuk meretas akun-akun atau email wartawan Amerika dan Rusia, karyawan bisnis swasta, pejabat pemerintah, dan orang-orang yang berpotensi penting lainnya.
Dua warga Rusia awalnya memberi Karim data yang kemudian digunakannya untuk meretas akun-akun atau email wartawan Amerika dan Rusia, karyawan bisnis swasta, pejabat pemerintah, dan orang-orang yang berpotensi penting lainnya.
Baratov mengandalkan taktik phishing untuk mendapatkan kata kunci pengguna yang kemudian diteruskan ke Rusia dengan imbalan uang. Dia diklaim telah menerima dana sebesar $ 1,1 juta atas pekerjaannya.
Selain dihukum lima tahun penjara, Karim juga diminta membayar denda hingga $ 2,25 juta dan juga membayar ganti rugi kepada para korban.
Selain dihukum lima tahun penjara, Karim juga diminta membayar denda hingga $ 2,25 juta dan juga membayar ganti rugi kepada para korban.
Yahoo mengalami peretasan akun email terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah pada tahun 2013 silam. Kasus ini baru terungkap pada tahun 2017 lalu, di mana ada 3 miliar akun yang diretas dari pembobolan tersebut.
Setelah mengajukan permohonan tidak bersalah pada November lalu, salah satu hacker yang bertanggung jawab dalam pembobolan ini, Karim Baratov, akhirnya dijatuhi hukuman lima tahun penjara.
Menurut Departemen Kehakiman AS, peretas berusia 23 tahun asal Kanada itu melancarkan aksinya berdasarkan arahan dari dua agen badan intelijen Rusia, FSB.
Dua agen itu adalah Dmitry Dokuchaev dan Igor Sushchin, yang tinggal di Rusia. Baratov juga mendapatkan bantuan dari hacker asal Latvia, Alexsey Belan. Melihat lokasinya, sulit bagi AS untuk menghukum keterlibatan mereka bertiga, tapi beda dengan Baratov, yang memiliki kewarganegaraan Kanada dan memungkinkan ia menjalani proses hukum di AS.
"Peran Baratov dalam konspirasi ini adalah meretas akun email untuk rekannya yang bekerja di FSB dan mengirimkan password akun-akun tersebut ke Dokuchaev yang ditukarkan dengan uang," tulis Departemen Kehakiman AS dalam ringkasan keputusan Baratov.
Plt Jaksa AS untuk Distrik Utara California, Alex G. Tse, memberikan peringatan keras terhadap hacker lain yang berupaya melakukan 'tindakan kotor' untuk pemerintah negara lain.
"Hukuman ini menunjukkan keseriusan kasus peretasan yang dilakukan dengan cara disewa. Hacker seperti Baratov melakukan tindakannya tanpa memperhitungkan tujuan kriminal dari orang yang menyewa dan membayarnya," ujar Tse, dilansir TechCrunch.
"Hukuman ini menunjukkan keseriusan kasus peretasan yang dilakukan dengan cara disewa. Hacker seperti Baratov melakukan tindakannya tanpa memperhitungkan tujuan kriminal dari orang yang menyewa dan membayarnya," ujar Tse, dilansir TechCrunch.
Tse menegaskan hacker yang berpartisipasi dalam serangan siber yang disponsori pihak negara luar akan mendapatkan konsekuensi yang signifikan.
Selain hukuman penjara, Baratov juga diminta membayar denda dari sisa asetnya sebanyak 2,2 juta dolar AS.
Selain hukuman penjara, Baratov juga diminta membayar denda dari sisa asetnya sebanyak 2,2 juta dolar AS.
Dalam proses persidangan, Baratov mengaku telah meretas sebanyak 11 ribu akun email antara tahun 2010 hingga sebelum ia ditangkap pada 2017.
Baratov dipidana atas kejahatan pencurian identitas besar dan konspirasi yang melanggar Hukum Kejahatan dan Penyalahgunaan Komputer.
references by analisa daily, kumparan