Selama setahun belakangan Uber kewalahan dengan adanya aksi peretasan ke jaringan mereka dan mengancam 57 juta data pengguna Uber dan 600 pengendara. Ternyata pelakunya hanyalah 'anak mami'. Dilansir melalui Express.co.uk dari Reuters, sumber di dalam Uber mengatakan, bahwa hacker yang berhasil mengambil jutaan data itu adalah seorang pria berusia 20 tahun yang tinggal bersama sang ibu. Tujuan peretasan itu tak lain hanya ingin melindungi orangtuanya.
Baca Artikel Lainnya
- Mengenal Phising dan Scamming Yang Bisa Buat Saldo Berkurang dan Hilang
- Data Pengguna Nasabah Bank BSI Dijual Di Darkweb
- Bukalapak TutupLapak Karena Kalah Saing, Akankah Tokopedia Menyusul?
- ARTI CONSIGNEE REFUSE TO PAY COD SHIPMENT/SHIPMENT FEE JNE
- Velg Mutakin Buatan Mana?
- Terlalu Banyak Aturan, Penjual Seller Memilih Tak Berjualan Di Tokopedia
- Kenapa Shopee Tidak Bisa Ubah atau Ganti Jasa Kurir Ekspedisi?
- Windows 10 Pensiun 2025, Bersiap Beli PC/Laptop Baru Untuk Windows 11
- Penyebab Jumlah Penonton Live Shopee Menurun?
- Penyebab Akun Ini Tidak Dapat Lagi Menggunakan Whatsapp Karena Spam
- Facebook Meta Ramai-Ramai Jadi "Lapangan Kerja Baru", Data Apa Yang Sebenarnya Mereka Kumpulkan?
- Ridwan Kamil Difitnah Lisa Mariana Jadi Selingkuhannya
- Kronologi TNI Tembaki Polisi Lampung
- Jadwal Libur Panjang Idul Fitri 2025
- Sejak Kapan Gas Elpiji LPG 3KG Diberi Label Hanya Untuk Masyarakat Miskin?
- Data Angka Bunuh Diri Indonesia Terus Meningkat
- Jual KALI LINUX 2025
- Server Pusat Data Nasional Terkena Ransomware
- Jasa Hack MyBCA di Dark Web, Modal Nomor Rekening dan Nama Pemilik
- Kembali Lagi, Bjorka Jual Jutaan Paspor WNI di Dark Web
Tiga sumber di Uber yang tidak mau disebutkan namanya mengakui hal ini. Pemuda itu mengaku melakukan hal itu untuk melunasi tagihan Uber milik sang ibu.
Sayangnya, identitas hacker itu tidak diinformasikan secara jelas oleh pihak Uber. Namun yang pasti, Uber meyakinkan jika data-data pengguna telah hilang dan tidak akan bisa disebarluaskan.
Sebelumnya, Uber sendiri telah memastikan pada 21 November, memang ada aksi peretasan ke jaringannya. Uber pun telah membayar kepada hacker sekitar US$100.000 atau sekira Rp1,3 miliar untuk menghancurkan semua informasi penting itu. Namun dana itu dibayarkan sebagai hadiah bagi siapa saja yang bisa menemukan identitas hacker tersebut.
Menurut Business Insider, berdasarkan penuturan pihak Uber, mereka telah melakukan pembayaran tahun lalu melalui sebuah program pemburu bug. Program itu memang cukup dikenal di kalangan industri software untuk mencari celah keamanan perusahaan yang berpotensi atau sudah dibobol.
Program yang dilakukan tahun lalu itu diselenggarakan oleh perusahaan bernama HackerOne, yang memang cukup dikenal di perusahaan teknologi.
"Aksi peretasan yang dialami Uber ini bukanlah sebuah hasil dari kesalahan sistem keamanan mereka. Kami merekomendasikan pengguna untuk jangan pernah menyimpan akses token, password, bentuk otentikasi atau kunci enkripsi ke dalam kode yang ada," ujar CEO HackerOne, Marten Mickos.
references by viva
Sayangnya, identitas hacker itu tidak diinformasikan secara jelas oleh pihak Uber. Namun yang pasti, Uber meyakinkan jika data-data pengguna telah hilang dan tidak akan bisa disebarluaskan.
Sebelumnya, Uber sendiri telah memastikan pada 21 November, memang ada aksi peretasan ke jaringannya. Uber pun telah membayar kepada hacker sekitar US$100.000 atau sekira Rp1,3 miliar untuk menghancurkan semua informasi penting itu. Namun dana itu dibayarkan sebagai hadiah bagi siapa saja yang bisa menemukan identitas hacker tersebut.
Menurut Business Insider, berdasarkan penuturan pihak Uber, mereka telah melakukan pembayaran tahun lalu melalui sebuah program pemburu bug. Program itu memang cukup dikenal di kalangan industri software untuk mencari celah keamanan perusahaan yang berpotensi atau sudah dibobol.
Program yang dilakukan tahun lalu itu diselenggarakan oleh perusahaan bernama HackerOne, yang memang cukup dikenal di perusahaan teknologi.
"Aksi peretasan yang dialami Uber ini bukanlah sebuah hasil dari kesalahan sistem keamanan mereka. Kami merekomendasikan pengguna untuk jangan pernah menyimpan akses token, password, bentuk otentikasi atau kunci enkripsi ke dalam kode yang ada," ujar CEO HackerOne, Marten Mickos.
references by viva
